Not Today (50)

749 65 0
                                    

"Kehancuran dunia bukan karena bencana. Hancur dunia karena manusia yang berusaha menjadi Tuhan."

(Author **** POV)

Seokjin bangun diantara pecahan semen juga batu bata yang tersusun di dinding rapi. Dia bangun menahan sakit di pergelangan tangannya. Saat ini dia tidak ingin mencari masalah selain dia harus menyelesaikan masalah itu. Ayahnya yang menjadi biang keladi di usianya yang sudah tua.

Tak tahu diri memang.

Dia mencari pistol untuk mengalahkan musuh lainnya, hanya saja kedua matanya masih mencari darimana sumber ledakan dan apa yang terjadi. "Seokjin, apakah kau bisa menebak apa yang terjadi?" Suara itu datang dari bawah. Lebih tepatnya, seseorang ada di sampingnya. Tersenyum dengan mata melirik pemuda tampan yang berusaha untuk bangkit disana.

Yoongi babak belur tapi tidak separah lainnya, dia sudah siap terjun guna menyelamatkan diri. Bangun dengan tubuh bergetar, dimana setiap ototnya menjadi kejang akibat benturan.

"Kau tak apa? Kupikir kau sudah mati. Ah, Min Yoongi tidak akan mungkin seperti itu. Aku sudah tahu bagaimana ayahmu keras mendidik anak seperti mu." Seokjin menahan tawanya dalam bibir sumbang. Kedua matanya terpejam sebentar dengan menekan bahunya agar bereaksi untuk bangun. "Ayahku akan mengamuk di akhirat kalau aku sampai menyusulnya. Sebisanya aku tidak melakukan hal bodoh untuk mati dengan cepat." Dengan keadaan tergopoh.

Alasan dia untuk tidak melakukan kesalahan atau apapun. Saat mereka para musuh datang Seokjin sudah mulai dengan tubuh babak belurnya. Di bagian lengan tepatnya luka darah dengan sobekan diantara kain robek. "Oh sepertinya kita mendapatkan permainan baru. Kau tahu, mereka hanya menggunakan ledakan daya sedang. Kalau saja mereka menggunakan daya besar ratalah rumah ini." Tempat ini seperti terkena bencana gempa bumi. Yoongi bersiul demi mengembangkan semangatnya sendiri.

"Aku ingin membalas kematian anak buah ku. Mereka melakukan tugas tanpa gaji besar, kalau aku hidup aku akan tuntut semua hak mereka dengan besar."

Dia membawa balok kayu ukuran besar untuk senjata. Saat ini hal pintas dia lakukan adalah membunuh leher dan kepala, maka tubuh tidak akan bisa bergerak. Apalagi saat dia melihat dengan mudah kalau sebenarnya salah satu sanak keluarga akan menangis karena kehilangan keluarganya.

"Tega tidak tega. Namanya teroris harus dibasmi, kita akan lebih lama menunggu densus. Polisi jaman sekarang lambat sekali dalam bertanggap!"

Kenapa harus menunggu nanti kalau bisa dilakukan sekarang? Bahkan Yoongi sudah menjatuhkan orang sebelum menggunakan senjatanya. Seokjin bagian penting karena dia menembak jitu di tengah ruangan yang remang. "Kalau saja waktu bisa diulang. Aku akan ambil akademi penembakan militer seperti mu." Kepala bocor, darah menyiprat. Bukan beban bagi Seokjin karena dia sangat menikmatinya.

Apakah ini kesukaan para pengawal Jeon Jungkook? Adiknya juga yang mampu membuat semua musuh kelimpungan. Tragis dan menyenangkan. Seperti permainan bola ping Pong yang saling membalas satu sama lain. Yoongi juga menendang bagian perut hingga tepat di ulu hati. "Kalau kau punya anak, dia pasti kecewa karena mati dalam keadaan bertugas menjadi penjahat!"

Mencekal tangannya dan mencekik menggunakan kaki. Hal itu dia lakukan agar bisa membuat kemenangan untuk hidupnya. Selain bekerja dia harus bertahan dan bisa membuat sebagian cita-citanya yang belum terjadi akan terjadi lagi.

Seokjin terpingkal kala mendapati Yoongi tak jauh bedanya dengan gembel.

"Ini menyenangkan." Dia tertawa gila dan pengawal sipit itu tahu bahwa ada yang kambuh dalam adrenalin ya. "Memang seperti inilah hidupku, kalau kau mau kau bisa gantikan Jimin karena dia pasti senang dengan cuti satu Minggu." Pemikiran bodoh, itupun kalau keluarga ini masih hidup. Jasa itu ada karena ada orang menyewanya, anak manusia jaman sekarang berfikir bahwa semua mudah lantaran sudah ada yang menjamin.

Descendant (Sad Story Vkook) [END]✓Where stories live. Discover now