BAB 13: BARENGAN

732 52 0
                                    

Aku memasuki kelas ku saat Guru yang tadi mengajar keluar kelas karena jam beliau habis.

"Habis dari mana? Bolos dari jam pertama!"

Aku menggaruk tengkuk ku yang tak gatal. "Hehehe ... Ngantuk banget gue tadi makanya tidur dulu."

"Ck."

Aku mendudukan tubuh ku di kursi. Sepersekian detik Dara tiba-tiba mendekatkan tubuhnya pada ku.

"Lo beneran ada apa-apa sama Edgar?" tanya Dara berbisik. Mungkin takut Edgar mendengar karena berada di belakang.

"Ngomong apa sih!!" kata ku dengan mendorong dahinya agar menjauh dari ku.

Dara kembali mendekat. "Kalian bolos barengan! Datang juga barengan!"

"Gue gak ada apa-apa sama dia," jawab ku jujur.

Pembicaraan ku terhenti saat Guru mapel berikutnya masuk ke dalam kelas. Pelajaran dimulai untuk satu jam pelajaran ke depan. Dan setelah bel istirahat berbunyi guru tersebut pamit keluar kelas.

"Kantin yuk!" ajak Dara.

"Kenyang gue, nemenin lo aja deh ya!?" jawab ku. Pasalnya sebelum aku masuk kelas tadi aku lebih dulu mampir ke kantin. Dan untuk masalah Edgar aku bertemu dengannya saat ingin masuk ke dalam kelas.

Aku berdecak saat berjalan di koridor sekolah dan banyak pasang mata melihat ke arah ku. Namun tak berselang lama mereka mengalihkan pandnagan mereka. Merasa aneh aku berbalik memastikan firasat ku. Dan benar saja Edgar berada di belakang.

Menghela napas berat, mau tak mau aku harus membiarkannya berjalan di belakang ku.

"Gue mau beli bakso," kata Dara setelah sampai di kantin.

"Sana! Gue nunggu di meja sini," kata ku lalu duduk di kursi kosong.

Edgar, cowok itu entah kemana. Saat aku masuk ke dalam kantin tadi dia tiba-tiba menghilang entah kemana.

Aku mengambil hp ku yang berada di saku rok ku. Membukanya hanya untuk terlihat sibuk. Aku hanya menatap layar hp tanpa memainkannya. Karena pikiran ku tertuju pada masalah cerita aku dan Edgar.

Seseorang tiba-tiba menyodorkan sepiring nasi goreng.

"Makan!"

Pandangan yang awalnya menatap layar hp teralihkan pada orang yang duduk di depan ku.

"Lo ke kantin cuman beli air minum," lanjutnya.

"Gue gak laper," jawab ku.

"Makan!"

"Gar, lo bisa pindah gak?" tanya ku namun tak dihiraukan Edgar. Dia malah membuka ponselnya dan memainkannya.

Percuma, karena sekeras aku memintanya untuk pindah sekeras itu juga dia bertahan.

Tak lama Dara datang dengan membawa baksonya. Dia melirik aku dan Edgar bergantian. Mungkin dia bertanya dengan tatapannya kenapa Edgar berada di meja yang sama. Dan aku hanya mengangkat bahu ku tak tau.

□□□○□□□

"Baiklah anak-anak jam berikutnya kita gunakan untuk kerja kelompok," jelas guru tersebut di depan kelas.

"Ada empat orang dalam tiap kelompok," lanjut beliau.

"Biar adil Ibu yang akan membagikannya!! Dari meja pojok kanan depan meja nomor satu, dibelakangnya meja nomor dua sampai seterusnya."

"Jadi meja sstu dan dua satu kelompok, tiga dan empat satu kelompok sampai seterusnya!! Mengerti?"


"Mengerti Bu," jawab semua murid.

Aku dan Dara saling lirik. Meja yang ku duduki dengannya bernomor lima dan meja paling belakang, meja nomor enam ditempati oleh Edgar dan Tio. Itu artinya aku, Dara, Tio dan Edgar satu kelompok.

Aku mendadak lesu saat mengetahui kelompok ku yang berisi orang-orang santuy. Mereka sama sekali tak peduli dengan nilai. Meburut mereka mengerjakan atau tidak asal bayar komite sekolah mereka akan diluluskan dengan mudah.

Aku berbalik. "Harus sama-sama ngerjain ya!!" kata ku melihat Tio dan Edgar bergantian.

Edgar melihat ke arah ku dengan tatapan datar. Aku yang mengetahuinya membuat ku melihatnya menantang. "Semuanya harus ngerjain," ulang ku.

Edgar mendengus, dia lalu mengambil ponselnya dan memainkanya.

FANI : He's Edgar ErzantaraDonde viven las historias. Descúbrelo ahora