Bonus Chapter: "HAH"

188 28 0
                                    

"Jual mahal amat sih," Yena meledek ketika melihat Yuna yang uring-uringan di sofa setelah dapat pesan dari Han. Kelihatannya sih mereka makin dekat ya, cuma sejauh ini Yuna masih denial banget setiap diledekin anak-anak HT.

Sekarang aja, ekspresinya udah memberengut. "Ya namanya juga cewek, teh!"

"Tapi lu tuh kemahalan," balas Yena sambil tertawa. "Nanti kalo tiba-tiba 'jatoh', malunya lebih parah loh."

"Iyaaa step by step dikurangin!" Seru Yuna sambil mendekap bantal sofa dan mencuatkan bibir ke depan. Jemarinya bergerak mengetik balasan, sementara tak lama Changbin datang dan menyelipkan jemarinya di belakang kepala Yena untuk dikusak lembut. "Udah nih. Jadi nggak?"

Yena mendongak untuk memamerkan cengirannya, "Jadi dong!!"

"Ihh, mau kemana? Masa gue ditinggal sendirian di studiooooo?" Yuna buru-buru merespon saat kedua orang itu cuma menyengir tak berdosa. "Mau jalan-jalan naik motor kan malam minggu."

"Bentar lagi juga Bang Ceye sama Mbak Wendy dateng, apa lo mau cengtri aja?" Tawar Changbin dibalas penolakan keras.

"YA MASA GUE JADI NYAMUK?" Yuna memicingkan mata tak percaya sebelum tersadar dan menyilangkan kedua tangan pasrah. Di mana-mana kayaknya dia bakal jadi nyamuk.

Jadilah gadis itu mengibaskan tangannya separuh mengambek, "Yaudah sana pergi deh, nggak pa-pa gue sendirian!!"

"Beneran? Nggak jadi cengtri nih?" Ledek Changbin sembari memijat bahu Yena karena tangannya nggak bisa diam. "Nggak takut? Apa mau gue panggilin Han biar—"

"NGGAK USAHHH, UDAH PERGI AJA HUSH HUSH." Usir Yuna bete.

**

Sebenernya rencana Yena sama Changbin malam ini sederhana banget. Cuma jalan-jalan naik motor sambil nyari jajanan dan ngobrol yang tentunya sesekali diselipi kata-kata 'hah?' atau 'babe, kamu tadi ngomong apa nggak kedengeran nih' karena gangguan angin malam yang berisik. Tapi tetap aja kelihatan uwu-able di mata orang lain. Entah waktu Changbin secara halus mencari tangan Yena untuk melingkari pinggangnya sebelum meningkatkan kecepatan atau ketika Yena menyandarkan dagunya di bahu Changbin saat menunggu lampu merah berubah hijau.

Sederhana tapi seru itu bisa terjadi karena orangnya udah pas. Jadi mau ngapain aja, kalo sama dia pasti happy.

Contohnya kayak sekarang. Dua orang itu lagi duduk di pinggir trorotoar sambil makan jagung bakar, bonus kendaraan yang lalu-lalang. Kalo orangnya nggak pas, boro-boro deh ketawa cuma karena ngelihat Changbin kepanasan waktu gigit jagungnya, buat sekedar duduk aja kayaknya nggak mau.

"Pelan-pelan, Bin!! Ditiup dulu makanyaa," Seru Yena gemas sendiri menonton Changbin yang meringis kepanasan. "Ahu hira ha sepahas ihi,"

Aku kira ga sepanas ini.

Yena jadi tergelak lagi sebelum kembali meniupi jagungnya yang kemudian diikuti Changbin.

"Omong-omong aku baru inget, katanya sepupu kamu yang dari Korea mau liburan. Kapan datangnya?" Tanya Changbin kembali santai meskipun sisa-sisa terbakar di lidahnya masih terasa. "Eh? Oh.. Kak Bibi maksud kamu?"

"Iyaa, yang katanya punya brand kosmetik sendiri itu kan."

"Mm-hm, kayaknya sekitar dua minggu lagi deh. Akhir bulan ini,"

"Kalo Bang Ceye tahu, kayaknya bakal langsung dijadiin guest star." Gurau Changbin dibalas tawa meledak Yena. "Bang Ceye tahu kok. Dan kayak kata kamu, dia tuh segercep itu. Tapi tawarannya ditolak, bukan karena sibuk, tapi karena nggak mau masa liburnya jadi konsumsi publik. Pulang aja maunya diem-diem," jelas Yena sambil mengedikan bahu santai.

"Susah ya jadi orang terkenal," respon Changbin lagi-lagi menuai tawa sang pacar. "Emang kamu ngerasa susah?"

"Eh?" Maaf ya, Changbin lupa kalo dia tuh udah jadi youtuber, selebgram, sekaligus influencer. "Nggak juga sih, hehehe."

Mereka berakhir saling tatap dan mengulas senyum geli sebelum menghabiskan jagung masing-masing. Lalu lanjut membelah jalanan malam yang dingin sambil bercerita lagi, sebenarnya sih lebih mengarah ke gosip terkini yang lagi-lagi tentang Bang Ceye yang kelihatan tidak segencar dulu saat mendekati Mbak Wendy, malahan cenderung menjaga jarak. Yena menduga itu ada hubungannya dengan Kak Jae, dan Changbin setuju.

Tapi kayaknya malam itu mereka terlalu banyak membahas orang lain. Kalau diteruskan mungkin nggak akan habis.

Jadi ketika akhirnya Changbin menghentikan motornya di atas bukit untuk melihat panorama kota yang dipenuhi lampu-lampu, seluruh perhatiannya hanya tertuju kepada gadis itu.

Duh. Kalau masalah adu bucin, cowok-cowok HT mana ada lawannya sihhhh.

"Baru sadar, ternyata warna cokelat." Celetuk Changbin tiba-tiba bikin Yena yang baru menyeruput fantanya menoleh. "Apanya cokelat?"

"Softlens kamu. Biasanya hitam," jawabnya bikin kedua alis pacarnya terangkat bingung sebelum tersadar.

"Justru ini beneran mata aku!!" Seru Yena dibalas pelototan terkejut lelaki itu. "MASA SIH?!" Balas Changbin tanpa sengaja terlalu menohok.

Yena mendecak, kali ini ia sengaja memelototkan matanya lebar-lebar. "Lihat nih! Emang kelihatan kayak softlens?!"

TAHU NGGAK SIH RASANYA PENASARAN TAPI SALTING TRUS DEG-DEGAN TUH DIJADIIN SATU GIMANA?

Changbin berusaha menguatkan diri cuma memastikan warna mata Yena, tapi kalo jaraknya sedekat ini, gimana bisa... gimana bisa dia nggak tertarik melirik sedikit lebih ke bawah...

"Bener kan? Coba bilang warna apa?"

"Pink." Changbin melotot horor, namun tanpa perlu repot-repot menjelaskan, dalam sekejap matanya terpejam akibat hembusan napas yang disembur sengaja dengan sekuat tenaga.

"HAH."

"

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.

Йой! Нажаль, це зображення не відповідає нашим правилам. Щоб продовжити публікацію, будь ласка, видаліть його або завантажте інше.
Hi-teenagers! ✅Where stories live. Discover now