BAB 18: SIAPA?

397 41 4
                                    

"Lo masih marah sama gue?" pertanyaan itu tiba-tiba mengudara saat Edgar duduk di samping ku.

"Siapa yang marah?" tanya ku balik.

Edgar mengangkat tangannya untuk merangkul ku. Namun sebelum hal tersebut terjadi aku langsung menjauhkan tubuh ku darinya.

"Masih marah sama gue?"

"Apaan? Aneh," kata ku dengan berdiri dari duduk ku.

Aku keluar dari kelas, berjalan meninggalkan Edgar. Namun saat berada di luar kelas dia menyusul dan langsung merangkul ku.

"Lo masih marah sama gue?"

"Apaan sih, gue gak marah juga," jawab ku dengan melepaskan rangkulan Edgar pada ku. Lakukan saja dengan Indah untuk apa dengan ku? Lagian Edgarkan sukanya sama Indah.

"Gak usah ngikutin gue," kata ku lagi dengan menghentikan langkah ku.

Aku melihat ke arah Edgar untuk beberapa detik lalu kembali berjalan. Menghentikan langkah ku saat merasakan Edgar tak mengikuti ku. Aku melihat ke arahnya dengan tatapan kesal lalu kembali berjalan.

Dasar Edgar sialan!

Cowok gatel!

Aku berdecak, apa yang kupikirkan? berharap Edgar masih mengikuti ku? Siapa aku? Bahkan untuk dikatakan dekat saja aku harus berpikir dua kali terlebih dulu.

"Fani!!"

Aku menghentikan langkah ku saat Edgar tiba-tiba muncul di depan ku.

"Dari semalam gue udah coba bujuk lo biar gak marah lagi!! Sekarang gue harus apa? Gue gak tau lagi gimana!!" katanya.

"Gue bilang gue gak marah," Jawab ku dengan tak berani melihatnya.

"Kenapa waktu gue samperin lo di tribun lo cuman diam? Dan sekarang lo bilang gak marah tapi sikap lo nunjukin hal beda."

"Kenapa lo peduli?" tanya ku dengan mengangkat alis ku.

Terlihat Edgar mengacak-acak rambut bagian belakangnya.

"Gue gak marah kok," kata ku dengan ragu memegang rambut Edgar.

□□□○□□□

"Siapa?"

"Siapa?" tanya ku balik yang membuat Edgar berdecak.

"Cowok tadi."

"Teman doang."

Edgar menaikan satu alisnya. "Gue pernah liat."

Aku tertawa. "Iyalah, orang seangkatan," jawab ku membuatnya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Gak sekelas, kenal dari mana?"

"Banyak tanya."

"Lo mau ngapain kesini?" tanya ku saat Edgar hanya diam saja.

"Jemput lo."

"Kemana?"

"Ani gak ngasih tau lo?"

"Hah?" kata ku lalu mengambil ponsel ku yang berada di dalam tas. "Hehe ... Gak buka hp," lanjut ku dengan memperlihatkan isi chat dari Ani.

"Jelas, sibuk pacaran."

"Sembarangan!"

"Gue ganti baju dulu," lanjut ku. Dan tanpa mendengar jawaban dari Edgar aku masuk ke dalam rumah.

Selesai membersihkan diri dan ganti baju. Aku menerima pesan dari Ani yang mengatakan dia berada di bawah sedang menunggu ku. Dengan tergesa aku keluar dari kamar dan menuruni tangga.

Aku menghentikan langkah ku saat mendapati Ani dan Mama sedang berbincang. Mereka dengan berbarengan melihat ke arah ku. Mungkin karena merasa ada seseorang.

"Udah?" tanya Ani yang membuat ku menganggukan kepala. "Yaudah, Ma aku keluar dulu ya sama Ifa!!" lanjut Ani pada Mama.

Mama mengangguk lalu aku dan Ani mencium punggung tangan Mama bergantian. Selanjutnya berlalu dari ruang keluarga. Berjalan beriringan menuju garasi.

Aku memasuki mobil Ani lalu setelahnya Ani menjalankan mobilnya. Entah menuju kemana aku hanya diam ikut kemana Ani pergi.

"Edgarnya mana?" tanya ku.

"Gue suruh tunggu di apartemen gue."

Aku tak habis pikir dengan jalan pikir Ani. Di awal dia memberi tau ku jika Edgar yang akan menjemput ku dan benar Edgar menjemput ku. Namun setelah aku bersiap tiba-tiba Edgar tak ada dan di gantikan olehnya.

"Gue baru ingat, lo gak bakal di izinin keluar kalo sama cowok," kata Ani yang membuat ku mengerti kenapa Edgar kembali di gantikan olehnya.

Hari itu saat aku pulang mereka tak jadi pergi dan memilih untuk kembali merencanakan saat aku bisa ikut. Dan jadilah hari ini.

Ani menghentikan mobilnya di depan apartemennya dan terlihat Edgar dan Fatma yang berjalan menghampiri aku dan Ani.

"Gue sama Ani, lo sama Fani," kata Edgar berbicara dengan Fatma.

"Serah lo," jawab Fatma.

Aku mengerutkan dahi ku. Kenapa gak satu mobil berempat saja? Kenapa harus dua mobil? Dan kenapa aku harus dengan Kakanya Edgar? Kenapa Edgar meminta dia dengan Ani? Apa mereka ada hubungan?

Aku menggeleng, apa yang ku pikirkan? Tidak, mana mungkin Edgar dan Ani memiliki hubungan. Itu sama sekali tak masuk akal. Mungkin karena omongan Edgar tadi aku jadi berpikir kemana-kemana yang faktanya sama sekali tak benar.

"Lo kenapa?" tanya Ani.

Aku langsung melihat ke arah Ani. "Eng-gak, nggak kenapa-napa," jawab ku kaku.

FANI : He's Edgar ErzantaraМесто, где живут истории. Откройте их для себя