53. Gags

12K 1.4K 75
                                    

Baiklah, saatnya hari normal kembali kukerjakan. Meski Harry tidak ada, bukankah aku harus tetap bekerja untuknya? Aku tak dapat membayangkan berapa pertemuan yang Harry cancel untuk menemaniku berlibur. Terkadang pemuda manis juga bisa menjadi sangat gila.

Aku dan Ibu tidak terlalu banyak mengobrol semenjak ia belum menyatakan keputusannya atas hubunganku dengan Harry. Aku juga merasa tidak enak jika sudah melontarkan kata-kata pedas pada Ibu. Padahal kan niatnya baik? Kenapa aku selalu saja membuat Ibu kesal? Aku jadi merasa begitu tak berguna.

Aku mulai memasuki kembali gedung besar milik ayah tiri kekasihku, Diageo. Padahal hanya seminggu tapi terasa begitu asing. Udaranya, suasananya, apa yang berubah? Seperti biasanya aku melangkah ke dalam dan mendapat sambutan tatapan panas dari hampir semua karyawan. Mungkin yang lelaki melemparkan tatapan cabul. Aku hanya berusaha sebisa mungkin untuk tidak memedulikan mereka. Menarik napas dalam-dalam, aku melangkah ke dalam elevator.

Sekelebat bayangan bercinta di sini bersama Harry terbayang, membuatku senyum-senyum sendiri. Bisa-bisanya aku merindukannya di jeda waktu satu hampir dua hari kami tak bertemu.

Dentingan suara elevator membangunkanku dari bayangan indah malaikat tak bersayap, Harry. Aku melangkah ke luar. Saking sepinya di sini, hentakan heels-ku begitu bergema memenuhi ruangan. Aku memasukkan kartu absen masih dengan nama Ibu lalu bergegas menghampiri mejaku.

Tunggu,

Siapa itu? Kendall kah?

Aku mengencangkan langkahku untuk segera sampai ke mejaku. Sial! Dia terlihat seperti aku, seperti Kendall juga. Terlihat begitu tipe Harry; meskipun aku belum benar-benar tahu tipe gadis seperti apa yang Harry sukai, tapi melihat aku dan Kendall, gadis ini masuk tipe, sangat bahkan.

“Permisi.” Aku sedikit membungkuk untuk dapat melihat wajahnya yang sedang duduk di kursiku berkutat dengan komputerku. Ia mendongak dan tersenyum menatap ke arahku. Sial! Dia cantik juga.

“Ya, ada yang bisa saya bantu?” aku mengerenyit di saat ia juga mengerenyit melihatku. “Maaf Nona, Anda tidak seharusnya ada di sini. Ini ruang terpisah dan hanya tamu-tamu penting yang boleh masuk. Tuan Menezes sedang ke luar kota.” Informasinya. Betapa aku ingin memberitahunya bahwa aku lebih mengetahui peraturan itu. Aku tahu tidak ada yang boleh masuk ke sini kecuali berkepentingan, dan aku adalah orang terpenting di kehidupan Harry, kenapa aku tidak boleh masuk? Dan satu lagi, aku tahu Harry sedang berada di luar kota. DAN DIA PERGI BERSAMAKU. Who the hell is this girl?

“Siapa kau? Sejak kapan kau di sini?” tanyaku sarkastik. Penampilan kami hampir sama. Kau bisa menebak, bagaimana sih tampilan seorang sekretaris? Hanya saja dia terlihat lebih tua dariku. Tidak setua Ibu atau Freggie memang, tapi dia terlihat begitu... menggairahkan. Aku jadi teringat kalau Harry pernah menyukai gurunya di Skotlandia.

Ia berdiri menghadapiku dengan senyum yang begitu menawan. Dia lebih cantik daripada aku. Kenapa si Harry tidak memberitahuku jika ada gadis panas duduk di kursiku?

“Aku Lucy Pinder. Kau bisa memanggilku Lucy.” Ia menjulurkan tangannya untukku jabat. Dengan masih banyak tanda tanya berkelebatan di otakku, aku mencoba membalas jabatan tangannya. Aku pasti terlihat begitu kacau olehnya. Bagaimana tidak? Aku sama sekali tidak tersenyum. Aku lupa bagaimana caranya berekspresi. Sialannya adalah payudaranya sangat besar dan membuatku menelan ludahku beberapa kali. Kenapa? Aku kan perempuan!

“Britney,” kataku sedikit kelu. “kau bekerja di sini? Sebagai apa? Sejak kapan?” ia mengerenyit dan sedikit terkekeh ramah mendengar pertanyaan menohokku.

“Ya, aku sekretaris. Sejak lima hari yang lalu.” Kini aku yang terkekeh mendengar penjelasannya.

“Terimakasih Lucy, tetapi di sini aku lah sekretarisnya. Dan Harry kekasihku.”

(TERBIT) Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang