16. Be Mine

19.3K 2K 112
                                    

“Akan kau bawa ke mana aku?” tanyaku. Harry terlihat tidak nyaman pada pertanyaan yang telah kulontarkan beberapa kali padanya ini. Jangan salahkan aku jika aku cerewet. Itu salahnya kenapa tidak menjawab pertaanyaanku.

“Apartemenku.”

Apa? Ia hendak membawaku ke sana? Pikiranku langsung terombang-ambing pada hal yang kotor. Terlebih hari ini aku belum sama sekali merasakan itu. Aku akan sangat menikmati jika Harry yang memberikannya malam ini. Ya Tuhan bengal sekali aku ini.

“Apa yang sedang kaupikirkan?” ia menoleh ke arahku sambil menyeringai nakal.

“Kau tahu apa yang kupikirkan.” Aku menerkanya membuatnya tergelak tawa. Aku tahu pikirannya sama kotor denganku.

“Aku ingin kau memakai kaos dan jeans-ku. Ambil di belakang.” Perintahnya membuatku terbelakak.

“Apa?”

“Sekarang!”

Aku mendengus kesal dan berbalik hendak mengambil bajunya. Aku sudah melihat lipatan pakaian itu di depanku, tapi jaraknya terlalu jauh dengan jangkauanku. Aku merangkak berusaha mengambil pakaian itu dengan sedikit menunggingkan bokongku membuat Harry bergumam. Entah apa yang ia gumamkan tapi aku suka menggaanggunya seperti ini. “Bertahanlah seperti itu Brit!” Harry terkekeh. Aku kembali ke tempat dudukku dan menamparnya dengan pakaian miliknya dengan kasar.

“Kau gila.” Gumamku.

“Itu salahmu.” Ia mengangkat kedua bahunya. Setelah aku menggenggam pakaian Harry, aku membukanya dan kutemukan sebuah jeans hitam bersama kaos putih polos berkerah ‘V’. Kenapa dia membawa semua ini kupikir. Apa ia sering tak pulang ke tempat tinggalnya? Atau ia memang sengaja membekalkannya untukku? Tidak! Dugaan kedua itu sama sekali tidak masuk akal.

“Tunggu apa lagi?” tanyanya membuatku terperanjat. Ya Tuhan, sejauh apa yang kulamunkan tentang apa yang akan terjadi setelah ini?

“Menepi lah! Aku butuh ke toilet.” Pintaku sedikit kasar memang.

“Untuk apa?” suaranya menaik.

“Aku malu Bodoh!” ucapku membuatnya mendengus kesal.
“Kau malu aku melihat tubuhmu?” kata-katanya selembut sutra. Ia melirikku membuatku begitu tergoda.

“Kenapa kau ingin aku memakai pakaianmu sementara kita akan pergi ke apartemenmu? Yang mana pakaianmu dengan pasti ada di sana.” Tanyaku membuatnya menoleh ke arahku. Tatapannya sangat gelap dan liar, aku bisa merasakannya.

“Aku ingin memerhatikanmu melakukan itu. Entahlah! Kau bisa menolaknya jika kau tak mau.” Ia tersenyum gugup membawa telapak tangannya untuk mengusap lehernya. Serius? Ya Tuhan. Aku bersemangat sekali!

“Baik.” Aku mengalah. Padahal jauh di lubuk hatiku aku ingin sekali menari dan berteriak senang.

“Larat Brit! Kau tak perlu mengganti roknya.” Suruhnya ketika aku mulai memerosotkan rokku. Aku pun mengurungkan niat untuk menggantinya. Aku membuka kancing kemejaku membuat Harry begitu fokus memerhatikan kaca spionnya untuk melihatku di refleksinya.

“Fokuslah Harry!” aku membentaknya dan memunggunginya saat aku hendak membuka kemejaku. Ia pun mendelik kesal.

Aku mendesah lega saat aku berhasil memakai kaos Harry yang terasa jauh begitu besar dengan kemeja ketatku membuatku dapat bernapas lega. Dan aku melakukannya beberapa kali menyadari betapa nyamannya aku dengan pakaian ini. Terlebih bau kaosnya yang enak membuatku tak bisa berhenti mengendus aroma lelaki yang kusukai ini sedang menempel di tubuhku. Inilah aroma favoritku sekarang. Ah! Sebenarnya dari dulu sih.

(TERBIT) Alter EgoWhere stories live. Discover now