BAB 45: TUJUAN BERBEDA

176 24 7
                                    

Aku berdiri di tepi teras sekolah. Menjulurkan tangan ku untuk merasakan rintik hujan yang turun. Menghela napas pasrah, aku berjalan mundur menjauhi percikan air hujan yang mengenai sepatu ku.

Aku langsung berbalik dengan melotot saat merasakan tertabrak seseorang. Namun detik berikutnya aku terpaku saat mendapati Edgar berada di depan ku.

"Liat-liat kalo jalan," katanya ketus lalu berlalu begitu saja.

Aku melihat punggung tegapnya yang berjalan menjauh dari pandangan ku. Untuk kesekian kalinya aku hanya bisa melihatnya tanpa berani mengeluarkan suara ku lagi.

Aku menunduk, hampir seminggu yang lalu saat aku terakhir berbicara dengannya di uks. Saat itu setelah pembicaraan tersebut aku dan Edgar tak pernah lagi terlibat akan sebuah percakapan.

Merasa ada yang hilang? Iya, memang. Tapi apa? Aku menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya. Berbalik, berlari melawan derasnya hujan. Yang ku pikirkan sekarang adalah pulang ke rumah dengan cepat.

□□○□□

Aku mengangkat kepala ku saat mendengar suara Dara yang memanggil ku.

"Lo kenapa? Kok pucat gitu!!"

Aku menggeleng sebagai jawaban. "Gakpapa," jawab ku.

"Gakpapa apanya?" tanya Dara dengan memegang dahi ku. "Panas Fa!!" lanjutnya.

"Bentar lagi juga mendingan."

"Mata lo!!"

"Duduk sini Dar," kata ku menunjuk kursi samping ku dengan lirikan.

Dara menghela napas. "Iya."

"Lo habis ngapain jadi tiba-tiba sakit?" lanjutnya.

"Ngapain? Gak ngapa-ngapain."

"Semalam lo pulang kapan?" tanya Dara pasalnya dia pulang lebih dulu setelah jemputannya datang sebelum hujan.

"Yaa ... habis lo pulang lah," jawab ku.

Aku mengakat pandangan ku, melihat ke arah depan yang langsung menangkap Edgar yang juga melihat ke arah ku. Ingin tersenyum saat melihatnya namun tubuh ku seketika kaku saat Edgar tiba-tiba membuang muka saat aku bersitatap dengannya.

"Mau ke uks?" tanya Dara membuyarkan lamunan ku.

Aku kembali melirik Dara lalu menggeleng. "Enggak, nggak kenapa-napa juga."

Aku dan Dara lalu sama-sama diam. Aku yang fokus dengan pikiran ku yang kemana-mana, dan Dara entahlah cewek itu hanya diam dengan memainkan ponselnya. Namun tiba-tiba dia memaksa ku kembali untuk ke uks.

"Fa, ke uks aja yu!!"

Aku melihatnya heran. "Apasih? Tiba-tiba banget, udah gue bilang nggak kenapa-napa."

"Iihh ... Fa, jangan batu deh, ke uks aja yu sama gue!!"

Masih dengan wajah yang heran aku menjawab, "Kenapa sih? Gue udah bilang gak kenapa-napa juga!!"

"Biarin, sekalian mati aja kalo bisa!!"

Aku mengangkat wajah ku saat mendengar suara Edgar yang tiba-tiba mengudara dan terdengar di telinga ku. Mendapatinya yang berdiri melihat ke arah ku dengan tatapan tajam. Aku tak mau kalah membuat ku membalas melihatnya dengan tatapan datar.

Berdecak, percuma, Edgar tidak akan pernah mengalah. Disaat aku menantangnya saat itu juga dia tidak akan mau mengalah sampai aku menyerah.

Aku berdiri dari duduk ku, berjalan ke arah pintu kelas tanpa melirik Edgar. Dan baru beberapa langkah Dara menghentikan ku.

"Fa, ke uks, mau kemana?"

"Apasih!! gue gak kenapa-napa gue bilang!!" kata ku dengan melepas pelan tangan Dara pada tangan ku.

"Fa, plis," katanya dengan wajah yang memohon.

"Lo kenapa?" tanya ku.

"Gue gak kenapa-napa. Sekarang lo ke uks ya!!"

"Nggak, gue mau ..."

Tiba-tiba seseorang menarik ku dengan kasar membuat ku terlonjak kaget.

"Lepas Gar, sakit!!" kata ku saat mendapati Edgar yang mencengkram pergelangan tangan ku dengan menyeret ku kasar.

"Gar lepas!!"

Tiba-tiba pandangan ku kabur dengan kepala ku yang seperti di putar dan telinga berdenging. Aku meringis dan selanjutnya hanya suara Edgar yang ku dengar memangil-manggil nama ku.

□□○□□

Aku membuka mata ku dan langsung mendapati Dara yang duduk di samping brankar tempat ku berbaring. Tak sengaja aku melihat ke arah jendela ruang uks dan mendapati Edgar yang berdiri disana namun ingin beranjak.

Aku langsung turun dari brankar dan keluar dari uks.

"Edgar!!" panggil ku saat berada di luar ruangan uks.

Edgar berhenti melangkah namun tak berbalik membuat ku kembali memanggilnya.

"Gar!!" panggil ku pelan.

FANI : He's Edgar ErzantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang