BAB 25: PT.2 TAKUT

334 36 1
                                    

"Lo ngomongin apa sama Farel?" tanya Edgar yang tiba-tiba sudah berada di samping ku. Sejak kapan?

"Sejak kapan lo disini?"

"Sejak kapan-kapan."

"Gak nyambung monyet."

Edgar hanya mengangkat bahunya saat mendengar perkataan ku.

"Lo ngomongin apa sama Farel?" tanya Edgar masih dengan pertanyaan yang sama.

Aku menjawab pertanyaannya hanya dengan mengangkat bahu ku.

"Lo ngomongin apa sama Farel?"

kini Edgar tak hanya bertanya dengan pertanyaan yang sama tapi dia juga kini menghentikan langkah ku.

"Mau cake," kata ku melihat banyaknya kue yang berada di meja.

Edgar menghela napas lalu menuntun ku ke arah meja tersebut. Dia mengambil beberapa kue yang berbeda-beda lalu membawa ku ke arah kursi kosong.

"Tunggu sini!! Gue ambilin air dulu!!" katanya lalu berlalu meninggalkan ku.

Tak begitu lama Edgar kembali dengan membawa secangkir air lalu meletakannya di atas meja. Dia duduk di depan ku dengan bersandar pada sandaran kursi. Mata yang tertuju pada ku dan tangan yang bersedekap dada.

"Apa?" tanya ku melihat Edgar yang hanya diam dengan mata intens melihat ku.

"Ngomongin apa sama Farel?"

"Gak ngomongin apa-apa."

"Kenapa ketawa-ketawa waktu ngomong sama dia?"

Aku mengangkat alis ku aneh melihat sikap Edgar. "Emang kenapa? Dia asik kok!" kata ku.

"Mau gue tonjok," jawab Edgar.

Perkataan Edgar mampu membuat ku diam karena nada bicaranya yang seketika berubah datar. Mendengar hal tersebut entah kenapa membuat ku kembali takut dengannya.

Edgar tiba-tiba berdiri dari duduknya. Dia tanpa mengeluarkan suara lagi pergi begitu saja meninggalkan ku. Ingin bertanya kemana? sepertinya niat itu hanya angan saat ketakutan ku lebih banyak menguasai diri ku.

Melihat Edgar menghampiri seorang cewek membuat ku penasaran siapa cewek itu. Sapaan yang tak semua orang bisa melakukannya. Cewek itu mencium pipi Edgar tanpa penolakan.

Aku berdiri dari duduk ku untuk keluar dari ruangan yang sampai sekarang masih ramai dengan orang-orang. Acara keluarga, itu yang dikatakan Edgar pada ku. Namun tidak hanya ada keluarga di dalamnya melainkan juga mungkin rekan kerja Papa Edgar. Dan juga sebagian teman-teman Edgar yang tak seorang pun ku kenal awalnya.

Aku berjalan ke arah kolam renang. Hanya ada beberapa orang disana yang juga mungkin tamu undangan Papa-nya Edgar.

"Fani!!"

Aku berbalik dan melihat Farel berjalan ke arah ku membuat ku tersenyum padanya.

"Ngapain disini? Bukannya tadi lo sama Edgar?" tanya Farel.

"Gak ngapa-ngapain," jawab ku.

"Lo sekelas sama Edgar?"

Aku mengangguk. "Iya."

"Gimana Edgar?"

"Gimana apa nih?" tanya ku balik.

"Lo pasti tau kan rumor Edgar gimana!!"

Aku kembali mengangguk. "Tau."

"Muka dia nyeremin," lanjut ku melihat Farel dengan terkekeh.

"Muka dia emang nyeremin dari lahir," balas Farel.

"Kok kek cewek sih," kata ku membuat ku dan-nya sama-sama tertawa.

Seseorang tiba-tiba memegang pergelangan tangan ku dan langsung menyeret ku pergi. Membawa ke tempat yang tak ada seorang pun kecuali aku dan-nya.

"Apasih?!!" kata ku dengan menghentakan tangannya agar terlepas.

Edgar, cowok itu menggeram tertahan saat aku menghentakan tangannya. Melihat wajah Edgar yang berubah datar dan aura yang berbeda membuat ku melihatnya takut.

"Lo suka sama Farel?" tanya Edgar tiba-tiba dengan dingin.

"Nggak," jawab ku memberanikan diri.

Edgar terkekeh. "Gak apa? Gak akan nolak?"

"Udah deh, gue mau pulang," kata ku dengan berbalik ingin pergi meninggalkannya.

Namun niat ku terurung saat Edgar kembali memegang pergelangan tangan ku dengan kuat.

"Aww ..."

"Mau kemana? Lo belum jawab pertanyaan gue!!"

Aku melihat Edgar dengan marah. Rasa takut memang masih ada namun rasa kesal ku kali ini lebih besar.

"Kalo gue suka sama Farel emang kenapa? Ada masalah?" kata ku. "Iya, gue suka sama Farel, puaskan?!!" lanjut ku dengan menghentakan tangannya lalu pergi meninggalkannya.

Aku berjalan keluar dari area rumah Edgar meninggalkan acara tanpa pamit pada siapa pun. perkataan tadi hanya kebohongan yang ku sampaikan karena satu hal.

Aku menghela napas kasar. Takut sekaligus marah saat kembali mengingat hal yang terjadi barusan.

"Lo mau kemana? Acaran belum selesai."

Aku melirik ke arah samping saat mendengar suara yang familiar. Iya, itu Farel, cowok itu sekarang ikut berjalan di samping ku.

"Mau pulang," jawab ku dengan melihat ke arahnya.

"Gak diantar sama Edgar?"

Aku tersenyum lalu menggeleng. "Enggak," jawab ku.

"Mau gue anterin?"

Aku diam untuk beberapa saat, menimbang-nimbang tawaran Farel. "Boleh," jawab ku memutuskan untuk menerima tawarannya.

Farel tersenyum. "Gue ambil mobil dulu," katanya lalu berlalu setelah melihat ku mengangguk.

FANI : He's Edgar ErzantaraWhere stories live. Discover now