43. I Loved You First

13.2K 1.4K 106
                                    

Brittany’s PoV

“Karena aku mencintaimu Harry.” Jawabku yang masih saja sibuk mengontrol reaksiku terhadap tubuh Harry. Kenapa aku begitu bergetar dan getir berada di sekitarnya? Kenapa rasanya begitu sakit menatap mata indahnya? Aku tahu kemarin itu bukan Harry. Lalu kenapa? Kenapa aku bertingkah seperti ini? Harry menunduk mencari tatapanku dan membuatku mendongak memberanikan diri untuk membalas tatapannya.

“Kenapa kau ragu mengatakannya? Kau tak sungguh-sungguh ya?” lirihnya dengan sedikit nada humor. Tapi nada bicaranya tak ada sedikit pun yang perlu ditertawakan. Aku menggelengkan kepalaku tidak setuju.

“Aku sungguh-sungguh Sayang. Aku hanya tak tahu kenapa aku bergetar seperti ini.” Ujarku gugup. Ia mengangguk singkat dan mengangkat tubuhku memintaku untuk menyingkir dari pangkuannya. Aku menurut. Kumohon! Jangan dulu menyentuhku atau aku akan lebih ketakutan dari ini. Aku menggigit bibirku dan enggan mendongak ke arahnya. Ia berdiri di hadapanku.

“Aku mengerti. Aku akan pergi.” Ia pergi dari hadapanku. Dan aku hanya berdiri di sini masih enggan menatapnya. Aku takut, dan aku tak bisa menghindari itu. Aku duduk di atas meja belajarku dan menonton Harry yang pergi dari halaman rumahku. Ia melangkah terburu-buru. Aku menelan ludahku merasa begitu bersalah terhadapnya.

Sekelebat bayangan Zac mulai menarikku ke bayangan hitam paling pekat seumur hidupku. Aku kembali merasakan bibirnya yang tergesek di atas leher perawanku. Menyisakan tanda merah yang memabukkan. Ia menyantap payudara mungilku dengan lahap, lidahnya bermain-main di sana dan membuatku gila. Lalu ia melahap daging kecil di antara bibir kemaluanku dengan erotis. Aku hampir tak bisa melupakan rasanya, dan belum pernah lagi merasakan keindahan itu lagi hingga saat ini. Dari situ aku mulai menggilai mulut pria. Bagiku mulut diciptakan dan memegang peran yang begitu sensual. Aku mencintainya. Aku mulai bereksplorasi dengan mulut beberapa pria yang memang memabukkan. Tapi hingga saat ini aku belum menemukan sentuhan sekuat Zac. Tidak Niall, atau pun Harry.

Harry?

Oh! Seharusnya aku menghampirinya tadi. Bukan malah membiarkannya pergi begitu saja. Aku hanya kerap kali terperangkap di jebakan Harrold yang membakar. Dan aku takut akan keberadaannya. Makanya tidak salah kan jika aku takut berada di dekat Harry? Karena Harrold ada di sana dan aku masih trauma.

Itu salah besar, Brit! Batinku merutuk. Iya, aku mengangguk pada diriku sendiri. Aku mengambil ponselku dan dengan cepat memanggil Harry.

“Halo, Harry?” aku memulai karena ia tak kunjung bicara. Wajar jika ia marah padaku. “Harry, maafkan aku. Bisa kita bertemu?” tanyaku. Namun Harry lagi-lagi tak menjawabku. Aku menarik ponsel dari telingaku dan melirik layarnya memastikan apa Harry benar-benar mengangkat teleponnya atau tidak. Dan jawabannya iya! Dia mengangkatnya. “Harry?”

“Uh... Brit.” Suaranya sangat berat dan terkesan begitu depresi.

“Ya?”

Aku minta maaf atas kejadian kemarin. Damn! Kau tahu si Pirang itu membuatku sangat marah.”

Tunggu. Ini Harrold?

“Harrold?”

“Ya, ini aku.”

“Apa? Berani sekali kau menyentuh barang pribadi Harry!”

“Ponsel maksudmu?” aku tak menjawab tak habis pikir dengan si Bajingan ini. Segera aku mematikan ponselku dan melemparnya dengan kesal ke atas ranjang. Ini benar-benar kesalahanku. Harry sangat marah hingga Harrold dengan mudah bisa menyingkirkan Harry dari tubuhnya sendiri. Dari awal ini memang kesalahanku. Seharusnya aku minta maaf pada Harry.

(TERBIT) Alter EgoWhere stories live. Discover now