BAB 34: PERHATIAN

186 21 0
                                    

Aku berjalan santai di koridor sekolah, berjalan menuju kelas ku. Memasuki kelas dengan senyum yang mengembang, aku mendudukan tubuh ku di kursi.

"Lo udah ngerjain pr?" tanya Dara yang sudah datang lebih dulu dari ku.

"Hah? Pr apa?"

"Bahasa inggris, pakai nanya. Jam pertama Fa!!"

"Dar!!" panggil ku dengan memelas. "Anu ..."

"Nih." Dara meletakan buku kimianya di meja ku membuat ku mengembangkan senyum ku padanya.

"Aaaa ... Dara!!"

"Tengkyu ya!!" lanjut ku.

"Iya."

Aku mengambil buku kimia ku dan jua pulpen lalu menyalin jawaban Dara ke buku ku.

"Ngerjain apa?"

Suara yang ku kenal itu mampu membuat ku mengangkat kepala ku untuk melihatnya. Terlihat Edgar dan di belakangnya terdapat Thio.

"Pr," jawab ku seadanya lalu kembali menyalin.

Tak ada lagi suara yang keluar saat aku menunggu, mengira Edgar akan bertanya lagi. Aku menghela napas harap ku hanyalah harapan.

"Nyalin buku siapa?" Bukan Edgar melainkan Thio.

Aku kembali mendongak. "Dara."

"Dar, boleh gak gue nyontek punya lo?"

"Iya," jawab Dara pasrah.

"Thanks Dar."

"Sama-sama."

"Duduk sini Yo biar barengan nyatatnya," kata ku menunjuk kursi kosong di sebelah ku.

Thio melirik Edgar namun Edgar hanya diam.

"Udah duduk aja," kata ku meyakinkan.

Terdengar Edgar mendengus dia lalu berjalan ke kursi belakang lalu duduk di samping Dara. Thio yang melihat Edgar duduk di kurisnya melirik ku membuat ku mengangguk.

Tak begitu lama untuk hanya sekedar menyalin contekan aku akhirnya meletakan pulpen ku setelah selesai menyalin jawaban Dara.

"Udah?"

Aku memalingkan wajah ku saat mendengar suara Edgar yang entah untuk siapa.

"Udah selesai?" tanyanya.

"Hah?"

"Udah selesai nyalinnya?"

"Ohh ... Iya."

"Pindah sini!!"

Aku mengerutkan dahi ku. "Apanya."

Edgar berdecak. "Pindah sini, Dara duduk di tempat lo."

"Ngapain?"

"Bawel, pindah aja."

Aku berdecak namun tak urung untuk berpindah duduk dengan Dara.

"Pinjem tangan lo!!"

Baru saja aku mendudukan tubuh ku di kursi, Edgar langsung menarik tangan ku lalu menggenggamnya.

"Gue mau tidur."

Edgar meletakan tangan yang tak menggenggam tangan ku di atas untuk dijadikannya sebagai bantalan. Dan tangan yang menggenggam tangan ku dia letakan di depan wajahnya.

"Tadi malam gak tidur?"

"Cuman bentar."

"Nyaman tidur kaya gitu?"

"Gue tidur dulu ya!! Nanti aja tanya-tanyanya."

Niat ingin menyuruhnya untuk tidur ke UKS karena mungkin akan lebih nyaman disana namun perkataan Edgar yang terakhir membuat ku mengurungkan niat ku. Salah ku memang basa-basi terlebih dulu sebelum mengatakan tujuan ku.

Bel masuk kelas berbunyi yang artinya pelajaran pertama akan segera di mulai. Aku melirik Edgar yang terlihat tenang saat tidur. Sepertinya dia sekarang benar-benar terlelap dan tak mendengar bel masuk kelas berbunyi dan bel pelajaran pertama yang sekarang baru saja di bunyi-kan.

Pak Dadang, guru bahasa Inggris masuk ke dalam kelas dengan mengucapkan salam. Aku kembali melirik Edgar berharap dia bangun karena mendengar suara teman kelas yang membalas salam Pak Dadang.

Aku bergerak gelisah, ingin membangunkannya? Namun melihat wajahnya yang seperti memang kelelahan membuat ku tak tega. Namun jika tak ku bangunkan cepat atau lambat Pak Dadang akan mengetahui jika Edgar tidur di jam belajar beliau ditambah jam pertama yang masih pagi.

"Gar!!" panggil ku pelan sepelan mungkin.

"Gar!!" panggil ku lagi kini sedikit keras dan juga menggerakan tangan ku yang dia genggam.

Edgar bergerak namun matanya masih tertutup.

"Gar, bangun Pak Dadang udah masuk."

Edgar tak menghiraukan dia malah memalingkan wajahnya dengan masih menggenggam tangan ku.

"Bangun dulu nanti lanjutin tidurnya."

"Sama lo!!"

Tanpa berpikir panjang karena takut Pak Dadang mulai sadar aku meng-iya-kan perkataan Edgar tersebut.

"Iya, cepat bangun."

Edgar kembali memalingkan wajahnya. "Jangan bohong."

"Iya, gak bohong."

□□□○□□□

Aku berjalan ke arah toilet siswa setelah jam istirahat. Bukan apa-apa, tapi aku merasa kasihan pada Edgar saat dia mendapat hukuman dari Pak Dadang karena tak mengerjakan pr yang di berikan beliau.

"Edgar!!" panggil ku dari luar toilet.

Tak ada sahutan membuat ku kembali kembali memanggilnya. "Edgar!!"

Seorang cowok keluar dari salah satu bilik toilet. "Gak ada Edgar dari awal gue masuk," katanya lalu berlalu dari toilet.

Aku melihat punggung cowok itu, berpikir keras, lalu kemana Edgar pergi sekarang? Aku berdecak untuk apa aku mencarinya? Dan untuk apa aku capek-capek menyusulnya ke toilet siswa?

Pada akhirnya aku memutuskan untuk menyusul Dara yang lebih dulu pergi ke kantin.

FANI : He's Edgar ErzantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang