BAB 1: RASA TAKUT

2.4K 130 7
                                    

"Mau gue kasih tau sama guru?"

"Kasih tau kalo lo berani?!"

Suara dari belakang punggung ku mampu membuat ku terperanjat dan langsung berbalik. Sosok cowok yang hampir semua warga sekolah menghindarinya.

"Kasih tau kalo lo berani!?" ulangnya.

Aku mengepalkan kedua tangan ku yang berada disisi tubuh ku. Menguatkan dan memberanikan diri ku untuk sedikit melawannya. Sedikit, ya sedikit karena aku tak seberani itu.

Nyatanya ketakutan ku lebih besar. Keberanian ku tak seberani pikiran ku. Aku hanya diam mematung dengan mata tertuju padanya. Ya, setidaknya tatapan ku menunjukan tatapan tak suka meskipun didalam hati ku merasakan ketakutan.

"Gue gak ngelarang lo buat kasih tau tapi gue anggap lo bukan cewek?!" tekannya.

Dia berbalik, berjalan menjauh dari taman belakang sekolah.

Aku mengalihkan pandangan ku agar tak melihat punggungnya. Dia tidak membela siapa pun, dia hanya melindungi dirinya sendiri.  Dalam artian saat aku mengatakan akan melaporkan orang yang ingin ku laporkan dia juga akan terseret dalam hal itu.

□□□○□□□

"Habis dari mana lo?"

"Boker," jawab ku asal.

Tak mendapatkan pertanyaan dari Dara lagi membuat ku meliriknya. "Gak nanya lagi?" tanya ku.

"Males," jawabnya dengan melirik ku.

Aku menghela napas lalu mengangkat bahu ku. Mata ku langsung tertuju pada sosok cowok yang lewat di samping Dara. Edgar, cowok yang tadi sempat membuat ku sedikit ketakutan itu berjalan ke arah kursinya yang berada di belakang Dara. Ya, hanya sedikit dari rasa takut ku padanya.

Aku kembali berdiri dari duduk ku.

"Mau kemana lagi?" tanya Dara dengan mendongak.

"Bentar lagi bel istirahat," kata ku dengan melihat jam dinding di kelas. "Kantin yuk!!" lanjut ku mengajaknya untuk pergi ke kantin bersama.

Dara mengangguk tanda meng-iya-kan ajakan ku. "Yuklah ..."

Berjalan beriringan di sepanjang koridor menuju kantin. Aku dan Dara akhirnya sampai dan langsung duduk di salah satu meja.

"Gue yang pesenin lo jaga tempat!!" kata Dara lalu berlalu tanpa bertanya apa yang ingin ku beli. Sudah menjadi kebiasaan saat siapa yang memesan makanan antara aku dan Dara apa yang diinginkan maka akan sama.

Sambil menunggu Dara aku memilih untuk memainkan hp. Menunggu untuk beberapa menit, akhirnya Dara datang dengan membawa makanan.

"Cepetkan!" katanya dengan menaik turunkan alisnya.

"Iyalah ... Orang belnya aja belum bunyi makanya gak ngantri," jawab ku membuatnya hanya nyengir bodoh.

"Belegug euy," kata ku lagi.

"Asu."

Ditengah santapan memakan makanan ku. Dara, aku bahkan semua orang dikejutkan dengan seseorang yang membuat keributan. Lebih tepatnya adu kekuatan fisik mereka.

Tak ada yang berani melerai. Dan mungkin pikiran kalian menduga karena perkelahian antara dua cowok itu salah satunya cowok yang ditakuti di sekolah. atau cowok yang tadi sempat ku katakan 'hampir semua warga sekolah menghindarinya'.

Semuanya hanya menonton dan terpaku. Mereka tak berani melerai hanya karena cowok itu mengatakan semua orang untuk diam dan membiarkan perkelahian itu. Bagaimana semuanya tunduk dengan perkataan Edgar yang gila itu? Mereka bahkan sangat banyak tapi takut hanya dengan satu orang cowok yang berpakaian urakan?!!

Iya, aku mengerti karena pada dasarnya aku pun sama dnegan mereka. Takut saat mendengar kata peringatan yang dikatakan Edgar. Entah bagaimana bisa dia membuat semua orang tunduk, ralat takut padanya hanya dengan sebuah perkataannya atau pun ancamannya.

Dia bahkan bukan anak pemilik sekolah ini. Bukan juga anak donatur yang paling tinggi. Bukan juga anak kepala sekolah yang akan menutup-nutupi kesalahan anak beliau. Edgar hanya bermodal gaya. Gaya urakan dan kasar yang dia tunjukan.

Sampai salah satu guru memasuki kantin perkelahian baru berhenti.

"KENAPA KALIAN TIDAK MELERAINYA??!!" teriak guru itu frustasi. "JAWAB??!"

Tak ada yang berani bersuara bahkan juga dengan aku.

"Kenapa kamu gak misahin mereka?" tanya guru itu pada salah satu murid cowok yang berada di dekat beliau.

"Kamu, kamu, kamu." tunjuk beliau satu-satu. "Kenapa gak ada yang misahin?!! Seru nonton orang berantem?"

Sampai sekarang tak ada satu pun yang berani bersuara. Dan benar saja terlihat guru tersebut kesal bukan main.

"Kalian punya mulut kenapa gak dipakai?"

Mungkin jika saja beliau tak ingat jika semua murid beliau, guru tersebut akan menyumpah sarapahi semua murid yang berada di kantin.

"Kalian berdua ikut saya ke ruang bk," kata guru itu lagi.

Setelah kepergian guru tersebut dan 2 orang yang berkelahi tadi aku melirik Edgar yang memasang wajah santai. Dia bahkan terkekeh saat kepergian beliau. Kesal? tentu, melihat semua orang dimarahi bahkan juga aku hanya karena sikap gilanya membuat ku benar-benar kesal dengannya.

Aku melirik Dara yang berada di samping ku lalu ke arah makanan ku yang belum habis. "Gak nafsu lagi gue,"kata ku.

"Sama, tapi mubazir masih banyak ini!!"

"Yaudah habisin."

FANI : He's Edgar ErzantaraWhere stories live. Discover now