36. I Choose Harry

13.9K 1.5K 85
                                    

"Kau sangat menggemaskan. Aku ingin merasakanmu Brit, aku rindu." Ucapnya membuatku kini yang terkekeh.

"Kau ikut?" tanyaku.

"Skotlandia?" aku mengangguk. "Siapa Freggie?" tanyanya mengabaikan pertanyaanku.

"Dia adik ayahku. Dia mendiami rumah kami yang dulu setelah ia menjanda. Dan ibuku ingin ke sana." Jelasku. Harry mengangguk. "Apa yang kaulakukan pada Niall?" tanyaku membuatnya mendelik kesal.

"Dia mengadu?"

"Tidak. Aku hanya teraneh kenapa dia ada di luar meninggalkanku."

"Aku hanya memintanya untuk menjaga jarak darimu oke?"

"Kau tak perlu melakukannya. Dia sahabatku. Dan jika kau melakukannya lagi, aku yang akan menjauh darimu."

"Kau membelanya?"

"Ya." Jawabku sederhana lalu menyimpan makananku yang telah habis. Harry mendengus kesal dengan pernyataanku. "Harry kumohon berhentilah membentengi aku dan Niall. Dia sahabatku dan kami saling membutuhkan. Yang terpenting aku sudah berjanji padamu bahwa aku takkan pernah melakukan hubungan intim lagi dengan Niall. Apa itu tidak cukup jelas?" tanyaku.

"Bukan kau! Tapi dia! Dia selalu menatapmu dengan tatapan yang intens. Aku tidak suka. Kau milikku-sepenuhnya." Elaknya.

"Beri dia waktu! Dia juga punya kekasih. Aku tak mau dan tak bisa dipisah dengan Niall mau pun Giselle oke? Itu akhir pembincangan kita." Keputusanku sudah bulat. "Di mana dia sekarang?"

"Dia siapa?"

"Niall Harry!"

"Aku tak tahu Brit. Kau pikir aku penjaganya? Ia hanya pergi setelah kekasihnya yang cerewet ke sini." Aku mengangguk dan mendesah lega.

***

"Kau yakin kau baik-baik saja Angie?" Dr. Evans bertanya ramah membuat Ibu yang tengah berdiri di sampingku terkekeh.

"Tentu Mr. Evans kau tak perlu khawatir. Lagi pula Britney akan mengajakku liburan panjang." Jawab Ibu menoleh ke arahku. Aku tersenyum dan mengangguk, melirik ke arah Dr. Evans yang mengedipkan sebelah matanya kepadaku atas konspirasi yang telah kami diskusikan kemarin.

"Bawakan aku oleh-oleh." Goda Dr. Evans. Aku dan Ibu bertukar tatap mengangguk sambil tersenyum.

"Tentu." Jawabku. Christine yang telah beres langsung menghampiri kami.

"Kami siap!" Teriak Christine antusias. Kami mengangguk lalu berpamitan dengan Dr. Evans.

***

"Kapan kita berangkat?" tanya Ibu selagi aku mengemudikan mobilnya.

"Bersabarlah Bu. Kita pulang dulu dan aku akan mengurus semuanya." Jawabku sambil tersenyum menyadari keantusiasan Ibu. Aku menoleh ke belakang memerhatikan Christine yang tengah asyik sendiri dengan iPod-nya.

"Christine, kau ikut?" tanyaku. Ia menoleh dan mencabut earphone-nya.

"Ah tidak Brit, aku menunggu saja di sini. Lagi pula ada panggilan pekerjaan yang kutunggu. Memang berapa lama kalian akan pergi?" tanya Christine.

"Paling hanya seminggu." Jawabku sambil tersenyum.

"Aku sudah tidak sabar menunggu reaksi Freggie. Jangan beri tahu dia kita akan ke sana ya Brit?" rengek Ibu. Aku terkekeh.

"Iya Ibu sayang." Aku merespon, meremas tangannya dengan lembut.

***

"Sayang, kau di mana?"

(TERBIT) Alter EgoWhere stories live. Discover now