7. I'm... Horny

28.8K 2.2K 49
                                    

Benar saja-lima menit kemudian kami sampai di sebuah café yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor. Harry melesat masuk ke dalam dan aku menyusul di belakangnya. Kami berjalan dengan sangat kencang, mungkin dengan perjalanan kami ke sini, menambah waktu janji lima menitnya Harry dan ia tak mau klien sampai kecewa dengan keterlambatannya kami.

Ia langsung berbelok dan menemukan tujuannya seperti sudah tahu akan duduk di mana orang yang ia maksud itu. Ia sama sekali tak memasang tampang ramah dan langsung menjabat tangan kliennya. Lalu ia menggiringku ke dekatnya.

"Ini Xylona." Ia memperkenalkanku. Aku menjabat tangannya,

"Xylona." Kataku.

"Corbin." Ia membalas sambil menyeringai. Ia sedikit terlihat lebih tua dari Harry. Penampilannya sangat rapi tapi wajah cabulnya tak dapat ia singkirkan. Entah sejak kapan aku memiliki kemampuan membaca raut wajah cabul orang lain-tapi aku bisa membaca wajah si Tuan Corbin Scooter ini. Aku mengangkat sebelah halisku menyadari jika acara jabat tangan kami sudah terlalu lama. Corbin kembali duduk-disusul dengan Harry yang duduk di depannya. Aku duduk di sebelah Harry.

"Aku baru tahu namamu Corbin, Scooter?" Tanya Harry yang berkata terlalu ketus.

"Oh, ayolah. Kau harus memperkenalkan diri dengan nama depanmu agar terkesan akrab, apalagi di depan seorang gadis." Jawabhya melirik padaku saat mengatakan kata gadis. Kuperhatikan Harry tidak tenang melihat semua ini, aku yakin ini bukan karena kepercayadirianku yang besar. Harry benar-benar tidak senang dengan ini.

"Bagaimana perjalanan kalian ke sini?" Basa-basi Corbin kepada kami. Tapi entahlah, ia hanya melayangkan tatapannya ke arahku dan itu membuatku takut. Aku melirik ke Harry yang memasang tampang datarnya meminta perlindungan.

"Katakan saja apa maumu." Timpal Harry tanpa mau menjawab pertanyaannya.

"Hey ayolah! Jangan terburu-buru. Kalian bahkan belum memesan minuman. Ayo! Aku yang bayarkan." Corbin menyodorkanku daftar menu dan Harry langsung merampasnya dariku. Harry memanggil pelayan untuk mencatat pesanan kami.

"Kau suka kopi?" Tanya Harry memerhatikan deretan menu yang ada di hadapannya.

"Ya, tapi aku sedang tidak ingin kopi." Jawabku cepat karena aku tak mau tidak bisa tidur nanti malam.

"Kalau wine?" Harry menoleh ke arahku sekarang dengan tatapan nakal seolah mengetes-apakah aku suka minuman semacam itu?

"Boleh. Rainbow Sangria." Jawabku membuat keduanya terbelalak dan saling bertukar tatap.

"Pilihan yang bagus." Puji Corbin. Tapi sayangnya aku tak suka dengan pujiannya.

"Jadi apa yang akan kita bahas?" Harry memalingkan wajah Corbin dariku membuatnya menoleh ke arah Harry.

"Kau tahu apa yang akan kita bahas bukan? Mungkin semuanya akan semakin mudah jika..." Corbin melirik ke arahku bersamaan dengan lirikannya Harry. Corbin menggelitiki pahaku dengan jemarinya yang ia simpan di bawah meja membuatku langsung terkesiap kaget. Harry menatap kami bergantian dengan tatapan curiga.

"Jika apa?" pertanyaannya terlontar bersamaan dengan meloncatnya aku dari kursiku ketika tangan itu menggerayangiku lebih jauh. Bukan aku takut atau malu-aku mengerti betul bagaimana hormone-ku langsung bereaksi ketika menerima sengatan. Sekarang lihat? Wajahku pasti memerah dan aku tak tahu apa yang harus aku lakukan.

"Ada yang salah Brittany?" Harry bertanya. Aku melirik Corbin yang menyeringai begitu puasnya menyaksikanku yang bertingkah aneh. Aku kembali ke Harry dan menggelengkan kepalaku lalu berlalu berpamitan menuju toilet.

Astaga!

Setalah sampai di toilet, aku merogoh saku rok pendekku dan mengambil ponsel. Aku langsung memencet tombol panggilan cepat dan jaringan pun langsung menghubungkanku dengan Niall.

(TERBIT) Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang