nightmare (35)

586 69 2
                                    

"Katanya bulan dan matahari tidak akan bisa satu langit. Langkah demi langkah akan berganti, seperti siang menuju malam. Lalu apakah kebenaran akan terkuak satu hari? Terasa sangat tidak mungkin bukan?"

(Author ***** POV)

.

DORRRR!

Mati!

Seseorang kehilangan nyawa dengan lubang pada tubuhnya. Darah keluar begitu deras tepat di depan matanya. Senjata itu mengacung ke depan matanya, dimana seorang adik sudah menyelamatkan nyawanya dari kematian. Seorang pria dengan memakai topengnya itu bahkan bergerak beberapa kali pada jemarinya, menyadari hal itu membuat seseorang yang sama memberikan tembakan kerasnya lagi.

"Kurasa sudah cukup. Rasanya sangat senang saat mampu menghabisi seseorang." Dia bangga dengan kemampuan dirinya. Tapi sayang pistol itu seperti tidak mungkin untuk turun, apalagi seseorang mengulas senyumnya senang. Kearah dirinya yang masih berusaha untuk menenangkan hatinya tegang. "Taehyung syukurlah kau datang, aku kira aku akan-" berhenti bicara dengan kedua bola mata membola. Saat dia tidak percaya akan keberadaan lubang berbahaya di depannya. Nyawanya bisa saja direnggut dalam beberapa detik.

"Akan apa kakak kesayanganku. Tentu saja aku datang, bukan untuknya tapi untuk dirimu p e m b u n u h."

Jatuh membentur lantai, dengan pantat yang terasa sakit dan ngilu. Dia tidak akan menyangka jika Taehyung akan berkata seperti itu, penampilannya juga sangat mengerikan diantara dirinya yang berdiri di tengah bayangan. Tangannya terangkat secara refleks untuk meminta pengampunan, dia tidak ingin mati di tempat ini. "Ta-Taehyung kau kenapa? Ap-apa yang kau lakukan?" Dia gugup dan takut, menjadi satu hingga lahir kata kalut. Yang dia saksikan bukan seseorang yang dia kenal. Akan tetapi pemuda berambisi untuk menghabisinya.

Segala kemungkinan bisa saja terjadi, dia bisa saja mati di tangan Taehyung. Tapi dalam alasan apa, padahal dia saja tidak-

Tunggu, dia menyadari akan satu hal. Siapa bilang dia tidak punya salah? Siapa bilang kalau dia benar? Rasanya semua hal itu menjadi mitos dalam waktu singkat. Dirinya mendongak dan melihat bagaimana Taehyung menatap dirinya dengan nyalang, apalagi dia melihat di belakang tubuhnya disana tergeletak seseorang tak berdaya bersimbah darah. Dia mengenal wajah itu dalam keadaan remang, pemuda yang menjadi bagian dari saudara dari adik sepupunya.

"Kau membunuh Jungkook? Apa yang kau lakukan?! Taehyung sadarkah kau-"

DORRRR!

"BANGSAT!"

Kata kasar dari mulutnya, meringis penuh dendam pada manik mata peraduan tidak terima. Ini bukan permainan tapi sebuah pertanyaan mana yang kalah dan menang. Senyuman puas lahir dari bibirnya meski ada air mata disana. Sementara Seokjin sendiri menyentuh bagian dadanya dan melihat adanya darah disana. Merah kental di kulit, rasanya sangat sakit saat bagian dadanya sudah dibuat bolong. Tak terasa ada darah keluar dari sudut bibirnya ketika tangan tak sanggup lagi untuk mengangkat tegak.

"Taehyung apa kau tega melakukan ini padaku?" Lirih dengan tatapan antara sedih dan senang. Dia sedih bahwa adiknya membunuhnya tapi dia senang karena mati bukan sebagai penjahat sesungguhnya. Apakah dia gila? Sepertinya memang begitu. "Kau pikir aku melakukan hal ini dengan mudah?! Teganya kau membuatku seperti manusia bodoh! Lihat adikku! Dia aku bunuh karena anggapan bodoh mengenai ibuku mati karena dia! SEBENARNYA KAU PEMBUNUHNYA KIM SEOKJIN!" adu nya dengan keras, dimana suara itu melengking seperti memecah angin. Entah kenapa ini membuat dadanya sakit sampai dia menangis.

Descendant (Sad Story Vkook) [END]✓Where stories live. Discover now