BAB 44: PT.3 CAMBURU?

159 20 2
                                    

"Jalannya hati-hati!!"

Aku mendongak mendapati seorang cowok yang berdiri di depan ku dengan kedua tangan berada di saku celana. Meringis, aku berusaha untuk kembali berjalan.

"Awhh ..."

"Gak usah dipaksain kalo gak kuat," katanya lagi dengan memegang kedua belah bahu ku agar tak jatuh.

Aku merutuki diri ku dalam hati. Selain tak fokus berjalan kenapa aku tiba-tiba lemah. Hanya untuk melangkah saja aku meringis.

"Sakit?" tanyanya yang langsung membuat ku menggeleng.

Dia tersenyum dengan menggeleng. Tanpa aba-aba dan sepatah kata pun, cowok itu menuntun ku untuk duduk di salah satu anak tangga.

"Gue buka ya sepatunya!!"

Tanpa menunggu persetujuan dari ku cowok itu membuka sepatu dan juga kaos kaki ku. Saat aku ingin menarik kaki ku pun dia menahannya dengan memegang kuat kaki ku.

Dia tersenyum. "Sebentar ya gue lihat dulu," katamya lagi.

Dan saat perkataan tersebut terucap Edgar melewati ku dengan cewek yang tadi berpapasan dengan ku berjalan di sebelahnya. Aku melihat punggung tegap tersebut berjalan menjauh dengan tangannya yang bertengker di pinggang cewek itu.

□□○□□

Aku mematung saat melihat pemandangan di depan. Edgar kebali memukul seorang siswa yang tak ku ketahui siapa. Edgar memukulnya dengan membabi buta tanpa ada yang berniat melerainya.

Entah apa yang ku pikirkan saat ini. Namun jika hanya diam siswa itu bisa saja masuk rumah sakit.

"EDGAR!!" teriak ku dengan memegang pergelangan tangannya yang akan kembali melayangkan pukulan.

Aku mematung saat Edgar tiba-tiba menepis tangan ku dan juga ikut berteriak.

"APA!!?"

Aku diam dengan mata ku menatap ke arah manik matanya. Ada sedikit rasa kecewa saat melihat tatapannya yang sekarang pada ku. Tanpa mengeluarkan suara lagi dia berjalan begitu saja meninggalkan keramaian akibat ulahnya.

Aku menatap sekeliling dan mendapati yang lainnya mulai berbisik-bisik. Menghela napas aku juga memutuskan untuk pergi dari situasi tersebut.

Dengan pikiran ku yang kembali mengulang kejadian tadi aku tetap berjalan pelan dengan mengikuti Edgar yang berbelok ke ruang uks. Tanpa berpikir panjang aku juga ikut masuk ke dalam uks.

Aku berhenti di dekat pintu masuk saat melihat Edgar duduk di salah satu brankar dengan tatapan yang menuju ke arah lantai uks. Memberanikan diri, aku berjalan pelan menghampirinya.

"Gar!!" panggil ku yang membuatnya mendongak.

Seperti jiwa yang berbeda namun dalam tubuh yang sama Edgar berubah dingin sedingin-dinginnya dengan ku. Yang dia lakukan saat aku memanggilnya hanya melirik ku sekilas lalu kembali melihat ke bawah, melihat lantai.

"Gar!!" panggil ku lagi. Kali ini tak ada pergerakan apapun darinya bahkan suaranya pun sama sekali tak terdengar.

"Gue obatin ya?" lanjut ku dengan hati-hati.

Edgar kembali mendongak. "Bisa panggilin Indah?"

"Gue bisa ..."

"Bisa?" potongnya.

Ada rasa nyeri saat mendengar perkataannya yang dingin keluar dari mulutnya namun aku tetap mengangguk menyetujui permintaannya.

"Gue panggilin Indah dulu," kata ku dengan menunggu jawaban darinya.

Aku menunduk saat merasa Edgar sama sekali tak berniat untuk menjawab perkataan ku barusan. Berbalik, aku berjalan keluar uks lalu berjalan ke kelas untuk memanggil Indah.

FANI : He's Edgar ErzantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang