4. He is My Boss

19.7K 2K 29
                                    

Ibu memperbolehkan aku menyetir mobilnya. Aku mendapat surat izin mengemudi satu tahun yang lalu, tapi sampai saat ini aku belum memunyai mobil pribadi. Kau tahu alasannya. Finansial. Aku juga mengenakan pakaian Ibu. Karena alasan pertama aku tak memiliki pakaian formal, dan kedua ukuran tubuh kami yang hampir sama. Hanya saja aku lebih tinggi darinya dan membuat roknya sedikit lebih pendek ketika kupakai. Tak banyak yang Ibu katakan saat aku bertanya apa saja yang harus aku lakukan untuk menggantikannya. Aku hanya harus melakukan apa yang bosku suruh, dan tidak mengganggunya sedikit pun. Itu saja. Lalu jangan aneh jika nanti bosku akan lupa siapa namaku. Dia bilang ingatan bosku sedikit berantakan. Dan oh, satu lagi. Ibu memberiku nomor telepon seorang wanita yang katanya selalu Bos panggil jika ia sedang kesepian. Biar kutebak, bos ini pasti seorang om-om. Well, kita lihat nanti. Biarlah ini menjadi sebuah kausalitas untukku.

Setelah cukup jauh aku menyetir, akhirnya aku sampai di Diageo. Perusahaan minuman keras yang cukup terkenal di UK. Kadang aku berpikir, berapa sebenarnya mereka membayar ibuku? Kenapa kami selalu kekurangan dana? Khususnya aku sih. Mudah-mudahan saja bos yang akan kuhadapi bukan seorang yang pelit, sehingga ia akan banyak memberi tip padaku. Ah, Ibu selalu bilang. Jika bekerja, jangan pikirkan hakmu-tapi kewajibanmu! Ya maafkan aku Ibu!

Setelah memarkirkan mobil, aku masuk ke dalam gedung megah ini. Sial! Roknya terlalu pendek.

Semua orang memerhatikanku. Mungkin mereka bertanya-tanya. Siapa gadis itu? Aku berusaha mengabaikan mereka. Aku tahu aku terlalu muda untuk bekerja di sini. Tapi Ibu bilang ia telah menegosiasikan semua ini dengan Bos hingga aku tak perlu khawatir dan bisa langsung masuk ke ruangan di mana hanya ada aku dan bosku di sana. Ibu bilang ruangan kami terpisah dengan ruangan karyawan lain. Ibu enggan membicarakannya karena ia bilang nanti juga aku akan mengetahuinya. Sejauh ini yang aku harus lakukan hanyalah melaksanakan apa yang diperintah olehnya. Tak perlu memikirkan apa pun.

Aku memasukkan kartu absen atas nama Ibu ke mesin yang disediakan dan bergegas masuk ke ruanganku, maksudku bosku. Karena aku memang tak punya ruangan, hanya sebuah desk dan kaca yang menutupi. Posisinya tepat di depan ruangan bosku dan aku tahu persis di mana tempatnya karena di kantor ini terdapat banyak penunjuk arah sehingga aku tak perlu bertanya di mana tempat kerjaku saat ini.

Knock..

Knock..

"Masuk."

Kenapa suaranya tak asing kudengar yah? Ah, aku menggelengkan kepalaku berusaha menghilangkan pikiran bodoh itu dan masuk ke dalam ruangan.

Saat masuk, aku terpaku melihat siapa yang ada di hadapanku ini.

"Harry?"

Aku sangat kaget dengan apa yang sedang kulihat ini. Pantas saja Ibu bilang ingatannya kurang beres. Dia selalu lupa dengan namaku. Kenapa ia ada di sini? Maksudku, bukankah nama belakangnya Styles? Setahuku Ibu selalu memanggil bosnya dengan sebutan Mr. Menezes, bukan Styles. Dan ini sangat membingungkan.

"Harry? Aku bosmu! Di mana sopan santunmu?" Ia terkekeh melihat ekspresiku yang begitu kaget lalu berjalan menghampiriku. Ia memerhatikanku dari atas sampai bawah, lalu kembali ke atas. "Kau memakai pakaian Angie?" Terkanya mengerenyit dan aku tak menjawab. Ia tahu aku memiliki selera fashion yang buruk, jadi kami tidak perlu membahas ini lebih jauh bukan? "Hey, tenanglah! Oke mungkin kau aneh dengan semua ini. Biar aku jelaskan." Terka Harry yang memerhatikan raut wajahku yang kebingingan saat ini.

"Ivan Menezes adalah ayah tiriku, dia menyuruhku untuk menggantikan posisinya di sini karena ia akan mengurus proyek barunya di California. Apa sudah cukup jelas untuk membunuh rasa terkejutmu?" Tanyanya. Apa? Dia anak tiri dari Menezes?

(TERBIT) Alter EgoWhere stories live. Discover now