24. Dammit!

16.2K 1.9K 62
                                    

“Harry marah padamu huh?” Harrold membuka konversasi begitu ia mengemudikan mobilnya. Aku masih menekuk wajahku dan enggan berkomentar. Di mana Harry jika jasadnya sedang diisi Harrold? Di mana Harrold ketika Harry mengisi tubuhnya sendiri? Apakah ini berada kaitannya dengan hal gaib? Aku benar-benar tak mengerti. Tunggu—bukankah Harry pernah berkata bahwa Mrs. Humer itu membantunya untuk keluar dari zonanya yang seperti ini? Apa mungkin aku bisa bertanya padanya mengenai semua ini?

“Di mana Harry?” aku mengalihkan pembicaraan. Harrold pun tergelak tawa mendengar pertanyaanku.

“Dia di sini Brit Sayang.” Jawabnya seperti baru saja mendengar serial komedi.

“Jangan panggil aku Sayang!” pekikku membuatnya tersenyum sinis. “Di sini di dalam tubuh?” tanyaku. Harrold mengangguk. Aku semakin teraneh—tak mengerti mungkin lebih tepat. “Akan kaubawa ke mana aku?” tanyaku lagi.

“Kau akan tahu nanti.” Harrold mengangguk sambil tertawa. Dia gila! Dia jauh dari Harry. Dia sangat berbeda. “Jangan menilaiku! Aku lebih baik dari Harry dalam satu hal—yaitu seks.” Katanya dengan bangga. Aku memutar kedua bola mataku mendengar pernyataan bodohnya itu. Tapi apa dia baru saja membaca pikiranku?

“Aku takkan keberatan kaubawa ke mana pun aku, aku hanya minta satu hal.” Kataku dan seketika itu ia menoleh—dia terlihat seperti Harry.

“Apa?”

“Kau gila? Perhatikan jalannya!” aku berteriak sambil menahan setirnya. Ia masih enggan memutus tatapannya padaku.

“Kalau begitu katakan—apa yang kauinginkan?” desaknya.

“Aku akan  mengatakannya jika kau menyetir dengan benar!”

“Katakan!”

Ya Tuhan dia gila! Aku menarik napas masih terus menahan setirnya. “Aku minta jangan biarkan lelaki lain menyentuhku.” Pintaku dengan lirih. Entahlah apa tapi perasaanku berkata bahwa aku akan dibawa ke suatu tempat yang berbau seperti itu. Kau tahu maksudku. Ia tersenyum lalu kembali fokus ke jalanan. Aku menghela napas lega dan mulai melepas setirnya—membiarkan hanya dia yang mengendalikan.

“Itu memberiku sinyal bahwa kau hanya ingin aku yang menyentuhmu.” Katanya membuatku terdiam.  Ia melirik kembali ke arahku yang masih terpaku pada perkataannya yang sial benar. “Kau tenang saja. Kau datang sebagai pacarku—takkan ada yang berani macam-macam.” Katanya mencoba menenangkanku.

“Kenapa?” tanyaku.

“Apa lagi?” sepertinya ia mulai kesal dengan rasa penasaranku yang tinggi.

“Kenapa kau menginginkanku menjadi pacarmu?  Bagaimana dengan Kendall?”

“Entahlah.” Ia mulai gugup. Bukankah ini kesempatanku untuk mendesaknya?

“Entahlah? Kau pasti punya alasan Harrold!” pekikku. Ia terdiam dan menatap jalanan dengan tatapan kosong. Apa yang sedang ia pikirkan?

“Mungkin… karena Harry. Aku mendiami tubuh yang sama, setidaknya aku merasakan apa yang ia rasakan. Ia begitu menyayangimu, Brit.” Katanya membuatku tersentuh. Tapi sekaligus tersentak. Bukankah Harrold baru saja menyiratkan bahwa Harry masih mencintai Kendall? Buktinya Harrold masih memacarinya. “Denganku kau bisa mengetahui apa yang sedang Harry rasakan.” Ia menoleh ke arahku dan tatapannya sungguh menyejukkan. Dia semakin terlihat seperti Harry! Dia kekasihku.

“Kau menyukaiku?” aku menatapnya yang terdiam membeku dengan setir dan pikirannya sendiri.

“Jauh lebih dalam dari itu.” Gumamnya dengan pelan. Tapi aku bisa mendengarnya. Ia—Harrold juga mencintaiku seperti Harry mencintaiku. Apa ini akan menjadi lebih sulit? Apa dengan ini hubunganku dengan Harry akan semakin memburuk?

(TERBIT) Alter EgoTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon