Special Chapter: 1/4

190 32 0
                                    

"Bang,"

Chanyeol menoleh ke arah pintu kamarnya yang dibuka sedikit, di sana ada Jisung yang menampakan kepalanya sambil mengerjap polos. "Mama udah selesai masak tuh, disuruh makan."

"Wokeeh, abang nyeselein ini dulu sebentar nanti nyusul."

"Jangan lama-lama nanti Mama marah."

"Siappp, Jisung." Katanya dibalas anggukan singkat sang adik yang kemudian menutup kembali pintu hingga rapat dan menuju meja makan.

Nggak beberapa lama kemudian Chanyeol menyusul, dia menghampiri adik dan Mama-nya dengan cengiran lebar sambil menggulung lengan jaketnya sampai siku dan berkata riang. "Masak apa ni, Ibu Negara?"

"Darat, laut, udara. Lengkap!!" Jawab Mama sembari menyiapkan bekal, "Ini nanti dibawa juga ya sekalian ke studio. Dimakan bareng-bareng aja, Mama masak banyak kok."

"Jam segini mah jarang ada yang di studio, Ma." Balas Chanyeol sembari mendudukan diri di sebelah Jisung dan mencolek adiknya buat mengambilkan piring. Ia melirik jam tangannya sekilas dan berkata, "Palingan Wendy,"

"Ya nggak masalah, Yeol. Yang penting ini dibawa aja ke studio biar ada yang makan, di rumah kan cuma ada Mama doang." Ucap Mama yang kini sudah menutup rantang terakhir dan menyisihkannya. "Iya, nanti aku bawa."

"Omong-omong, Wendy gimana kabarnya sekarang?" Tanya Mama lagi sambil mencidukan nasi putih ke piring si sulung. Lagaknya biasa saja, tapi bibirnya berkedut menahan senyum mendapati respon Chanyeol yang tersedak ludah sendiri.

Mama sudah dapat informasi dari Jisung kalau akhir-akhir ini Chanyeol mulai dekat lagi dengan Wendy. Apalagi setelah pulang dari Bandung beberapa waktu lalu.

"Baik kok. Kalo penasaran dateng aja ke studio, Ma." Ujarnya sembari melirik Jisung yang berpura-pura tidak mendengar apapun dari tadi. Chanyeol mendengus samar.

"Mama ke studio? Ah, mending kamu aja yang ajak Wendy ke sini, Bang."

"OHOK OHOK,"

"Ma, udah ma. Nanti abang mati,"

***

Wendy mengangkat kedua alis begitu berpapasan dengan Chanyeol di dapur. Cowok itu baru datang, dan ditangannya ada sebuah rantang.

"Kok udah dateng?" Wendy bertanya sembari menutup kembali botol minuman isotoniknya sementara Chanyeol semakin mendekat. "Lo udah makan belum?" Balasnya menjawab pertanyaan gadis itu dengan pertanyaan.

"Belom sih, baru mau order go-food. Kenapa emangnya?"

"Gue bawa makanan. Mama yang bikin. Kalo mau makan—"

"Mau!!!" Potong Wendy dengan cengiran lebar sembari mengambil alih rantang di tangan Chanyeol dan membawanya menuju meja makan. "Tante Park masak apa? Wah, lengkap banget nih. Darat, laut, udara, ada semua."

Chanyeol mengerjap, ia mengamati wajah semringah Wendy yang mengeluarkan satu per satu makanannya sebelum berjalan mengambil piring sekaligus nasi. "Udah lama banget nggak makan masakan nyokap lo,"

"Makanya sering main ke rumah," sahut Chanyeol sembari melangkah mendekat. Ia mendudukan diri di depan Wendy dan membiarkan pertanyaannya mengudara, "Lo sendiri udah makan belom? Mau makan bareng?"

"Gue udah makan duluan di rumah, mau nemenin lo makan doang makanya duduk di sini."

"Ngapain nemenin gue?" Sahut Wendy sambil terkekeh geli, "Kayak anak kecil aja."

"Makan sendiri kan nggak enak,"

"Tapi makan sambil diliatin bukannya lebih aneh?"

"Anggap aja gue lagi nonton lo mukbang, kayak nonton Tanboy Kun gitu."

Wendy tertawa renyah, tapi nggak lagi mengurusi Chanyeol yang sudah melipat kedua tangan di depan dada sambil menatapnya lekat.

Sejak obrolan mereka di Bandung waktu itu, Wendy nggak tahu apa Chanyeol merasa sedang ditantang atau nggak. Tapi kelakuan cowok itu akhir-akhir ini menunjukkan kalau dia serius dengan kata-katanya.

Rasanya aneh, karena Wendy merasa di lempar jauh ke masa di mana mereka baru pacaran dulu.

"Wen," Chanyeol memanggilnya pelan ketika Wendy hendak menyiduk ikan bumbu kuning ke dalam piringnya, lalu dengan cekatan menggulung lengan kemeja gadis itu agar tidak terkena kunyit. "Yang tadi tuh, ajakan serius tahu."

"Yang mana?" Tanya Wendy sembari menahan debar tiba-tiba yang menggedor rongga dadanya sebelum berdeham pelan, "Btw, makasih udah digulungin."

"Makanya sering main ke rumah," ulang Chanyeol dengan senyuman meledek. Kali ini lelaki itu menopang sebelah pipinya disertai ekspresi wajah yang atraktif, lagi-lagi serangan dadakan andalan mantan buaya rawa yang bikin kelabakan. "A? Oh... emang boleh?"

"Boleh lah! Mama yang request." Sahut Chanyeol semangat, "Ini sebenernya rahasia negara, tapi semenjak kita putus, kayaknya bukan cuma gue yang gagal move on, Mama juga." Jelasnya seolah topik yang dibicarakan adalah cerita ringan kucing jalanan. Terlalu santai tanpa perhitungan.

Wendy tersenyum tipis, lalu membalas seadanya, "Kapan-kapan gue main sama Renjun."

"Ih, nggak usah ajak Renjun!" Sergah Chanyeol kurang ajar. Lalu seakan baru tersadar apa yang dia katakan, dengan cepat cowok itu menambahkan panik, "Maksudnya biar gue aja yang antar-jemput kalo main. Renjun biar quality time sama Shuhua, namanya juga anak SMA, ya nggak? Deal? Hehehe,"

Wendy cuma menggelengkan kepala geli sebelum menyuap makanannya lahap. Matanya terpejam spontan untuk memuji masakan Mama Park dan membiarkan Ceye mengungkit sekilas cerita Mama saat belanja di pasar tadi pagi. Begitu saja, obrolan di antara mereka mengalir lancar.

Jae is calling...

Ups. Masih ada rival si rambut ayam.

 Masih ada rival si rambut ayam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hi-teenagers! ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang