I want all of these ends (24)

640 79 3
                                    

"Tak ada kata ampun dari sebuah hukuman, penindasan tercela juga hasrat manusia untuk saling menghabisi. Tidak ada yang tahu bagaimana sulitnya mendapatkan kehidupan, layak dan tidak dipertontonkan."

(Author ***** POV)

Sial!

Begitu dekat jarak wajah itu sampai membuat Taehyung lekat tidak percaya bahwa dia berada di depan seorang pembunuh ibunya. Siapa sangka kalau dia seperti terjebak dalam sangkar yang sama dengan manusia dia anggap kejam. Terbesit rasa ingin menusuk lambung dan hati itu hingga hancur. Membunuh perangai aslinya sebagai seorang kakak yang baik.

Adiknya bahkan masih saja dalam keadaan pulas, terlelap dalam keadaan kedua mata enggan membuka karena nyaman.

Sial!

Taehyung langsung meramalkan kata kasar dari bibirnya agar dia sadar betapa bodohnya jika dia luluh dengan sebuah kepolosan manusia. Hembusan nafas dalam tidur damai dan Jungkook tidak tahu kalau sebenarnya seorang kakak baru saja membawa dia ke kamar yang dulunya adalah kamar mereka. Taehyung melihat dimana tempat itu tidak pindah dan masih sama, hanya beberapa benda lama yang sudah menjadi pajangan dibandingkan barang pakai.

"Beruntung sekali aku menggunakan hatiku untuk membawamu kesini, aku bisa saja membuat kematian jelas di saat kau tidur. Tapi kenapa kau membuatku terkadang labil Jungkook." Suara seraknya ditambah manik mata menginginkan kehancuran besar, dia merasa jika Tuhan pilih kasih untuknya. Doanya memang selalu terlambat di kabulkan, bukan berarti dia akan menjadi  manusia Lucifer.

Meskipun dia tak menimpal jika tabiatnya sangat buruk sebagai seorang manusia yang percaya bahwa fakta adalah kebenaran.

Taehyung bangun dari posisinya yang sekarang ini, dia mendapatkan sentuhan di tangannya saat dia mencoba untuk pergi dari tempat yang sudah dia kutuk ini, mantan rumahnya. "Taehyung Hyung kau mau kemana? Kenapa kau pergi saat aku tahu kau sudah menyelamatkan ku." Suara lirih Jungkook dengan kedua mata sendu, dimana dia masih tidak percaya bahwa orang yang dia sayang ternyata satu kamar dengannya.

Namja itu hanya bisa melihat bagaimana adiknya seperti seorang gembel pengemis. Dia langsung menghempaskan tangan itu dengan kasar, dimana suara seraknya semakin tegas dengan wajah jauh dari kata kalem. "Kau tidak tahu siapa aku sebenarnya Jungkook, kenapa kau bisa berfikir kalau aku peduli padamu?" Dia tersenyum tapi bukan berarti, dia tidak ingin damai meski dunia memaksanya. Dengan kedua tangan menarik kerahnya keras guna membenarkan letak itu, rasa simpati dan kasihan itu tidak ada sama sekali dalam hati besarnya.

Jungkook tahu kalau dia memang akan kalah dalam sebuah adu pertarungan, memilih bangun dengan wajah sedikit pucat dia melihat sang kakak dan kini dalam posisi yang sama saling berhadapan satu sama lain. Taehyung mencoba untuk memberikan senyuman terbaiknya, dengan sebuah foto yang dia ambil dan dia melihat bagaimana seorang anak kecil mendekap erat leher pria yang menggendongnya.

Jungkook merasa bahwa kakaknya tidak akan bisa berubah dan membunuhnya, dia tidak akan mungkin mampu melakukannya. "Aku mengenal secara baik bagaimana dirimu Hyung, meskipun kau terjepit dan di paksa untuk membunuhku aku merasa kalau kau tidak bisa." Dia terlalu percaya diri sampai membuat Taehyung tertawa terpingkal. Entah kenapa anggapan sang adik yang begitu bodoh sangatlah lucu sampai membuat dia sakit perut.

Dia tak sengaja melihat ada kamera cctv di ujung sana dan langsung menghentikan kesenangannya dengan wajah sedikit demi sedikit berangsur datar. "Jungkook, aku sangat memahami betapa sayangnya kau padaku. Aku merasa kalau kau memang bodoh memahami ku, aku ini bukan pemain pemula." Cara bicaranya santai dan memberikan bentuk tangan seperti pistol tepat di dahinya. Dahinya yang menjadi salah satu bayangan bagaimana Jungkook akan mati dengan peluru panas itu.

Descendant (Sad Story Vkook) [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang