BAB 19: FATMA

340 36 0
                                    

Aku menatap keluar jendela mobil. Di samping ku terdapat Fatma, Kakak Edgar yang sedang menyetir. Terjadi keheningan untuk beberapa menit saat tiba-tiba Fatma melayangkan pertanyaan.

"Kenal sama Edgar sejak kapan?" tanya Fatma.

Aku meliriknya. "Teman sekelas," jawab ku membuat Fatma mengangguk-anggukan kepalanya.

"Gak takut sama Edgar? Pasti dengarkan berita tentang dia?"

"Iya dengar," jawab ku dengan mengangguk.

Fatma melihat ke arah ku. "Gak takut sama Edgar?" ulangnya.

"Gimana ya!" aku mengaruk tengkuk ku yang tak gatal. "Takut sih, takut liat dia marah," lanjut ku.

"Auranya nyeremin ya!!" kata Fatma dengan kekehan di akhir kalimat.

"Iya."

"Edgar kalo marah banget sama orang yang dia sayang bakal dia diemin," kata Fatma yang membuat ku terkekeh menanggapinya. "Nanti kalo udah gak marah lagi dia bakal balik lagi," lanjutnya.

□□□○□□□

"Lo lapar?" tanya Edgar dengan mengandeng ku.

"Apasih," kata ku dengan menyingkirkan tangannya. Saat itu juga Ani melihat ke arah ku dan Edgar. Dan Edgar, cowok itu tiba-tiba menjaga jarak dengan ku.

Aku terkekeh sinis. Takut dengan Ani?

"Makanya udah tau ada Kakak-nya sok-sok an ngegodain," kata Fatma tiba-tiba.

Edgar mengaruk tengkuknya yang tak gatal. "Nanyain laper doang dibilang ngegoda."

Fatma menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Udah yu cari makan aja laper juga gue!" ajak Ani yang langsung ku angguki begitu juga dengan Edgar dan Fatma yang ikut mengangguk.

Aku, Ani, Fatma dan Edgar lalu mencari tempat makan yang pernah Fatma dan Ani datangi. Katanya sih tempat tersebut enak.

Fatma tiba-tiba menghentikan langkahnya membuat ku juga ikut menghentikan langkah ku. Melihat Fatma yang melihat lurus ke depan membuat ku mengikutinya.

Seorang cowok dan cewek mungkin sepasang kekasih berada tak jauh di depan. Mereka saling berpegangan tangan dan mata Fatma tertuju pada mereka. Lebih tepatnya pada tangan yang saling bertautan.

"Cari tempat yang enakan dikit," kata Edgar tiba-tiba lalu menarik Fatma untuk mengikutinya.

Aku melirik pada Ani yang menganggukan kepalanya saat aku melihatnya.

□□□○□□□

"Gue kayak pernah lihat dia!!" kata ku pada Ani.

Aku memejamkan mata ku lelah setelah seharian kesana kemari. Sedetik berikutnya kembali membuka mata saat merasakan ada seseorang yang duduk fi samping ku.

"Tiga tahun yang lalu waktu lo SMP," jawab Ani.

Aku mengangguk-anggukan kepala ku.
"Yang mana? Gue lupa."

"Gak usah diingat."

"Dih ..."

"Bentar deh, An. Kalo gak salah dia bukannya pacar Fatma kan!" kata ku ragu namun langsung diangguki Ani.

"Dulu, sekarang enngak."

"Kenapa?"

"Fatma yang mutusin."

"Gitu ya!?" kata ku dengan ragu. "Kenapa?"

"Kenapa mulu."

"Udah gak usah banyak tanya, gue mau tidur," lanjut Ani dengan berlalu.

Ani yang memang sudah lama berteman dengan Fatma membuat ku sedikit mengenal Fatma saat Ani masih tinggal di rumah orang tua kita. Fatma yang sering ke rumah dengan membawa Darel membuat ku juga ikut mengenal cowok itu. Namun hanya sebatas kata 'pacar Fatma'.

□□□○□□□

Aku menghentikan langkah ku melihat ke arah pagar rumah yang tak hanya Ani saja yang berada di sana. Aku lalu berjalan menghampiri mereka dengan rasa penasaran.

Melihat Fatma seperti sedang memohon pada cowok itu bahkan hampir menangis membuat ku semakin penasaran. Yang memuuat ku dongkol cowok itu sok jual mahal.

"Gue udah jelasin kan?!! lo-nya aja yang gak percaya."

"Gue gak butuh cewek curigaan kayak lo!!" lanjutnya.

"Rel please gue minta maaf."

Aku melihat ke arah Ani dengan mengangkat satu alis ku bertanya. Bukannya mendapat jawaban dengan cara bisikan Ani malah mendorong ku agar masuk ke dalam rumah.

"Udah sana masuk aja lo!! Gak usah kepo," katanya dengan berbisik.

"Diliatin tetangga, malu! Mending ajak masuk biar berantemnya di rumah," jawab ku dengan ikut berbisik seperti yang di lakukan Ani tadi.

"Bawel, udah sana," kata Ani lagi dengan kembali mendorong ku.

Mau tak mau aku meninggalkan mereka dan masuk ke dalam rumah.

FANI : He's Edgar ErzantaraWhere stories live. Discover now