BAB 16: INDAH

429 41 0
                                    

Aku berdecak saat seseorang menabrak bahu ku dari arah belakang. Entah itu sengaja atau tidak. Dia, Edgar cowok itu tanpa berbalik untuk mengucapkan maaf saja tidak.

Saat ingin mengeluarkan suara memprotes tingkahnya. Aku mengurungkan niat ku saat melihat kemana Edgar berjalan. Dia menghampiri Indah yang berada beberapa meter dari ku berdiri.

Edgar dan Indah berjalan berbarengan menuju kantin. Meskipun Indah berkali-kali memperlihatkan kerisihannya kepada Edgar, Edgar sama sekali tak menghiruakan hal tersebut.

Aku berjalan menunduk dan menghela napas pelan. Merasa kesal? Entahlah mungkin sekarang mood-ku kurang baik.

"Fa, kenapa?" tanya Dara.

Aku melirik kearahnya. "Gak kenapa-kenapa."

Terlihat kerutan di dahi Dara namun dia hanya diam dan tak masalah. aku dan Dara memasuki kantin lalu berjalan ke arah meja kosong.

"Lo aja deh yang pesan ya Dar!! Sana." kata ku setelah duduk.

"Santai aja ngomongnya gak usah ngegas."

"Udah santai."

"Santai pala lo," katanya lalu berlalu.

Aku mendengus lalu tak sengaja melihat ke arah meja yang ditempati Edgar. Tepatnya meja yang ditempati Indah dan temannya, Keryl. Edgar, dia hanya menjadi ekor Indah.

Aku kembali mendengus dan langsung mengalihkan pandangan ku. Mereka bukan orang penting. Untuk apa aku ingin mengetahui hubungan mereka? Kenapa yang ku pikirkan sekarang hanya tentang mereka?

Aku menggeleng untuk menghilangkan keingin tahuan pikiran ku tentang mereka. Lebih tepatnya tentang Edgar? Tidak, sama sekali tidak.

"Santai aja lihatinnya!!"

Aku mendongak melihat Dara yang baru saja meletakan nampan di atas meja.

"Lihatin apaan juga?!"

Dara mengakat bahunya tanpa mengeluarkan suara. Dia duduk di kuris depan ku lalu menyantap makanannya.

"Gak mau makan?" tanyanya dengan melirik ku membuat ku meliriknya sinis lalu memakan makanan ku.

□□□○□□□

"Ada yang nyangkut di rambut lo!" kata Edgar dengan mengambil sssuatu di rambut Indah.

"Apaan sih?!" kata Indah saat Edgar memperlihatkan pada Indah tak ada apapun.

Edgar berdecak dan tanpa mengatakan sesuatu dia mengandeng Indah.

"Apaan sih lo!! Lepas gak?!" kata Indah dengan melepaskan tangan Edgar padanya.

Lagi, aku harus melihat mereka berdua seperti sepasang kekasih. Aku mendengus, sepasang kekasih? Kelihatannya hanya Edgar yang berharap pada Indah.

"Dasar cowok gatel," gumam ku lalu berjalan mendahului mereka dengan menabrak bahu Edgar seperti yang dia lakukan pada ku.

Saat ingin ke kantin lalu kembali dari kantin aku mendapati mereka terus lengket sejak tadi. Bahkan di kantin pun mereka tak bisa terpisah seperti perangko. Bukan mereka tapi hanya Edgar yang tak ingin terpisah.

Aku memasuki kelas dan langsung duduk di kursi ku. Edgar memasuki kelas dengan masih bersama Indah. Namun sekarang dia berbelok ke arah kursinya.

Aku dengan sengaja melihat ke arahnya dengan tatapan tak suka. Alhasil, mungkin tujuan awalnya ingin duduk sekarang berdiri di dekat meja Dara. Aku memutar bola mata ku lalu mengalihkan tatapan ku padanya.

Aku dikejutkan dengan Edgar yang duduk di kursi Dara. Dara yang tadi duduk di samping ku kini duduk di belakang. Aku berdecak dan berpura-pura untuk tak menghiraukan. Nyatanya aku ingin sekali melihat ke arahnya hanya untuk memastikan dia masih duduk atau tidak.

Suara deheman tiba-tiba terdengar yang menandakan Edgar masih di samping ku. Berpura-pura tak ingin melihat ke arahnya dan memilih untuk melihat lurus ke depan. Namun tatapan ku langsung mendapati Indah yang melihat ke arah ku. Bukan, bukan tatapan sinis ataupun tatapan dingin yang ku dapatkan melainkan tatapan teduh dan senyuman.

Aku melirik ke arah Edgar yang ku kira juga melihat ke arah Indah. Atau baru saja mengalihkan tatapannya? Dia sudah melihat ke arah ku saat aku melihat kearahnya.

Tanpa ku sangka Edgar mengangkat tangannya dan meletakannya di atas kepala ku. Dia tersenyum lalu berpindah duduk ke tempatnya.

Entah kenapa saat itu juga mood ku terasa membaik. Merasa senang bukan main sampai-sampai tak bisa menahan senyuman ku.

"Ekhm ..." suara deheman dari Dara membuat ku menghilangkan senyuman ku agar tak di sangkanya gila.

FANI : He's Edgar ErzantaraWhere stories live. Discover now