55. Liburan

264 43 4
                                    


Jujur Ceye nyaris tidur waktu seseorang mengetuk pintu ruangannya. Walau sebenernya pintu tersebut diketuk tiga kali dengan cara manusiawi, tapi hari ini kayaknya Ceye capek banget deh, padahal besok tuh mau liburan.

Cowok itu mengusap wajahnya berulang kali buat menghilangkan kantuk, dan melirik ke arah pintu. Ceye mendapati gadis dengan bibir tebal itu tengah melongokan kepala disertai ekspresi lugu. "Tidur bang? Yah, sayang bet nih kopi. Bawa balik aja-"

"KAGA! SINIIN GUA MAU."

Yena menyengir, ia membuka pintu lebih lebar menggunakan satu kaki dan melangkah masuk dengan kedua tangan memegang mug berisi kopi. Membiarkan Ceye refleks bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangan meminta.

"Tumben amat bawain kopi."

"Iya, soalnya mau ngegosip."

Sekilas info aja, dibanding yang lain, si Yena emang paling sering nginep di studio apalagi kalo orang tuanya nggak ada di rumah trus Mas Jaebi pulang ke tempatnya Mbak Seulgi. Biasanya sih ditemenin juga sama Yuna, tapi akhir-akhir ini Yuna mulai jarang nginep di studio, dengar-dengar karena dia mulai berbaikan dengan orang rumah.

Makanya nggak heran kalau Yena ada di depan Ceye sekarang sambil meniup-niup kopinya.

"Gosip apaan?" Tanya Ceye sembari menyeruput sedikit.

"Mbak Wendy emang gajadi nikah ya sama Mas Taeil tahun depan?"

"OHOK! OHOK!"

Yena melengos begitu melihat cowok besar dihadapannya sudah menepuk-nepuk dada heboh sendiri dengan kedua bola mata nyaris keluar.

"Lu denger dari mana anjir?"

"Tadi sore ngeliat Mbak Wendy dianter Bang Jae ke studio. Trus tadi nggak sengaja denger mereka lagi teleponan sambil ketawa-ketawa,"

"Serius?!"

"Hoooh, apa jangan-jangan putus karena Bang Jae kali ya?"

"Yang bener karena ditinggal kawin."

"KOK BISA?"

Kedua orang itu spontan melirik sumber suara, dan mengerut ngeri menatap si topik utama yang sedang bersender di pinggir pintu sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

"Mbak Wen, sebenernya-" Yena membuka dan menutup mulut kalut sendiri sementara Ceye menenangkannya dan mengambil alih pembicaraan. "Kan, gua bilang juga apa!"

"APANYA YANG APAAN COBA?" Seru Yena panik sendiri, ia menepok gemas tangan Ceye sebelum menyilangkan kedua tangan di depan dada merasa sangat bersalah karena membahas sesuatu yang ternyata berujung sangat sentimentil seperti ini. "Udah, udah, cukup. Nggak usah dilanjutin, Mbak-"

"Nggak pa-pa, kok. Udah lama juga,"

"UDAH LAMA?!" Teriak Ceye dengan suara beratnya, ketika Yena cuma membuka mulut tak percaya.

Wendy yang menonton mereka jadi menghela napas geli, "Kalian lebay banget sih reaksinya. Udah nggak pa-pa kali,"

"Tunggu. Tunggu. Tunggu. Jadi ini beneran? Mbak Wendy ditinggal kawin sama Mas Taeil?" Tanya Yena sebelum mengatupkan mulutnya ketika Wendy mengangguk mengiyakan. "...... tapi kenapa?"

Ceye melirik gadis itu nyaris mengumpat. Padahal tadi panik sendiri, sekarang malah terang-terangan mengorek luka lama.

Untung saja Wendy menanggapi dengan kalem sambil melangkah mendekat dan mendudukan diri di kursi sebelah Yena. "Ya, karena Tuhan nggak ngizinin Mbak sama dia, Yen."

"Waktu itu, Mas Taeil nelepon mbak sambil nangis, dia minta maaf karena ngebatalin semua rencana kita karena kesalahannya di masa lalu. Mantan-nya Mas Taeil yang pernah ngilang beberapa bulan, ternyata hamil besar anak dia-"

Hi-teenagers! ✅Where stories live. Discover now