BAB 38: RAGU

206 26 4
                                    

"Lo semalam buru-buru kemana?" aku diam mencari jawaban yang pas untuk menjawab pertanyaan dari Dara.

"Ada urusan aja," jawab ku ragu. "Ohh iya, lo izinin gue ke guru apaan?" lanjut ku.

"Gue bilang acara keluarga."

"Aaaaa ... Maacih loh," kata ku dengan merentangkan tangan ku memeluknya.

"Gue kayak cium parfum Edgar," kata Dara yang membuat ku melepas pelukan ku padanya.

"Hah?"

"Lo habis ngapain semalam sama Edgar?"

Aku langsung menutup mulut Dara saat beberapa orang yang duduk berdekatan melihat ke arah aku dan Dara.

"Ngomongnya pelanin dong!!"

"Kan benar, habis ngapain lo semalam?" tanya Dara dengan melihat ku intens.

"Gak ngapa-ngapain nyet."

Dara menaikan satu alisnya. "Gak percaya."

"Emang lo mau gue ngapain?" tanya ku membuat Dara cengengesan.

"Gue pulang sekolah mau mampir ke apartemen Edgar dulu, lo mau ikut?" lanjut ku.

"Ngapain?"

"Dia minta gue buat kesana. Yaudah."

"Cie nurut."

Aku melihatnya kesal. "Mau ikut gak?"

"Enggak. Nanti ganggu kalian lagi."

Aku mendorong kepala Dara pelan. "Ganggu pala lo!!"

□□□○□□□

Aku memasukan buku dan juga pulpen ku ke dalam tas, tak lupa juga ponsel ku.

"Semangat banget dengar bel pulang."

Aku melirik Dara. "Brisik banget."

"Gue duluan Dar, bye," lanjut ku dengan berjalan keluar kelas.

Aku berjalan menuruni tangga, namun langkah ku terhenti saat Keryl berdiri di depan ku.

"Buru-buru banget Fa, mau kemana emangnya?" tanyanya.

"Bel pulang, emang lo mau disini sampai malam?"

Keryl tersenyum. "Mau nyamperin Edgar ya!!? Di kantin sama Indah. Biar lo gak cape pergi jauh-jauh tapi gak nemu dia jadi gue kasih tau deh," kata Keryl lau berlalu melanjutkan langkahnya menaiki tangga.

Ragu namun tetap saja aku berjalan ke arah kantin untuk memastikan. Berjalan sedikit tergesa agar cepat sampai. Langkah ku terhenti saat mendapati Edgar bersama dengan Indah berada di kantin.

Aku menghela napas pelan. Berjalan sesantai mungkin menghampiri mereka, lebih tepatnya Edgar.

"Untungnya gue gak ke apartemen lo!! Gak ada yang penting jugakan?!! Kalo gitu gue pergi deh," kata ku to the poin pada Edgar.

Edgar langsung berdiri saat aku ingin berlalu. Dia memegang pergelangan tangan ku, menghentikan langkah ku untuk keluar dari kantin.

"Kangen!!" katanya seolah tak terjadi apa-apa.

Aku tertawa sumbang, menepis genggamannya lalu berjalan keluar kantin.

"Fan!!" Edgar mengikuti dari belakang.

"Fani!!" panggilnya lagi. Kini kembali memegang tangan ku agar berhenti.

"Mau kemana?" tanya Edgar yang sama sekali tak ku jawab.

"Jawab!!" katanya sedikit membentak.

"Apasih?!! Masalahnya dimana? Emang lo siapa? Hak gue mau jawab atau engga!!"

"Lo bukan siapa-siapa gue, begitu pun sebaliknya. Masalah gue mau kemana itu urusan gue, gitu juga lo sama siapa pun itu urusan lo?!!"

Edgar diam dengan manik matanya tertuju pada manik mata ku. Dia tiba-tiba mengembangkan senyumnya membuat ku bertambah kesal.

Aku kembali menepis tangannya dan kembali melanjutkan langkah ku. Namun Edgar tiba-tiba memeluk ku dari belakang seperti semalam. Aku terpaku saat Edgar berani melakukannya di depan banyak orang. Maksud ku ini pasti akan menjadi toping hangat untuk mereka.

"Gue gak sengaja ketemu Indah. Gue mau nyamperin lo!!"

Perkataan Edgar tak sedikit pun ku percaya. Aku hanya diam membiarkan dia mengoceh semaunya dengan berusaha melepas tangannya yang melingkar di leher ku meskipun tak tercekek.

"Jangan diam-in gue Fan!! Tadi ngoceh sekarang kenapa diam?"

Lagi, perkataannya tak ku gubris.

"Mau gue cium?"

Pergerakan ku terhenti saat mendengar kalimat yang di lontarkan Edgar di telinga ku.

"L-lepas."

"Jangan diam-in gue!!"

Aku mengertakan gigi ku, mau tak mau mengiyakan. "Iya, lepas dulu tapi."

Edgar menurut, dia melepas pelukannya lalu memutar tubuh ku agar menghadap ke arahnya.

"Mau pulang sekarang?" tanyanya yang membuat ku mengangguk malas untuk menjawabnya.

"Mau pulang sekarang?" tanyanya mengulang pertanyaan yang sama.

"Iya."

Edgar menarik tangan ku, membawa ku ke parkiran. Dia membuka pintu mobil lalu menyuruh ku untuk masuk.

"Masuk," katanya saat aku hanya diam tak kunjung masuk.

"Gue bawa motor."

"Kuncinya mana?"

tanpa bertanya untuk apa aku mengambil kunci motor ku lalu memberikannya pada Edgar.

"Gue kasih teman gue buat anterin ke rumah lo!!"

"Iya," jawab ku lalu masuk ke dalam mobil.

Edgar lalu menutup pintu mobil namun dia tak langsung masuk melainkan menelpon seseorang. Sampai saat ada seorang cowok yang berjalan menghampirinya, Edgar lalu memberikan kunci motor ku pada cowok itu. Setelahnya dia masuk ke dalam mobil lalu menjalankan mobil keluar dari area sekolah.

FANI : He's Edgar ErzantaraWhere stories live. Discover now