10. His Virginity? I Doubt

27.8K 2K 49
                                    

Harry mengerutkan keningnya dan memerhatikanku yang tengah mabuk dari ujung kaki hingga ujung kepala. Meski bra dan g-string sudah kupakai, ia tak bisa menghentikan pandangannya terhadapku. Aku menatapnya teraneh dan merasa risih jika ia memandangiku seperti itu. Aku tidak percaya diri-aku sadar aku memiliki ukuran payudara yang tidak besar, bokongku pun kurang menggairahkan. Secara mengejutkan kami menunduk secara bersamaan. Jika aku... jelas, aku malu diperhatikan seperti itu. Masalah Harry-aku tidak tahu.

"Ini aneh." Gumamnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan menumpu tubuhnya di dinding dengan tangan yang ia taruh tepat di sebelahku. Ia lalu mendongak menyadari aku tak menanggapi leluconnya. "Aku pernah mengalami ini. Sama seperti ini. Aku mabuk, kau berada di hadapanku, telanjang, dan-" Ia terhenti lalu menatapku lekat-lekat, "menggairahkan." Ucapnya membuatku seketika sulit bernapas dan semakin pusing. Pujiannya barusan lebih memabukkan dari alkohol yang baru saja aku konsumsi. Manik hijau matanya menyiratkan gairah yang tertahan. Tatapannya tertuju pada mataku seolah ingin memperlihatkan betapa ia menginginkanku saat ini. "Aku pernah mengalami ini. Tunggu-mungkin mimpi. Tapi terasa nyata." Ia bergumam membuatku semakin dibuat aneh dengan tingkah lakunya. Dari mulai ia menyingkirkan Liam dari ranjangku, mencumbuku, dan tiba-tiba berubah seolah menjadi dirinya yang lain. Lalu sekarang? Ia berbicara seolah ia memiliki kemampuan di luar nalar manusia dengan menjengkelkannya. Jika ini adalah sebuah lelucon, maka ini sama sekali tidak lucu.

"Katakan apa yang harus aku lakukan? Jangan membuatku terdiam seperti orang bodoh mencoba menelaah semua perkatan dan perbuatanmu yang semakin lama semakin tidak masuk akal." Pintaku sedikit kasar. Tapi siapa juga yang mau diperlakukan seperti ini? Bagaimana bisa ia menginginkanku, menolakku, membuangku dan kembali menginginkanku dalam satu waktu? Itu gila! Apa ia memang seseorang gila?

"Aku..." ia menggigit bibir bawah eksotisnya membuat tatapanku kembali refleks ke bibirnya yang baru saja kurasakan sensualnya dalam mulutku. "Apa jika ereksiku mengeras berarti aku menginginkanmu?" tanyanya membuatku seketika ingin tertawa terbahak-bahak lalu menggulingkan tubuhku secara bolak-balik di lantai. Tapi aku menahannya, masih tidak mengerti dan marah dengan perlakuannya. Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan tololnya. Bagaimana bisa dia tidak tahu semua itu? Ke mana saja dia selama menjadi orang dewasa? Sangat mustahil bukan jika dia belum pernah mimpi kotor atau terangsang dengan godaan seorang yang menarik matanya sekali pun? Lagi pula bukankah dia pernah meniduri Kendall? Jika dilihat dari permainannya yang kasar, aku ragu dia tak pernah melakukannya dengan siapa pun sebelumnya. Oh aku mengerti. Mungkinkah ini hanya rayuan murahan Harry yang ia lontarkan pada semua gadis yang ia inginkan? Membuat mereka terlena dengan ucapannya? Berapa gadis yang terbodohi dengan bualannya? Atau gadis-gadis bodoh itu mengetahui kebohongan Harry dan membiarkannya melakukan itu karena mereka juga menginginkan Harry? Oh itu bahkan lebih bodoh dari tipuan Harry. Dan nampaknya aku akan menjadi gadis bodoh itu. Ayolah! Aku memang menginginkannya.

Ia menghela napas dan mendekatkan wajahnya ke arahku hingga nyaris tak ada jarak di antara kami. "Kalau begitu aku menginginkanmu." Bisiknya membuat jantungku terasa meloncat ke kerongkongan memaksa keluar. Darahku berdesir kencang ketika rambutnya menyentuh leherku. Ya, ia memajukan wajahnya ke belakangku. Tangannya mencengkram pinggangku-sangat kencang. "Bimbing aku Sayang." Oh bisikan itu berhasil membuaiku hingga ke tingkat nirwana. Aku melepas pelukan Harry dan meloncat ke pinggangnya sehingga saat ini ia mencengkram kedua pahaku yang mengelilingi pinggangnya. Sesegera mungkin aku melumat bibir penuhnya penuh gairah. Ia menegadah menerima ciumanku. Ciumannya kali ini lebih berantakan dari yang pertama. Ia benar-benar seperti pemula-maksudku lihat caranya membalas ciumanku. Ia tak melayani lidahku, ia hanya melumati bibirku dan ingin berlama-lama dengan bibir bawahku. Nampaknya ia sangat menyukai bibirku, terutama pada bagian bawah.

"Aku benar-benar tak tahu apa yang harus aku lakukan. Apa selanjutnya?" tanyanya disela-sela ciuman kami.

"Jangan terburu-buru. Aku belum kenyang." Jawabku lalu kembali menyerang bibirnya dan ia membalas ciumanku sambil tersenyum menyadari tak bisa puasnya aku dengan bibirnya.

(TERBIT) Alter EgoWhere stories live. Discover now