Mine, Mine and Mine

4.2K 458 73
                                    

"Honey," sapa Jeffrey pelan dengan senyuman lembutnya, langkahnya kini mendekat ke arah Zea yang berdiri agak sedikit di pojok ruangan sendirian di dekat tangga, dan Zea, menatap Jeffrey dengan tatapan malasnya.

"Kau lama sekali ngomong-ngomong" balas Zea agak sedikit kesal dan sedari tadi memilih untuk menjauh dari kerumunan walaupun di tempatnya sekarang masih diganggu oleh beberapa orang cabul.

"Sorry, ada hal lain yang harus ditugaskan tadi," bisik Jeffrey setelah berhasil memeluk Zea dengan erat lalu melakukan hal seperti biasa yang Jeffrey lakukan, apalagi kalau tidak mencium pipi hingga leher Zea dan juga menghirup aroma tubuh Zea dengan rakus?

"Aku ingin pulang."

"Kau tidak suka pestanya?"

"Tidak terlalu, masalahnya tidak ada yang aku kenal di sini, atau lebih tepatnya, akrab," balas Zea.

"Sabar sebentar ya honey? Ini formalitas, aku harus melakukannya, tapi supaya tidak bosan- ayo," ajak Jeffrey tiba-tiba sambil menarik tangan Zea dengan lembut entah kemana, namun kali ini Zea hanya mengikuti kemana Jeffrey menariknya.

"Jeff!" gerutu Zea pelan saat Jeffrey ternyata menariknya ke tengah ballroom, bergabung dengan beberapa pasangan yang sedang berdansa di sana dan hal itu membuat semua perhatian orang-orang langsung terarah kepada mereka berdua.

"I have to show them you're mine," bisik Jeffrey sementara Zea berdecak kesal.

"I can't dance, asshole, kau hanya mempermalukanku!" gerutu Zea.

"No, they can't."

"Terserah," balas Zea malas lalu mengikuti alur yang Jeffrey buat supaya tidak terlalu memalukan walaupun ia benar-benar tidak mau melakukan ini.

Mereka berdua saling bungkam setelahnya, namun tanpa Zea sadari Jeffrey sesekali melirik ke arah Gerald yang sedang memperhatikan mereka dari sebuah meja sembari menyesap wine miliknya. Jeffrey menyeringai tipis lalu kembali menatap Zea yang sibuk menatap kedua kaki mereka yang sedang bergerak beriringan dengan musik klasik yang mengalun.

Namun tiba-tiba setelahnya lampu di ballroom tersebut padam seketika, para tamu undangan tentunya terkejut dan kebingungan, Jeffrey langsung memeluk Zea erat supaya tidak kemana-mana.

"What the fuck just happened?"

"I don't know," balas Jeffrey, Zea mengembuskan napasnya dengan kasar. Mood-nya bertambah buruk sekarang.

Namun ternyata tidak lama setelahnya lampu di seluruh ballroom kembali menyala, para tamu undangan langsung menunjukan kelegaan mereka dan melanjutkan kegiatan mereka masing-masing, tapi Jeffrey malah menarik Zea keluar dari lantai dansa.

"Kemana lagi?"

"Ke atas,"  balas Jeffrey lalu menarik Zea ke lantai dua melewati tangga, sesekali Jeffrey melirik ke bawah, lebih tepatnya di meja tempat Gerald duduk tadi lalu tersenyum senang saat melihat tidak ada sesosok itu di sana.

Zea lagi-lagi hanya menurut sampai mereka masuk ke dalam sebuah kamar cukup besar dengan pemandangan jalanan luar gedung di kaca jendela besarnya.

"Kenapa jadi kesini?"

"Kau bilang kau bosan."

"Apalagi aku di sini Jeffrey," balas Zea malas. Jeffrey tidak menjawab, memilih untuk melepaskan topeng milik Zea dan juga miliknya lalu meletakkannya di atas nakas, sementara Zea memilih untuk melihat jalanan luar dari jendela kamar sampai Jeffrey menyusulnya di sana.

MORTIFERUMWhere stories live. Discover now