6. Keputusan

728 124 12
                                    

Chaewon bingung banget waktu kembarannya pulang-pulang dari rumah Hyunjin kok lesu, cuma buka pintu rumah, nggak ada gairah, masuk kamar, dan kelihatannya nggak mau diganggu.

Tapi walaupun begitu, Chaewon tahu kalo Felix sebenernya mau ngeluarin uneg-uneg dia ke seseorang. Jadilah Chaewon jalan ke kamarnya Felix, niat hati mau mengetuk sopan santun. Namun nggak terealisasikan waktu jeritan kembarannya mengudara bersama lagu yang sudah Chaewon hafal diluar kepala.

"KARTONYONO NING NGAWI MEDOT JANJIMU."

"AMBRUK CAGAKKU NURUTI ANGAN-ANGANMU."

"OH SHUHUA, YOU MUST LISTEN THIS SONG!" Chaewon mengeryitkan keningnya ketika suara berat Felix mengudara.

"SAK KABEHANE WES TAK TURUTI TAPI MALAH MBLENJANI."

"BUDALO MALAH TAK DUDUHI DALANE."

"METU KONO, BELOK KIRI, LURUS WAE."

"NONONOOOO, DON'T GOOOO." Chaewon menghela napas saat tangannya baru menyentuh gerendel pintu.

"RA SAH NYAWANG SPIONMU SING MARAI ATI TAMBAH MBEBANI."

"APA BENAR KALAU THIS FVCKING SONG WAS MADE FOR ME YO DEN?!" Teriak Felix gusar.

"Gandheng sia." maki Chaewon lelah.

Felix berbalik, menunjukkan wajah memelasnya saat kembarannya mendekat. Ia mendudukan diri.

Chaewon bertanya pengertian. "What's wrong? Kenapa? Pulang-pulang dari Hyunjin kok sedih?"

"I lost her, sis. I really really lost her." ucap Felix sembari menarik ingusnya yang mendadak meler karena bernyanyi sambil teriak tadi, rahangnya juga jadi panas.

Chaewon merentangkan kedua tangan, mengundang Felix dalam pelukan sebelum berujar.

"Mau aku peluk nggak? Katanya kalo dipeluk seseorang bisa bikin perasaan jadi lebih tenang."

Felix mengangguk cepat, membenamkan wajahnya di perut Chaewon sebelum berakhir mengeluarkan seluruh keluh kesahnya malam ini sampai benar-benar puas.

Hi-teenagers!

"Yakin?"

Jisung bertanya setelah Chanyeol mengatakan beberapa orang yang sedang dipertimbangkan bergabung dengan tim mereka. Kedua alisnya terangkat spontan. "Aku nggak merekomendasikan dia loh, Bang."

Chanyeol membulatkan mulutnya. "Ya nggak pa-pa. Abang udah lihat dia sendiri di Mal, keren banget, emosinya tuh yang Abang butuhkan supaya bisa disharing, Ji. Meledak-ledak luar biasa."

"Masa abang buka recruitment gara-gara ngelihat dia berantem sama mantan pacarnya di depan umum sih, bang?" Protes Jisung bikin Chanyeol mendengarkan. "Kita tuh harusnya cari partner buat tim yang bener. Bukannya yang hobi kerusuhan."

Chanyeol menyengir. "Loh abang kan niatnya mau ngomongin seputar remaja, Ji. Hal yang paling penting dalam diri remaja itu ya emosinya, kalian ini masih belum sepenuhnya mampu mengontrol emosi kalian, itu yang jadi satu dari beberapa hal yang mau abang sampaikan dengan channel ini."

"Mbak Wendy emang setuju?"

"Mau lihat pilihan Wendy nggak?"

"Rekomendasi dari Bang Renjun kan?"

Chanyeol mengangguk mengiyakan, berganti folder untuk menunjukkan beberapa potret kepada adiknya. Begitu melihat, fokus Jisung tertuju pada bibir merah mencolok milik seseorang yang dia kenal juga.

Hi-teenagers! ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang