2. He's Totally Joking, Right?

24.6K 2.4K 23
                                    

“Hallo Brit? Kau belum tidur?”

Suara Niall yang kutemukan saat aku mengangkat ponselku yang berdering. Tentu saja bodoh! Aku tak bisa tidur karena kau menggangguku.

“Belum. Ada apa? Jika ini menyangkut kekasihmu, aku tak mau membahasnya.”

Brit, aku mohon maafkan Ariana. Dia hanya tidak tahu apa yang ia lakukan.”

“Kau? Meminta maaf? Untuk apa? Kau tidak bersalah. Lagi pula kukira ucapan si kerdil itu memang benar. Tak seharusnya aku berhubungan yang terlalu intim denganmu. Aku mengerti perasaannya.”

Brit, aku tahu kau tersinggung atas ucapannya tadi siang.”

Well, mungkin ya. Tapi aku cukup tahu diri untuk tidak menampar mulutnya yang kelewat kasar. Niall mungkin kita memang harus menghentikan rutinitas kita. Itu akan mengganggu hubunganmu.”

“Aku memutuskannya.”

“Sial! Kenapa kaulakukan?”

Aku terperanjat dari baringan tubuhku. Benar-benar kaget atas ucapannya. Dia pasti bercanda.

“Karena ia menyinggungmu dan enggan meminta maaf.”

“Kau akan menyesal.”

“Tidak. Lagi pula aku tak terlalu menyukainya.”

“Tapi ia tidak bersalah bodoh! Aku—kita yang salah. Di mana otakmu? Oke mungkin aku sedikit tersinggung atas ucapannya yang mengatai bahwa aku adalah gadis yang haus seks, dan secara tidak langsung mengatai aku jalang. Tapi ia melakukan itu semua semata-mata karena ia cemburu Niall! Aku tahu persis bagaimana perasaannya. Dan aku tahu aku sangat salah. Jadi kumohon jangan tinggalkan dia. Aku mohon Niall. Kau juga harus memiliki kehidupan—jangan kaupikirkan apa yang akan terjadi denganku jika aku tak mencurahkan gairahku!”

“Aku bisa apa? Aku benar-benar tak mencintainya.”

“Niall, lalu apa yang selama ini kaulakukan dengannya? Kau mengkhianati perasaannya? Ya. Kau baru saja melakukannya penjahat kecil!”

“Aku memang jahat, aku telah menjadikannya sebagai pelarianku. Tapi aku berusaha untuk mencintainya Brit, percayalah! Aku tak sekejam yang kaukira. Kupikir kau tahu apa yang membuatku tak dapat tertarik pada gadis lain.”

Ucapannya lantas membuatku tersentak. Aku tahu ke mana arah pembicaraan ini. Tidak. Bukan ide yang bagus jika aku harus menanggapi Niall. Aku tak mau menolaknya! Baik mungkin aku menyanyanginya—tapi tak lebih dari rasa... apa itu namanya aku tak tahu. Yang jelas aku tidak mungkin bersamanya, karena perasaanku tak sejauh itu padanya.

“Aku mengantuk Niall!”

Ia terdiam sejenak. Mungkin ia mengerti betapa aku ingin menghindari dialog ini.

“Baik, tidurlah Brit! Besok aku yang akan menjemputmu.”

“Apa? Tidak. Gee yang akan melakukannya.”

“Tidak bisa. Dia akan berangkat jauh lebih siang dari kita. Malam ini dia mabuk dan aku berani bertaruh besok ia akan bangun di jam kitaran 9 a.m—kau bisa saja menunggunya jika kauingin reputasimu hancur.”

Sial!

“Baiklah. Aku akan pergi bersamamu.”

“Baik. Malam.”

“Malam.”

***

“Kau sudah sarapan?” Tanya Niall membuka percakapan sambil terus fokus dengan jalanan. Aku hanya mengangguk tanpa mau menoleh ke arahnya apalagi menjawab pertanyaannya. Sebutlah kini aku kejam karena aku membutuhkan Niall namun aku tak pernah peka terhadap perasaannya. Ia melayaniku tapi aku menampiknya dengan dingin. Oh ini semua semakin rumit semenjak ada Ariana di antara kami. Bukan aku ingin memiliki Niall sepenuhnya! Tidak! Itu bodoh. Tapi perasaanku semakin seperti bola kusut dan aku sendiri yang membuatnya semakin rumit. Melirik ke arahnya memerhatikan mimik wajahnya yang muram. Kenapa aku tak memiliki perasaan kepadanya. Apalagi? Ia tampan, kaya, baik dan sempurna. Tapi justru karena kesempurnaannya itu membuatku menarik diri agar tak terlalu jauh bermain dengan perasaannya. Terlebih ibunya yang tak pernah suka dengan keberadaanku. Bahkan hingga saat ini aku tak pernah tahu di mana Niall tinggal setelah kepindahannya satu tahun lalu.

(TERBIT) Alter EgoWhere stories live. Discover now