BAB 41: SAKIT

188 21 2
                                    

Aku berjalan ke arah pembatas rooftop. Memejamkan mata ku merasakan terpaan angin yang menerpa wajah ku. Memikirkan Edgar dari tadi malam gak ada habisnya. Entahlah, hanya saja aku takut dia kenapa-napa.

Aku tersentak dan langsung membuka mata ku saat merasakan genggaman seseorang pada tangan ku. Melirik ke samping, aku mendapati Edgar yang tak memakai jaketnya lagi.

Merasakan tangan yang dingin dan juga melihat wajahnya yang pucat membuat ku panik dan langsung memegang kedua pipinya.

"Lo sakit?"

Edgar tiba-tiba menjatuhkan kepalanya pada pundak ku. "Dingin Fan!!"

"Kenapa jaketnya di lepas!!?"

"Lo gak percaya sama gue!"

Perkataan Edgar mampu membuat ku terdiam. Iya, seolah-olah aku tak percaya padanya. Bahkan mencari-cari kesalahannya.

"Maaf," gumam ku.

Aku mengangkat tangan ku untuk memeluknya. "Ke uks yu, istirahat di sana minum obat juga."

Edgar tak menjawab dengan suara. Dia hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Terus mau kemana?"

Lagi, Edgar hanya menggeleng tanpa bersuara.

"Ambil jaketnya dulu deh di kelas!!" tak mendapatkan respon, aku melepas pelukan ku pada Edgar namun Edgar malah mengeratkan pelukannya.

"Ambil jaketnya dulu Gar!!"

Aku menghela napas sabar ketika lagi dan lagi mendapatkan gelengan dari Edgar.

"Terus mau ngapain? Dari tadi di tanyain geleng mulu jawabannya."

"Mau kamu."

"Ini gue udah sama lo!!"

"Mau kayak gini mulu pegel Gar!!" kata ku lagi saat hening beberapa menit. "Nahkan gak bunyi lagi," lanjut ku.

"Ngambil jaket lo dulu deh di kelas."

"Sama gue ini, ayok!!"

Kembali melepas pelukan ku, yang kali ini bisa terlepas tanpa ada penolakan dari Edgar membuat ku bernapas lega.

"Ayok!!" kata ku dengan mengandeng tangannya. menuntunnya untuk turun dari rooftop.

Sesampainya di kelas aku membawanya ke kursi lalu mendudukannya.

"Sini aja!!" katanya padahal aku tak berniat untuk meninggalkannya.

"Iya."

"Pakai nih," lanjut ku setelah mengambil jaketnya yang berada disandaran kursinya. Aku lalu duduk di kursi sampingnya. kursi ku.

Edgar melirik ku, dia menggeser kursinya untuk mendekat pada kursi ku. Bersandar pada bahu ku, mencari tempat ternyamannya, dia lalu memejamkan matanya namun sebelumnya mengeluarkan suaranya terlebih dulu.

"Gue mau tidur."

Aku hanya tersenyum menanggapi perkataannya meskipun Edgar tak melihat ku.

□□□○□□□

Aku melirik Edgar yang berada di samping ku. "Udah mendingan?" tanya-ku yang membuatnya mengangguk.

"Gue mau latihan, besok gue main. Lo nonton ya!!"

"Beneran udah mendingan? Gak kenapa-napa?"

Edgar tak menjawab. Dia mengambil tangan ku, meletakan tangan ku pada pipinya lalu berganti pada dahinya.

"Gak panas lagikan!!? Udah gak kenapa-napa lagi," katanya.

Aku menghela napas. Beberapa detik terpaku atas perlakuannya pada ku. Menjauhkan tangan ku pada dahinya. Menggulir mata ku kesana kemari asal tak saling tatap dengannya.

"Besok nonton ya!!"

Aku menipiskan bibir ku. "Iya!!" jawab ku.

Aku berdiri dari duduk ku. "Gar, gue keluar dulu. Kebelet," kata ku lagi dan tanpa mendengar jawaban darinya aku berlalu keluar dari kelas.

Aku menuruni tangga dengan sesekali menghela napas kasar. Menormalkan detak jantung ku yang berdetak sangat cepat setelah bahkan saat kejadian tadi.

Tidak, tidak mungkin bukan aku menyukai Edgar? Tidak, itu tidak benar.

"Ifa!!"

Aku melihat ke arah sumber suara dimana seseorang memanggil nama ku. Terlihat Thio berjalan menghampiri ku.

"Edgar dimana?"

"Masih di kelas. Kenapa?"

Thio mengangguk. "Nggak, cuman mau ngajakin dia latihan doang."

"Ohh ..," kata ku dengan mengangguk-anggukan kepala ku.

"Yaudah gue ke kelas dulu."

"Ehh ... Yo!!" panggil ku.

"Kenapa?"

"Nanti kalo waktu latihan Edgar kenapa-napa kasih tau gue ya!!"

terlihat Thio menaikan satu alisnya.

"Ehhmm ... Anu dia lagi sakit yaa takut aja dia kenapa-napa."

Untuk beberapa detik Thio terlihat berpikir keras namun detik berikutnya dia mengangguk sebagai jawaban.

Saat Thio berbalik, dia sudah mendapati Edgar yang berdiri di anak tangga dengan diam melihat ke arah ku dan Thio. Tanpa mengeluarkan suara lagi aku berbalik. berlalu dari mereka.

Aku berjalan ke arah toilet cewek dan langsung masuk ke salah satu bilik. Setelah selesai aku keluar dari bilik dan mencuci tangan ku.

"Udah?"

Aku memegang dada ku saat tiba-tiba mendengar suara Edgar. "ngagetin aja!!"

Edgar mengaruk tengkuknya yang tak gatal. "Sorry-sorry."

"Mau ngapain? Keluar sana udah tau toilet cewek."

"Nunguin lo!!"

"Keluar!! Nanti ada yang lihat."

Terlihat Edgar kembali lagi mengaruk tengkuknya. "Iya, gue tungguin di luar."

Aku tersenyum. "Nggak, gak usah. duluan aja."

"Sayang!!"

Entah bagaimana muka ku saat mendengar suara Edgar yang merengek.

FANI : He's Edgar ErzantaraWo Geschichten leben. Entdecke jetzt