22. Permainan Rasa

454 92 15
                                    

Shuhua langsung mampir ke Regta sehabis menyelesaikan hukumannya bersama Felix. Sengaja biar kepalanya yang serasa bakal pecah mendingan dikit.

Sebab berhadapan dengan sisi Felix yang menyebalkan dan kekanakan adalah hal yang tidak pernah Shuhua duga akan dia hadapi sendiri. Tidak ketika dulu dia selalu berpikir-

"Pencitraannya juara bener tuh anak." sergahnya cepat. Memilih untuk tidak mengenang masa lalu atau hatinya bakal lemah sendiri.

Dasar cewek.

"Ya nggak jauh-jauh lah dari lo."

Sepasang matanya membelalak, menoleh ke belakang dan mendapati Renjun sedang memainkan alisnya.

Ah, bener. Lagi bahagia banget dia.

"Halah, berisik lo."

Renjun memegang bahu Shuhua, mendorongnya untuk mencari kursi sebelum mendudukannya segera.

"Bilang ayo bilang lo mau apaa, gue yang traktir."

"Cih, tumben benerr?"

Renjun mengedikan dagu, masih mesem-mesem. "Udaaah, bilang aja bilang. Gue tahu lo lagi kesel banget hari ini nggak jadi makan bilung."

Shuhua menurut, segera menjelaskan pesanannya dan mendapati Renjun sudah pergi meninggalkannya sendiri.

Gadis itu memutar pandangan, Regta hari ini cukup ramai. Bisa dia lihat beberapa adik kelasnya di OSIS sempat mencuri-curi pandang meskipun dia abaikan.

Shuhua berpikir untuk mengecek akun sosial medianya sembari menunggu Renjun kembali. Tapi suara kurang ajar itu lebih dulu mengudara.

"ADA SKANDAL APALAGI NIH BUNDAHARAAAA?"

Shuhua mendelik, "BERISIK!"

Haechan tertawa kecil, berjalan mendekatinya sembari memasang cengiran meledek andalan. "Ceritain dong gimana bisa berakhir sama Koh Felix di toilet lantai duaaa."

"Apaan?" Renjun bertanya, kedua alisnya terangkat ketika kedua orang itu sepakat mengatupkan bibir.

'Lah ni bocah belom tahu?' tanya Haechan lewat mata.

'Mana gua tahu.'

"Woy." Renjun melengos, menatap mereka bergantian. "Apaan?"

"Etdah galak bener." sembur Haechan panik. "Kayak pawangnya aje lu. Udah jadian emang?"

Shuhua berani sumpah seisi Regta sedang menguping pembicaraan mereka sekarang. Sementara Renjun menghela napas pelan, mengambil tempat disisi lain Shuhua sebelum memberikan jawaban.

"Nggak."

Renjun berkata mantap. Memastikan semua orang mendengarnya berkata dengan santai. Berharap tidak ada gosip yang berseliweran diantara mereka. Tidak ketika Renjun tahu Shuhua nggak bakal nyaman. "We're just friend."

Ya. Sayangnya ketika Renjun mengatakan itu, dia nggak tahu ada yang retak disisi lain.

Hi-teenagers!

Hi-teenagers! ✅Where stories live. Discover now