17. Yes!

19.9K 1.7K 16
                                    

"Kenapa kau tidak bisa?" ia berusaha mencari tatapan yang kubuang kesana-kemari untuk menghindari kontak mata dengannya.

"Temanku menyukaimu. Dan ia sudah lama merasakannya. Sedangkan aku baru saja aku merasakan..." Sialan Brit! Kau bodoh! Kenapa kau berkata seolah-olah kau akan bilang bahwa kau juga memiliki perasaan terhadapnya?

"Tapi kau memunyai perasaan yang sama denganku. Siapa peduli dengan temanmu itu? Aku tak menerima penolakan Brit, apalagi untuk cinta pertamaku." Katanya. Dan sekali lagi aku hendak merosot karena tak bisa lebih lama menahan gelora yang Harry kirimkan melalui kata-kata sederhananya yang membiusku dalam kenyataan terindah yang pernah kuterima.

"Kau belum pernah menyukai seorang gadis sebelumnya?" aku bertanya penuh harap.

"Aku... aku pernah melakukan itu. Tapi Harrold selalu mengambil semuanya. Dan untukmu, aku bisa berjuang! Aku takkan membiarkan Harrold yang memenangkanmu. Aku melakukan ini dengan terlalu cepat karena aku tak mau itu sampai terjadi. Sudah cukup ia mengambil semua yang kumiliki. Sekarang yang kuinginkan hanya kau Brit." Ia menempelkan dahinya ke dahiku. Tapi terasa sangat kecewa bahwa bukan benar-benar aku yang pertama menarik perhatiannya. Tapi hey! Bukankah aku yang pertama mendapat kata-kata termanis yang pernah keluar dari lelaki sedingin es seperti Harry ini? Giselle Brit! Giselle! Batinku mengingatkan.

"Tapi temanku..."

"Aku bisa menyembunyikannya dari Giselle. Kau tak perlu khawatir." Hah? Kenapa ia bisa tahu bahwa gadis yang kumaksud adalah Giselle?

"Kau tahu ia menyukaimu?" tanyaku.

"Siapa juga yang tak tahu? Itu terlalu mudah untuk ditebak. Sekarang biarkan aku memilikimu. Aku akan menjagamu, membahagiakanmu, memberikan apa pun yang kau butuhkan dan memuaskanmu." Ia menyeringai nakal saat menjelaskan hal yang paling terakhir itu. Aku menatapnya lalu menggerak wajahku ke wajahnya. Aku mengecup bibirnya menyatakan kesetujuanku untuk menjalin hubungan bersamanya. Betapa indah hari ini, betapa mengejutkan hari ini. Betapa semuanya sangat terasa seperti mimpi. "Aku mencintaimu." Ia berbisik tepat di telingaku membuatku menjauhkannya dari sana karena rasa geli yang ia timbulkan membuat tubuhku seperti tersetrum.

"Ah... aku juga Harry." Balasku nyaris seperti desahan. Ia tersenyum penuh kepuasan. Aku jatuh cinta di sana, secara total.

Aku cinta pada suaranya yang serak, tubuhnya yang kuat, lesung pipinya, rambutnya, sifatnya yang luwes, dan kemampuan ilmiahnya untuk melontarkan humor sarkasme, dan begitu menggairahkan. Dia menjadi inti keberadaanku yang romantis, penuh gairah dan hasrat. Di atas segalanya, aku mencintai matanya yang berwarna hijau emerald. Kedua matanya yang sering kali menjadi cokelat ketika ia tertawa, tetapi ketika dia marah atau emosional, mereka berkilat menjadi hijau memesona dan aku jadi tak berdaya bahkan tak berotak di hadapannya.

"Kau tahu? Kau lah gadis pertama yang merasakan sentuhanku." Ia menyentuh lenganku dengan punggung tangannya dari bawah hingga ke atas membuat desiran darahku seolah ditarik olehnya. Memabukkan, dan menggairahkan.

"Aku tidak percaya. Pada kenyataannya banyak gadis yang telah kau tiduri Harry." Aku mengelak. Ia mendengus kesal dan memalingkan wajahnya dariku.

"Harus berapa kali kukatakan bahwa itu bukan aku?" tekannya.

"Baiklah. Aku tak mau bertengkar di malam pertama kita sebagai... kekasih." Kataku sedikit kelu ketika menyebutkan kata 'kekasih'. Ia menyeringai membuatku semakin jatuh cinta.

"Kau bilang kau ingin mandi?" ia mulai dengan pikiran mesumnya. Aku mengangguk mengiyakan dan Harry langsung melahap bibirku ke dalam mulutnya dengan cepat. Ia memang belum terlalu berpengalaman dengan semua ini tapi aku senang bahwa aku lah kekasih pertamanya, ciuman pertamanya, dan seks pertamanya. Ia menarik pinggangku begitu erat hingga aku tertarik ke dalam pelukannya yang hangat. Ia mengusap pinggangku hingga kaosnya yang kupakai tersingkap. Ia terus mengangkat kaosku tanpa mau melepaskan bibir penuhnya di dalamku hingga kaosku terus naik dan ia meloloskannya dengan cepat. Ia segera menuntunku ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.

(TERBIT) Alter EgoWhere stories live. Discover now