When These Eyes are Swollen (43)

503 52 0
                                    

"Syal merah yang terbang itu milik siapa? Terasa sangat menyakitkan ketika setiap benangnya terlepas."

(Author **** POV)

Hati ini risau, kedua mata itu buram. Dia hanya butuh cahaya matahari sebagai penyejuk perasaannya. Kedua mata itu seperti tidak mampu membendung banyak lagi cairan bening asin miliknya. Dia meremat salah satu pigura foto dengan kencang. Keinginan untuk tetap bertahan dalam satu titik bukan sesuatu yang mudah.

"Kau bisa saja membuat keputusan salah. Seokjin yang aku kenal bukan seperti ini." Yoongi memberontak dalam hatinya. Dia melihat manusia lelah terdapat takdir begitu membelenggunya. Isyarat akan dirinya yang tak suka dengan takdir permainan ini sungguh dia tunjukan pada kata kasar menatap punggung putus asa. "Sama sekali ini bukan dirimu. Bukan... Seokjin yang aku kenal adalah orang waras tidak membuat masalah." Penolakan abadi akan selalu kekal meski dia mencoba memberikan mentahan.

Pemuda dengan usianya yang kini mendapatkan masalah baru itu lunglai. Bukan berarti dia akan pasrah. Melakukan hal ini adalah salah satu jalan agar semua semakin baik-baik saja. "Kau tahu? Terkadang aku merasa bahwa hidup kita penuh ambisi. Aku punya keinginan kebohongan juga kejahatan yang aku buat pada adikku selesai. Kau juga ingin berhenti menjadi pengawal dan kaya dengan hasil kau dapatkan." Dia memberikan salah satu dua pedoman.

Yoongi tidak suka jika rahasia dia punya diumbar. Dia bahkan tidak akan pernah tahu bahwa sebenarnya, seseorang sudah menggila disini.

"Ayahku cukup tangguh. Dia cukup gila dan membuatku tak bisa bergeming lagi. Kau tidak mengenalnya, tapi aku cukup mengenal nya sebagai pria munafik." Dia kembali menatap keluar balkon. Keinginan terdalamnya adalah mati di tempat ini daripada bertemu dengan Taehyung, mengatakan padanya tentang semua dosa besar yang terjadi.

Pengecut!

Bahkan Yoongi tersenyum remeh sekarang. Dia melihat Jimin sedang tak berdaya di atas kursi. Jimin sekarang tidak bisa sombong lagi karena luka di bagian lengannya kini.

"Bodoh! Jangan tatap aku begitu. Kau harus membujuk agar Seokjin tidak menjadi mafia jahat." Enyah Jimin. Dia sangat risih kala mendapatkan tatapan mata Yoongi yang remeh. Ingin sekali Jimin mencolok mata Yoongi dengan kuat. "Kau tahu? Membujuknya sama saja membujuk adiknya. Keduanya keras kepala." Yoongi membuang pistol ke depannya. Itu milik seorang musuh yang mencoba menghabisinya beberapa tahun lalu.

Dia sengaja melemparkannya sampai jatuh dekat kaki pemuda itu. Lirikan mata mengatakan bahwa dia ingin melihat langsung benda apa itu.

"Sebelum kita benar-benar menjadi musuh. Aku ingin menunjukkan benda itu padamu. Kalau kau ingat, ada satu orang yang pernah mengatakan bahwa aku punya pekerjaan bodoh dan membuang nyawa. Aku tidak seharusnya menjadi salah satu penjaga orang kaya, orang itu memintaku menjadi manusia penghasil lapangan pekerjaan. Saat itu aku ingat bagaimana orang itu menggunakan tongkat bisbol nya untuk melawan penjahat dengan pistol.

Seokjin tahu apa maksudnya. Dia sendiri tertawa atas kebodohannya sendiri. Dia tidak bisa mengatakan dengan jelas bahwa dia dulu pemilik dialog itu. Rasanya sangat memalukan memang.

Yoongi sengaja berdiri di sisinya. Dia melihat Seokjin masih membawa pistol di tangannya. "Tak ada yang peduli apa dan bagaimana dirimu selain kau sendiri. Kau melakukan ini demi adikmu, apakah kau yakin Taehyung tahu perjuanganmu?" Sedikit mengintimidasi dari cara bicaranya. Sementara Seokjin hanya bisa mengusap kedua air matanya penuh penyesalan. Sejak kapan Yoongi menjadi sebijak ini?

Descendant (Sad Story Vkook) [END]✓Where stories live. Discover now