6. Tell Me What's Goin On Here!

20K 2.3K 59
                                    

Aku melangkah mengekor di belakangnya. Sempat aku teraneh padanya: bukankah kemarin dia melupakan namaku? Sekarang dia memanggil namaku dengan lancar seolah ia mengingat dan mengulang-ulang namaku selama perjalanannya kemari. Jika ia membahas soal kemarin, aku akan langsung memintanya untuk meminta maaf.

Kini aku memerhatikannya yang sedang menggeser kursi dan duduk di atasnya. Aku melipat tangan di atas dadaku dan memberikannya tatapan tidak menyenangkan. "Duduklah!" ia mempersilahkanku. Aku memutar bola mataku dan menuruti keinginannya.

"Baiklah, jadi ini soal apa? Aku tidak menyukai basa-basi." Kataku dengan arogan mendaratkan bokongku di kursi tepat di hadapannya. Harry menyipitkan matanya ke arahku memberikan tatapan menyelidik.

"Kenapa kau memerintahku? Aku bosmu! Dan itu masih berlangsung hingga saat ini." Katanya langsung membuatku bungkam. Ia menyenderkan punggungnya dan memutar kursinya ke sana-kemari seperti menimbang-nimbang untuk mengatakan sesuatu.

"Aku ingin bertanya sesuatu padamu." Katanya membuatku bosan.

"Ya aku tahu. Itulah sebabnya kau memanggilku, kan?" Kataku sedikit-kasar? Ia menghela napas ragu. Ada apa sebenarnya dengan si brengsek ini?

"Apa kemarin aku menyakitimu?" tanyanya dengan bimbang. Aku membelalakan mataku lebar-lebar. Apa ia tak menyadari yang ia lakukan kemarin? Apa ia sedang mabuk? Tapi kemarin itu jelas-jelas aku tak mencium adanya bau alkohol di pakaiannya. Aku hanya melihat raut wajahnya yang begitu kacau. Dia pasti sedang bercanda.

"Tidak!" kataku berbohong. Aku hanya ingin mengetesnya. Jika ia memang sedang bercanda, ia akan kesal dengan jawabanku bukan?

"Apa kau yakin?" tanyanya, dan aku mengangguk sambil mengangkat sebelah halisku. Ia menghela napas dengan lega dan menangkupkan wajah dalam kedua telapak tangannya di atas meja terlihat begitu depresi. Oke, saat ini aku benar-benar kebingungan. Apa kemarin itu ia kerasukan? "Oh, syukurlah!" ia lalu mendongakkan kembali kepalanya dan menatapku. Matanya penuh dengan kekhawatiran dan bingung. Ia seperti hilang arah, namun terlihat terlalu tampan hari ini. "Apa... apa kemarin aku memintamu untuk menghubungi gadis itu?" ia kembali bertanya.

"Maksudmu Kendall?" tanyaku. Ia pun membelalakan matanya ke arahku lagi lalu membuang tatapannya dengan kesal. Baiklah aku bersedia membayar berapa pun untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di sini.

"Itu membuatku bisa menyimpulkan bahwa aku benar-benar memintamu untuk menghubungi jalang itu." Katanya mendelikan matanya dariku.

"Jalang? Kau yang bajingan. Bukankah kau kemarin membuatnya seperti budak seks?" Aku membentaknya akibat perkataan kasarnya. Di mana sopan santun dan rasa terimakasihnya pada gadis itu? Ya, meskipun ia memang terlihat seperti jalang, tapi aku tak suka jika Harry berkata kasar seperti itu pada seorang gadis. Itu benar-benar menunjukkanku betapa bajingannya dia. Ia memelototiku, benar-benar kaget dengan pemaparanku.

"Kau? Memergokiku?" nada bicaranya berubah menjadi sangat menyeramkan. Aku melirik kesana-kemari dengan gugup.

"Um... aku... aku..." Menggigit bibirku dengan risih aku membuang pandanganku darinya. Ia menggebrak mejanya membuatku melonjak kaget dari dudukku. Menatapnya getir ketakutan.

"Jawab aku Brittany! Kau memergokiku? Lancang sekali kau!!!" teriaknya tepat di depan wajahku. Meski aku sudah membuang muka, teriakannya tetap begitu mendengking di telingaku. Ia lalu berteriak depresi dan keluar dari mejanya, kemudian ia melangkah ke arahku, menarik tubuhku dari kursi dengan kasar. Ia mulai lagi? Ia akan menyiksaku lagi? Seseorang tolong hentikan dia!

Ia mengguncang tubuhku memaksaku untuk menatapnya.

"Jawab aku!" ia berteriak. Dengan terpaksa aku mendongak menatapnya dan melepaskan cengkraman tangannya dari lenganku.

(TERBIT) Alter EgoWhere stories live. Discover now