27. Confession (2)

15K 1.7K 65
                                    

A/n: gak ada yang kangen apaaaaa???? :( :(

Aku melirik Harry dan tertawa pada tatapannya yang masuk ke mataku dan menembus ke hatiku. "Kau sudah siap untuk menceritakannya Harry?" tanyaku saat ia membalas tawaku.

"Baik." Ia mengangguk dan membenarkan punggungnya bersandar di kursi. Ia menjilat bibirnya sebelum menjelaskan kepadaku yang mana membuatnya sangat seksi.

"Katakan saja aku membenci ayahku. Aku melakukannya semenjak mengetahui dia penyelundup kokain dan membuat ibuku menangis sepanjang malam." Ia menggelengkan kepalanya berulang kali. "Awalnya aku tak pernah tahu apa alasan Ibuku menangis, tapi akhirnya kakakku Gemma, memergoki perbincangan Ayah dengan seorang asing. Malam itu hari ulangtahunku dan Gemma menyembunyikan rahasianya dariku karena tak mau merusak kebahagiaanku di hari jadiku. Tapi esoknya aku mengetahui kejadian itu dari mulut Gemma. Ayahku adalah pengedar kokain terbesar dan dia adalah seorang buronan. Tentu aku terkejut dan memeluk Gemma seketika. Aku sadar kondisi kami tidak aman tinggal dengan seorang buronan." Ia menarik napas dan menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Oh! Aku tak mungkin menceritakan semuanya." Ia menolak. Aku mengusap kepalanya dengan lembut.

"Tak apa jika kau belum percaya padaku. Tapi asal kau tahu aku akan menerimamu seperti apa pun kau." Kataku berusaha merayunya.

"Baiklah! Jangan pernah bicara jika aku tak memercayaimu. Karena Brittany, aku percaya!" deklarasinya. Aku mengangguk senang. Ia mendelik ke arahku dan meneruskan ceritanya. "Aku percaya kau akan menjaga rahasiaku, jadi dengarlah!" instruksinya.

"Iya bos." Ia tertawa dan sekali lagi menarik napas. Kenapa dia melakukan ini berulang-ulang?

"Aku ingin menyakiti ayahku." Katanya. Oh! Wajar. "Aku ingin membunuhnya. Dan ibuku." Baiklah, ini mulai tidak masuk akal. Tapi aku takkan menginterupsi, karena aku tahu ia membutuhkan telingaku untuk mendengarnya; bukan mulutku. "Aku tahu ibuku tidak bersalah. Tapi aku ingin membunuhnya bukan untuk menyakitinya. Tapi ayahku. Aku tahu Ayah akan kesakitan melihat Ibu kesakitan. Dan itu tujuanku." Aku merasakan guncangan hebat dalam dirinya.

"Aku menyusun berbagai skema pembunuhan. Dan pernah meyakinkan diriku sendiri bahwa aku mampu melakukannya. Lalu aku ragu dan tak percaya betapa jahatnya aku. Aku merasa ada seseorang yang bicara padaku-" oh! Ini dia, kurasa ini Harrold! "diriku yang sebenarnya adalah orang menakutkan yang akan tersingkap ketika lapisan kesopanan terluar terbuka. Pusat diriku, aku yakin, sudah membusuk. Aku tak bisa membayangkan diriku sebagai anak baik lagi. Lalu aku tak pernah melancarkan aksiku untuk membunuh keduanya ketika kusadari aku terlalu mencintai mereka." Jelasnya.

"Apa maksudnya dengan pusat dirimu?" tanyaku.

"Aku yang baik. Aku tak bisa membayangkan diriku sebagai anak baik ketika aku membelikan sekotak coklat sebagai hadiah ulangtahun ibuku dengan sisa uang saku yang kutabung. Aku mencobanya satu, kemudian memakan keseluruhannya karena kurasa tak ada gunanya memberikannya sekotak coklat yang telah terbuka bungkusnya." Ia mengangkat sebelah bahunya. Aku menyadari tanda-tanda kehadiran Harrold. Entahlah apa Harry menyadarinya atau tidak. Yang pasti ia mengenal dirinya lebih dariku. Ia tergelak. "Hey! Ini giliranku bertanya. Tapi aku akan membiarkanmu untuk kembali bertanya karena jujur aku tak tahu harus menanyakan apa padamu."

"Yes!" aku berteriak lalu mengecup lesung pipinya. Ia tersenyum dan menungguku kembali melontarkan pertanyaanku. "Hal yang paling gelap yang pernah kaupikirkan."

Ia memiringkan kepalanya menatapku untuk memastikan sesuatu yang entah apa. Tapi kemudian ia mengangguk dan menatap ke sembarang arah untuk memikirkannya.

"Aku ingin jawaban yang jujur Harry." Kataku membuatnya mengerenyit.

"Aku tidak sedang mencoba berbohong." Ia mendelik. "Aku pernah memikirkan sesuatu yang berpengaruh besar pada kehidupanku." Ia menatapku, aku mengangkat kedua halis meminta kelanjutan penjelasannya.

(TERBIT) Alter EgoWhere stories live. Discover now