37. Normal Guy

14.4K 1.6K 60
                                    


Okeee Alter Ego come back (biasa aja jangan senyum2 gitu!) :D untuk sementara ini ditinjau dulu apa msh pantas ff ini dipost. Leave your respect if you never want this story deleted. :)

"Ini semua takkan terjadi jika kau tak membunuh bajingan besar itu!" Harrold bergumam lalu tertawa dengan puas. Aku hampir terpeleset saat ia mengatakan itu. Membunuh? Membunuh siapa?

Suara tawanya perlahan menghilang dan digantikan dengan suara geraman yang tertahan. Ia membasuh kedua tangannya lalu mengusap wajahnya dan membereskan dirinya di depan cermin.

Itu saja?

Siapa dia?

Aku segera membenarkan pigura saat ia menyipratkan air di tangannya dan mengambil handukku untuk mengusap wajahnya.

Aku turun dari ranjangku dan berjinjit untuk kembali ke dapur.

"Brit." Lelaki yang kuketahui bernama Harry itu menyapaku. Aku menoleh ke arahnya yang menatapku dengan sejuta pertanyaan. Ia terlihat begitu membingungkan.

"Hai." Aku tersenyum berjalan ke arahnya. Aku memeluknya dengan erat dan membenamkan wajahku di bahu kekarnya. Ia mengusap uraian lembut rambutku dengan perlahan.

"Apa Harrold menyakitimu?" tanyanya. Aku melepas pelukannya dan menatap ke arahnya. Tatapan khawatir dan peduli. Aku tersenyum dan menggelengkan kepalaku.

Dia merayu! Bukan menyakiti!

Batinku berdemostrasi pada Harry yang jelas tak bisa mendengar apa yang ia bicarakan.

"Kenapa kau berubah? Sesuatu mengganggumu?" simpatiku. Harry mendengus kecewa dengan tekukan wajahnya. Aku terus menatapnya, mendesak agar ia mau bicara apa yang baru saja ada di dalam pikirannya.

"Ya. Tapi aku tak mau membicarakan ini denganmu Sayang."

"Kenapa tidak?"

"Kau sedang banyak pikiran dan aku tak mau menambah itu semua. Aku bisa mengatasi ini." Katanya membuatku tertegun. Apa ia baru saja mengataan bahwa ia bisa melakukan sesuatu tanpa aku ikut campur di dalamnya? "Ditambah kau akan pergi berlibur. Pergilah! Aku janji akan menceritakan ini setelah kepulanganmu dari sana." Katanya membuatku sedikit kecewa. Tapi kekhawatiran dalam diri kami masing-masing membuat semua ini terjadi. Dan aku tak bisa menyalahkannya jika ia mengkhawatirkanku sama seperti bagaimana aku mengkhawatirkannya.

"Aku merindukanmu." Kataku berusaha mencairkan suasana canggung setelah kehadiran Harrold ini. Aku menarik-narik pakaian Harry sehingga membuatnya tersenyum.

"Kau sudah bersih?" tanyanya sambil menarik diriku mendekat ke arahnya. Aku memutar kedua bola mataku ketika menyadari pertanyaan yang sama yang keluar dari mulut Harrold beberapa menit lalu. Keduanya sama saja. Hanya saja yang satu sangat brengsek dan yang satu sangat manis. Dan tentu saja aku memilih yang manis. Aku menggelengkan kepalaku dengan kerucutan bibirku. "Ayolah Sayang aku sangat merindukanmu." Rengeknya menggerak kepala ke leherku membuatku begitu terangsang. Lengannya membungkus pinggang mungilku.

"Aku juga. Lalu bagaimana? Aku tak mau melakukan itu lagi." Kataku merujuk pada kejadian di mana Harry orgasme dua kali melakukan seks tidak lazim yang kami lakukan waktu itu.

"Baiklah. Jadi aku masih harus menunggu dua hari?" tanyanya. Aku mengangguk membuatnya menghela napas panjang yang kurasa terlalu berlebihan itu.

Dengan kelaparan aku menyergap bibir Harry. Sebenarnya dari tadi aku sudah tidak sabar merasakan bibir penuhnya. Masih penasaran dengan sentuhan Harrold yang begitu membuat jiwaku terbakar apakah akan sama dengan sentuhan Harry?

(TERBIT) Alter EgoWhere stories live. Discover now