BAB 46: SENDIRI

161 21 1
                                    

"Gar!!" panggil ku pelan.

"Fa!!" panggil Dara dengan menghampiri ku.

Aku melirik Dara lalu kembali melihat punggung tegap Edgar yang kini melanjutkan langkahnya menjauh dari ku. Aku menghela napas pelan, kembali masuk ke dalam uks dan duduk di brankar.

"Dar, ke rooftop yu!!" ajak ku.

"Disini aja dulu biar lo mendingan dulu."

"Gue udah mendingan, ayo!!"

Dara menggeleng. "Enggak. Sini aja dulu," katanya.

Aku menaikan satu alis ku heran lalu kembali menghela napas. Diam beberapa menit, aku tersenyum saat mendapatkan sebuah ide.

"Gue mau ambil hp gue di kelas. Lo sini aja dulu!!" kata ku.

"Enggak."

"Apasih!! Gue mau ambil hp juga."

"Nggak."

"Lah, terus gue harus gimana? Gue mau main hp seenggaknya gue gak bosan disini," kata ku. "Atau lo mau ambilin?" lanjut ku.

Dara diam beberapa menit. Menghela napas dia lalu berdiri dari duduknya.

"Yaudah gue ambilin!!" katanya. "Tapi lo tunggu sini!! Jangan ngibulin gue!!" lanjutnya.

Aku mengangguk. "Iya, nggak bakal."

Dara ikut mengangguk lalu keluar dari uks membuat ku mengembangkan senyuman ku.

Aku turun dari brankar dan berjalan keluar dari uks. Mengambil hp ku yang berada di saku rok ku, aku bergumam meminta maaf pada Dara. Bukan bermaksud demikian tapi aku hanya ingin sendiri terlebih dahulu.

Ya ... mungkin seharusnya aku mengatakan jujur padanya namun setelah ku pikir-pikir sepertinya untuk saat ini tidak. Melihat Dara yang tiba-tiba memaksa ku ke uks dan seperti setiap detik mengawasi ku membuat ku mengurungkan niat ku untuk jujur padanya.

Aku berjalan ke arah perpustakaan. Mungkin akan lebih aman dan sunyi disana ketimbang harus ke rooftop yang bisa saja diketahui oleh Dara. Aku memasuki perpus lalu berjalan ke arah kursi pojok yang kosong. Sebelumnya aku mengambil buku acak untuk pura-pura membacanya nanti.

Mendudukan bokong ku di salah satu kursi. Aku membuka buku yang tadi ku ambil. buku yang berjudul 'Buy A Heart' itu membuat ku tiba-tiba tertarik untuk membacanya. Kisah yang menceritakan tentang perjuangan untuk mendapatkan hati seseorang yang dia cintai.

Aku pikir sama halnya cerita-cerita novel pada umumnya yang mengejar pujaan hatinya agar juga mencintainya. Namun saat aku semakin dalam membacanya terdapat beberapa hal yang membuat cerita tersebut semakin menarik.

Dengan kata yang di istilahkan dengan kata 'bertahan hidup' dari tokoh utama. Dia yang berjuang dan mengusaha kan apa yang dia inginkan dengan campuran kata ikhlas yang harus dia terima.

"Dia bakal jadi milik gue tapi nanti!!"

Itu salah satu kutipan yang membekas di kepala ku.

"Bisa gak sih gue berhenti? Sekeras apapun itu kalo dia masih belum selesai sama masa lalunya gue bisa apa?"

"Dia gak kasih harapan!! Dia gak kasih apa-apa sama gue, gue yang berlebihan dengan ekspektasi berlebihan."

"Tapi yang gue mau cuman Alan."

Aku tersenyum saat membaca kalimat tersebut. Segitu inginnya cewek itu untuk mendapatkan hati cowok yang bernama Alan tersebut. Yah, siapa yang tidak mau dengan Alan? seorang cowok dengan alis tebal, hidung mancung dan yang lebih membuat cewek itu terpana adalah senyuman cowok itu yang manis memperlihatkan gigi gingsulnya. Di tambah Alan adalah lulusan pesantren yang memang di idam-idam kan oleh tokoh pemeran utama.

"Fan!!"

Seseorang tiba-tiba memeluk ku membuat ku terlonjak kaget.

"Gar!!" panggil ku dengan berusaha melepas pelukannya.

"Gini dulu," katanya pelan.

FANI : He's Edgar ErzantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang