BAB 28: HTS

252 24 1
                                    

"Fani!!"

"Fan!!"

Edgar menghentikan ku dengan memegang pergelangan tangan ku.

"Apa?"

"Kenapa?"

Aku menunjuk diri ku sendiri. "Gue kenapa emang?" tanya ku balik.

"Ngerusak huhungan apa?"

"Hubungan apa?" lagi-lagi aku juga bertanya tanpa menjawab pertanyaan Edgar.

Edgar menghela napas. "Kantin lagi, habisin makanannya."

"Gak," jawab ku dengan melepas cekalannya dan berjalan meninggalkannya.

"Gue bilang ke kantin lagi gak usah nolak!!"

"Emangnya lo siapa?" tanya ku berbalik untuk melihat wajah Edgar.

Edgar kembali menghela napas. "Lo kenapa?" tanyanya lagi. Berusaha untuk tak membentak ku? mungkin, terlihat dari wajahnya yang menahan amarah dan nada bicaranya yang sebisa mungkin untuk tak meninggi.

"Emang gue ..."

"Gak usah nanya balik, lo tau lo kenapa," potong Edgar.

"Yaudah," kata ku dengan melanjutkan langkah ku.

"Fan!!" Edgar memang memanggil ku dengan nada lembut namun cekalannya pada tangan ku sangat kuat.

Aku tersenyum namun lebih ke arah berdecih. "Lepas," kata ku dengan menghentakan tangannya.

Aku berjalan meninggalkan Edgar yang hanya diam melihat kepergian ku.

□□□○□□□

Aku memasuki kelas dengan menunduk. Duduk di kursi ku dan langsung menelungkupkan kepala ku di atas meja.

"Fa, habis dari mana?" tanya Dara.

"Gak habis dari mana-mana," jawab ku tanpa melihatnya.

Kantuk ku tiba-tiba datang dan tak berselang lama aku tertidur di dalam kelas. Sayup-sayup aku mendengar suara Edgar yang tak begitu jelas.

□□□○□□□

Aku membuka mata ku saat merasa pegal di area tubuh tertentu termasuk kepala ku yang sedari awal mengarah pada tembok, depan wajah ku. Aku meregangkan otot-otot ku dengan duduk tegap dan menggeliat.

Atensi mata ku langsung tertuju pada Edgar yang duduk di samping Indah, di meja milik Indah. Hanya beberapa detik saat aku memutuskan untuk mengalihkan pandangan ku dari punggung tegap Edgar yang membelakangi ku.

"Dar, temanin ke toilet yu!!" ajak ku. Tanpa menunggu jawaban darinya aku menarik Dara keluar dari kelas.

Aku berjalan beriringan menuju toilet siswi.

"Bentar," kata ku dengan masuk ke dalam salah satu bilik toilet.

Setelah selesai aku keluar dari bilik toilet dengan bertanya pada Dara. "Dar, tadi gak ada guru ..," perkataan ku terhenti saat tak menemukan Dara melainkan Edgar.

Aku berjalan ke arah wastafel dan tak kembali membuka suara ku. Mencuci tangan dan berniat ingin langsung keluar dari toilet tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

"Tadi mau nanya apa?"

Pertanyaan Edgar hanya ku anggap angin lalu tanpa sedikit pun aku mengeluarkan suara.

"Sorry!!" katanya tiba-tiba yang langsung membuat ku melihat ke arah-nya.

"Apa?" tanya ku.

"Gue buat salah sama lo!!"

"Salah apa?"

Edgar tak menjawab dia hanya diam dengan manik mata tertuju pada manik mata ku.

"Keluar deh lo ini toilet cewek," kata ku.

Edgar menggaruk tengkuknya. "Jangan marah lagi!!"

"Keluar iihhh."

"Jangan marah lagi!!"

Aku berdecak. "Iya gak marah, udah sana."

□□□○□□□

"HTS kok senang," kata Dara tiba-tiba.

Aku melirik Dara yang berada di samping ku. "Gengsi kok di pelihara," balas ku.

"Cemburu tuh bilang."


"Nante nanges!!"

"Dih, siapa yang nangis!!?" kata Dara yang membuat ku menaikan bahu ku.

"Di depan ada Rion noh," kata ku yang langsung membuat Dara melirik ke arah yang ku tunjuk. "Ciee kangen," lanjut ku.

"Dasar HTS."

"Siapa yang HTS?"

"Elo lah siapa lagi!!?" kata Dara. "HTS JAYA, JAYA, JAYA," lanjutnya dengan berteriak.

Aku langsung berjalan meninggalkan Dara saat melihat orang yang berada di sekeliling ku melihat ke arah ku dan Dara. Pura-pura tak mengenalnya adalah jalan ku untuk menghilangkan rasa malu.

"OY GAK USAH MAIN NINGGALIN DONG," teriak Dara yang semakin membuat ku mempercepat langkah ku.

"Edgar!!" panggil ku saat melihat Edgar berbelok ke arah kanan yang membuatnya berada di depan ku.

Aku sedikit berlari untuk menghampiri Edgar yang juga berjalan ke arah ku. Tersenyum saat berada di depannya, aku dikejutkan dengan Dara yang berjalan melalui ku dengan bersuara lantang.

"HTS JAYA, JAYA, JAYA," katanya dengan melewati ku dan Edgar.

Aku melihat punggung Dara yang memasuki kantin dengan marah.

"Gak usah gitu mukanya," kata Edgar dengan menyembunyikan wajah ku di dada bidangnya.

FANI : He's Edgar ErzantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang