26. Nano Nano

484 89 24
                                    


Seharian penuh dokumentasi Haechan sama Shuhua tuh bikin Changbin sadar kalau dua manusia ini klop banget masalah kompor-komporan dan bikin takut anak orang.

Contohnya aja sekarang, waktu jam masih menunjukkan pukul tiga pagi dan panitia pelgab udah bikin adek-adeknya kalang kabut.

Sahut-sahutan sana-sini. Paling parah kayaknya anak paskib sih, tadi Changbin lihat tendanya digoyang-goyangin sampe mau roboh.

Untung sepatunya udah dijaga hati-hati banget, nggak kayak anak PMR yang cowok, sepatunya udah hilang nggak tahu kemana.

Tapi ya.. Changbin rada ngeri waktu anak Paskib bolak-balik tenda karena warna bajunya disalah-salahin mulu sama senior mereka.

Sejauh ini, paling syahdu ya kawasan anak rohis ya.

"Assalamualaikum, permisi kawan."

WADUH AROMA SURGA.

Apalagi Junkyu mengawasi dengan sangat baik adik-adiknya.

Waktu ekskul lain argumen tentang waktu makan dengan alasan yang harus realistis banget di mata kakak-kakaknya, maka anak Rohis berkata;

"Rasulullah mengajarkan kita untuk makan dengan hati-hati dan tidak terburu-buru kak."

Nggak tahu itu yang ngomong bisa bikin anak Paskib keselek waktu makan.

Tapi dari semua itu, tentu saja yang menarik perhatian Changbin cuma satu. Cewek yang rambutnya lagi dicepol, lagi pake sweater kuning kesayangannya, lagi dokumentasiin Renjun di seberang.

Changbin jepret aja dari sini, nggak tahu waktu lagi asik ngelihat hasilnya ada dua kunyuk yang menyempil.

"Jiahhh, pake di zoom segalaaaa. Lobang idungnya juga bisa gua liat dari sini baaaangg."

"Anjir warna bajunya nyaru. Keliatan palanya doang kek kuyang."

"Bang fotoin gua juga dong."

"Iya bang, gue juga belom."

"Sekalian lihat videonya deh. Gue penasaran."

"Ih liatnya waktu balik aja, Chan. Kelamaannn!

"Yaudah yang penting foto dulu!"

Changbin menatap mereka sepet, tapi ujung-ujungnya mengalah. "Yaudah gece. Mundur lo berdua, pose sana."

"Chan angle gue sebelah situu, tukerann!!"

"Gue juga sebelah sini!!"

"Ih lu kan cowok."

"Muka gua lebar kalo-"

"Jadi poto nggak?!"

"JADI."

"IKUTAN DONG!!" Yena bersuara, melupakan Renjun bikin cowok itu mengumpat diam-diam meskipun masih menahan muka galaknya di depan dua orang anak PMR yang sedang berargumen.

"AH BERDUA DULU." Tolak Haechan segera.

"GITU?!"

"Ayo, Sha pose buruan. Hearteu hearteu."

Shuhua mengangguk cepat, membentuk lengannya menjadi setengah hati, membiarkan Haechan menyengir lebar.

"Apalagi apalagi?"

Changbin memotret mereka, lapang dada menjadi fotografer dadakan keduanya.

"Rangkul boleh nggak rangkul?"

"DIH."

Bukan oknum Shuhua yang menjawab, tapi bapak Renjun di belakang Yena.

"Udah buruan!" seru Changbin bikin Haechan refleks merangkul cewek itu, membiarkan Shuhua balik merangkul bahunya dengan cengiran lebar.

Hi-teenagers! ✅Where stories live. Discover now