24. Jeda

419 90 20
                                    

Sampai berminggu-minggu kemudian, Felix betulan nggak expected dia bakal kebagian dokumentasiin Jaemin sampai tiba saatnya hari ini. Di mana dia memulai debut perdananya sebagai kameramen yang fokus merekam kegiatan Jaemin. Bonus anak-anak yang teater ngelihatin dia kayak monumen, sebel banget Felix malah matahari lagi terik-teriknya, beda sama Yena yang lagi rebahan di ruangan MPK dengan nyamannya.

Ia mengintip kameranya, memastikan cahaya matahari tidak membutakan pandangan atau lehernya bakal dibacok bergantian.

Felix mendekat, mengambil rekaman dari sisi kiri Jaemin dan lelaki itu masih menatap serius alur skenario yang tengah ditampilkan.

Sejujurnya, tangan Felix udah keram setengah mati, cuma terlalu tanggung karena latihannya tinggal sebentar lagi.

"Oke kumpul. Evaluasi!" seru Jaemin sedetik setelah adik-adiknya membungkuk tanda penghormatan. Lelaki itu mendudukan diri di lapangan, membiarkan Felix spontan mengikuti.

Begitu Jaemin memberi jeda untuk memutar pandangan, Felix menyalakan kameranya lagi, merekam detik-detik Na Jaemin bersabda.

"Penampilannya udah jauh lebih bagus dari minggu-minggu kemarin. Gue seneng banget kalo omelan gue bikin kalian makin berusaha, sekaligus mau minta maaf kalo ada kata-kata gue yang bikin kalian sakit hati. Gue mau teater maju bareng-bareng jadi satu keluarga." Na Jaemin menarik napasnya sejenak. "Karena apalah arti angkatan gue kalo nggak bisa bikin angkatan kalian diakui sekolah? Gue seneng kalian udah bertahan sejauh ini, semoga tetap utuh."

"Besok gue mau gladi bersih, kalian bener-bener kasih usaha kalian sepenuhnya kayak kalian bakal tampil."

"Gue bangga jadi ketua teater karena lo semua. Makasih ya."

Felix mengganti posisi kameranya menjadi ke arah sumber tepuk tangan. Membiarkannya diam-diam mengakui bagaimana Na Jaemin kelihatan keren dihadapan kamera.

Hi-teenagers!

"Jadi gimana cok?"

Yena berujar sembari membuka chikinya saat Renjun masih serius dengan game di ponselnya. Bunyi monoton di telinga itu cukup mengganggu, tapi Yena juga sudah biasa.

Double kill!

Lalu tak lama berganti,

Victory.

"Apanya yang gimana?" balas Renjun sembari mendudukan diri, ia turut mencomot keripik kentang dari Yena. "Elo jadinya gimana? Makin nggak jelas aja gue lihat-lihat."

"Yee, emangnya lu jelas?" Balas Renjun bikin Yena menyepaknya. "Gue lagi bahas lu, jangan dioper dulu."

"Ya kagak gimana-gimana."

"Lo sama Nakyung?"

"Ya gitu."

"Shuhua?"

"Yagitu."

"Jadi cowok yang jelas dong."

"Kayak siape? Haechan? Lucas? Changbin?" sembur Renjun sama sinisnya. Yena membulatkan mulut. "Kok lu jadi bawa-bawa Changbin?"

"Bek, nggak usah pura-pura nggak peka gua bilang." balas Renjun menggurui. "Lo tahu kan dia suka sama lo? Denial aja terus."

Hi-teenagers! ✅Where stories live. Discover now