5. Another Moody Day

19K 2K 52
                                    

“Fuck!”

Geram Harry membuatku gemetaran. Tunggu… tunggu… kenapa aku yang gemetaran dan gugup?  Dan—dan kenapa geraman Harry sangat seksi? Maksudku, suaranya begitu berat dan… indah. Ah hentikan Brit! Tahan dirimu!

Tapi, Harry bilang dia belum pernah melakukan hal semacam itu. Ia juga terdengar bersungguh-sungguh waktu itu. Oh! Kenapa aku harus usil dengan urusan mereka sih? Tapi aku benar-benar bingung dengan semua situasi yang begitu banyak kualami  di hari pertamaku. Semuanya membuatku terkejut. Dimulai dari mengetahui Harry adalah bosku, lalu ia menyuruhku untuk hanya diam, dia tiba-tiba tak mengenaliku, membentakku—dan menyiksaku. Baik, ini sangat membingungkan. Ada lagi kah yang bisa mengejutkanku?

Tap..

Tap..

Tiba-tiba kudengar suara langkah seseorang dengan cepat seolah menjawab pertanyaan dari diriku sendiri. Ini pasti kejutan lainnya. Kalau bisa kutebak, dia seorang lelaki dengan sepatu mengkilat mahal yang sedang berjalan ke sini.

Lihat? Benar kan terkaanku? Ia menghampiriku.

“Bisa kutemui bosmu?” Tanyanya menyeringai menggodaku. Baik, ia tampan dan rapi. Matanya berwarna biru aqua, rambutnya tertata sangat muda dan wanginya tidak buruk.

“Apa kau sudah membuat perjanjian dengannya?” tanyaku berusaha seramah mungkin. Terlebih karena mendengar suara desahan dari Kendall dan Harry membuatku sedikit tertarik untuk mengikutinya mengingat hormone-ku yang begitu tinggi.

“Kau baru di sini? Aku tak perlu membuat perjanjian dengannya jika aku ingin bertemu. Aku teman baiknya.” Katanya dengan tatapan memesona. Aku menarik napas dan mencoba menghubungi Harry yang sebenarnya kutahu ada di dalam. Tapi gila saja jika aku harus membuka pintunya dan melihat itu… Ya—itu. Kau tahu? Tak mungkin! Situasi baiknya adalah mereka tidak terus mendesah membuatku tak begitu sulit berbohong pura-pura tak mengetahui apa yang sedang mereka lakukan di dalam.

“Namamu?” aku meliriknya sementara telepon masih tersambung dengan ruangan Harry.

“Boo Bear.” Jawabnya sambil menatap menggodaku. Baik! Aku tergoda. Jadi hentikan! Panggilanku tidak juga Harry angkat jadi aku memutuskan untuk mematikannya dan kembali pada tuan pemilik nama Boo Bear ini.

“Harry sedang sibuk. Kau bisa menunggu, mungkin sebentar lagi ia akan selesai.” Kataku. Aku tahu itu terdengar bodoh karena aku sendiri pun tidak yakin apa ini akan berakhir dengan cepat?

“Sedang apa dia memangnya? Dia tak pernah menolak kedatanganku.” Tanyanya membuatku gugup. Haruskah aku menjawab bahwa Harry sedang berhubungan intim di dalam? Tidak mungkin kan? Yang benar saja. Aku menggigit bibirku dan berkata,

“Aku tak tahu. Kautunggu saja.”

“Aku tak suka menunggu.” Timpalnya dan pergi dari hadapanku menuju pintu.

Tidak! Jangan, jangan! Jangan dibuka! Aku bisa dibunuh oleh Harry mengingat perlakuannya yang kelewat kasar tadi. Buru-buru aku melangkah ke hadapan pintu dan menghadang langkahnya. Tapi yang justru aku lakukan adalah membuat jarakku dengan si Boo Bear ini semakin dekat—mendekat—terlalu dekat. Oh aku bisa mengendus aroma parfumnya yang maskulin.

“Aku ingin masuk ke ruangan. Jangan sampai aku yang masuk ke dalammu.” Bisiknya melirik ke bagian tubuh sensitifku membuatku menelan ludahku bersamaan dengan degupan jantungku yang tidak terkontrol. Baik! Lakukanlah! Masuki aku!

Aaarrrgggghhh! Aku bisa gila! Jangan Britney!

“Jaga sopan santunmu!” balasku dengan suara bergetar. Kenapa? Seharusnya kau membentaknya Britney bodoh! Ia terkekeh melihat ekspresi wajahku yang mungkin kini telah terbakar panas menahan gairah. Aku buruk berakting aku tahu. Tapi setidaknya aku tak menarik kerah bajunya dan memintanya untuk menyenggamaiku sekarang di atas meja kerjaku.

(TERBIT) Alter EgoWhere stories live. Discover now