BAB 20: UKS

387 34 0
                                    

"Untung aja gak ke hujanan," gumam ku saat tiba-tiba hujan turun deras begitu saja.

Aku melihat ke arah pintu kelas dan mendapati Dara yang baru saja masuk ke dalam kelas.

"Untung gue gak kehujanan di jalan," kata Dara dengan mendudukan tubuhnya di kursi.

"Emang pakai apa kesini? Biasanya juga pakai mobil."

"Heheh ... Iya juga sih."

Aku menggeleng-gelengkan kepala ku.

Suara speaker terdengar memberi tau-kan bahwa upacara tak jadi dilaksanakan karena hujan. Siswa yang mendengar hal tersebut bersorak senang seperti mendapatkan lotre.

Aku menelungkupkan kepala ku di atas meja berniat ingin tidur. Rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang akibat begadang.

Suara hujan yang mereda lalu digantikan dengan suara berisik di kelas membuat ku tak bisa tertidur. Aku berdiri dari duduk ku berniat untuk mencari tempat sunyi.

"Mau kemana?" tanya Dara.

"Keluar."

"Mau tidurkan lo!!" kata Dara yang tak ku hiraukan.

Aku berjalan ke arah uks. Ruangan paling sunyi seperti perpus. Membaringkan tubuh ku di atas salah satu kasur yang kosong di uks.

Aku memejamkan mata ku. Namun suara gorden di geser membuat ku kembali membuka mata. Saat aku membuka mata gorden itu sudah tertutup kembali menyisakan gerakan akibat tertutup cepat.

Tak ingin ambil pusing aku membalikan tubuh ku membelakanginya. kantuk ku lebih berat ketimbang penasaran dengan seseorang di balik gorden tersebut.

□□□○□□□

Aku membuka mata ku, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina mata. Melihat ke arah samping dimana gorden yang tadi di buka seseorang terbuka lebar. Sama hal-nya dengan ku yang berbaring di kasur. Edgar tertidur pulas dengan menghadap ke arah ku.

Aku mendudukan tubuh ku. Untuk beberapa detik memejamkan mata ku lalu berdiri berniat untuk membiarkannya tidur. Namun saat aku ingin melangkah Edgar memegang tangan ku tiba-tiba.

"Mau kemana?"

"Gue kira lo tidur."

Edgar mendudukan tubuhnya. "Kebangun waktu lo bangun juga."

"Ohh ..," kata ku berniat ingin kembali melangkah keluar uks.

"Mau kemana?" tanya Edgar dengan kembali memegang tangan ku.

"Mau ke kantin, lapar," jawab ku.

Tanpa mengeluarkan suara lagi Edgar berdiri dari duduknya.

"Ayo!!" katanya sambil menarik ku pelan.

Aku dan Edgar memasuki area kantin.

"Mau makan apa?" tanya Edgar melihat ke arah ku.

"Mie ayam."

"Minum."

"Air biasa tapi yang dingin."

Edgar mengangguk. "Yaudah, duduk sana gue pesanin."

Tanpa protes apapun, aku mencari meja kosong yang akan ku duduki. Sambil menunggu Edgar aku memainkan hp ku untuk sekedar berpura-pura tidak peduli pada mereka yang berbisik-bisik menceritakan tentang ku.

"Lo tuli sama buta ya?" tanya Dara yang tiba-tiba duduk di depan ku.

"Apa sih? Baru juga datang marah-marah."

"Heh, gue dari tadi manggil-manggil lo sama angkat tangan biar lo liat gue, sialan."

Aku memutar bola mata ku malas. "Lo kira cuman suara lo doang yang bisa gue dengar?"

"Iya deh terserah," kata Dara lalu meminum minumannya yang tadi dia bawa. "Ehh iya, lo habis dari mana? Gak masuk-masuk sampai istitahat!!"

"Uks" Dara mengangguk-anggukan kepalanya.

"Tadi ada guru yang masuk?"

"Gak ada, jamkos."

Aku mengangguk-anggukan kepala ku sebagai respon.

"Lo sama Edgar di uks?" tanya Dara dengan mengecilkan volume suaranya.

Kembali menganggukan kepala aku di kejutkan dengan Dara yang berteriak tiba-tiba.

"WHAT!!?" teriaknya. Sedetik berikutnya Dara melihat ku cengengesan.

"Apasih?"

"Lo ngapain sama Edgar?" tanya Dara sedikit berbisik.

"Gue ngapain sama Fani?" tanya Edgar tiba-tiba membuat bukan hanya aku dan Dara saja melihatnya.

FANI : He's Edgar ErzantaraWhere stories live. Discover now