BAB 3: PT.2 TATAPAN

1.1K 86 4
                                    

"Fani!"

Aku mengerutkan dahi ku saat mendengar nama asing masuk di indra pendengaran ku. Pasalnya di kelas tak ada yang bernama Fani seorang pun.

"Fani!"

Merasa di panggil tapi aku tidak yakin.

"Fani!"

'Fani' nama yang tak pernah ku dengar itu kembali ku dengan untuk ke tiga kalinya.

"Fa, di panggil Edgar tuh," kata Dara.

Aku berbalik melihat Edgar. "Kenapa?" tanya ku.

"Lo punya pulpen?"

Aku mengambil pulpen yang berada di meja ku lalu memberikannya pada Edgar. "Nih."

"Gue nanya."

"Hah? Ohh .., punya."

Edgar tak menanggapi, tak ada ekspresi apapun di wajahnya. Dia lalu berdiri dari duduknya dan keluar kelas.

"Ngeri-ngeri keren," kata Dara membuat ku meliriknya.

"Gue kalo gak sengaja lihat dia, dia udah duluan lihatin gue, gak ada ekspresinya lagi!" kata Dara lagi membuat ku kali ini melihatnya.

"Iya, dia kayak tau gue mau lihatin dia!!" kata Dara lagi.

□□□○□□□

Rintik hujan tiba-tiba mengenai tangan ku. Aku menengadah dengan mata menyipit saat cahaya matahari masuk ke retina mata ku. Awan hitam yang tak menutupi matahari membuat hari terlihat cerah meskipun rintik hujan turun.

Aku tak sengaja menangkap sosok seseorang yang berdiri di pinggir rooftop. Sosok yang membelakangi cahaya matahari itu membuat ku semakin menyipitkan mata ku untuk mengenalinya.

Apa orang itu melihat ke arah ku? Dia memang menunduk untuk melihat ke bawah, tapi aku yakin dia melihat ke arah ku. Mungkin. Untuk beberapa saat aku melihatnya. Dia tiba-tiba menjauh dari pinggir rooftop membuat ku menghela napas.

Aku kembali melanjutkan langkah ku yang tertunda. Berjalan menuju gedung sekolah kelas ku berada.

□□□○□□□

Mungkin hal biasa saat seseorang melihat kita dan kita juga melihatnya. Istilahnya saling tatap adalah hal yang biasa saja seharusnya. Berbeda dengan aku yang memikirkan hal tersebut. Kenapa? Apa ada yang salah dengan ku? Atau, apa aku membuat kesalahan padanya?

Berbagai pertanyaan akan hinggap di kepala ku saat hal itu terjadi. Apalagi dengan orang yang sama berulang kali.

"Kenapa lo?" tanya Dara dengan menepuk pundak ku. "Dari tadi ngelammun mulu, mikirin apa?" lanjutnya.

Aku menggeleng. "Gak ada."

Dara mengangguk-anggukan kepalanya.

"Gak ada guru yang masuk?" tanya ku pada Dara untuk mengganti topik.

"Gak ada kayanya."

"Tadi gue dengar dari yang lain sih katanya mau rapat," lanjut Dara.

"Ohh ..."

"Fa, keluar yu kemana kek jangan di kelas mulu."

"Mau kemana?"

"Kemana aja."

Aku berdiri dari duduk ku. "Yaudah yu."

"Paling ke kantin juga ujung-ujungnya," lanjut ku.

Aku dan Dara berjalan beriringan di koridor.

"Lo bilangkan ujung-ujungnya ke kantin, yaudahlah ke kantin aja langsung," kata Dara.

"Mau beli apa?"

"Beli apa aja-lah," jawab Dara.

"Yakinkan lo mau beli? Gak boong kan lo!!" kata ku yang membuat Dara cengengesan. Pasalnya Dara sering berubah pikiran dan tak jadi membeli makan. Alhasil aku dan Dara hanya menjenguk kantin.

Dari kejauhan aku dapat melihat Edgar dan tiga orang temannya. dua orang cowok dan satu orang perempuan. Mungkin mereka saling bercanda, terlihat dari wajah Edgar yang tertawa.

Aku berjalan dengan menatap lurus ke depan. Saat aku dan Edgar berpapasan aku sebisa mungkin untuk tak melihat ke arahnya. Sampai Edgar sudah melewati ku, aku akhirnya bernapas lega.

Aku dan Dara memasuki area kantin yang banyak dipenuhi siswa siswi. Mungkin karena guru-guru rapat mereka juga memilih untuk pergi ke kantin mengisi perut.

"Lo gak mau beli makan gitu?" tanya Dara.

Aku emnggeleng. "Gak deh, baru juga tadi makan waktu istirahat. Masih kenyang gue."

"Yaudah." Dara lalu berjalan meninggalkan ku yang duduk di salah satu meja di kantin. Dia berjalan menuju tempat penjual bakso.

FANI : He's Edgar ErzantaraWhere stories live. Discover now