Let me Heal You

3.6K 447 34
                                    

Tatapan Jeffrey kini mengarah kepada Zea yang masih terlelap di kasur kamarnya sekarang dan saat ini mereka sudah berada di rumah Jessica Abraham, setelah melakukan kegiatannya tadi malam Jeffrey kembali ke gedung milik Erick dan langsung membawa Zea pulang ke sini. Sebenarnya Jeffrey tidak sudi pulang ke sini apalagi bersama dengan Zea, dirinya hanya akan diganggu oleh wanita tua itu, tapi kalau bukan rencananya juga Jeffrey tidak akan mau lagi menginjakkan kakinya di rumah ini.

Hari sudah pagi namun Jeffrey tidak ada niatan untuk membuka gorden kamarnya untuk membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam kamarnya. Jadi sekarang ia dan juga Zea berada di kondisi pencahayaan favoritnya, yaitu remang-remang. Meskipun begitu ia tetap leluasa melihat wajah wanitanya yang kini sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan bangun.

Jeffrey menyiapkan dirinya dengan tersenyum hangat sampai kedua netra Zea terbuka pelan dan langsung menatap ke arahnya. Posisinya sekarang Jeffrey memposisikan setengah tubuhnya di atas Zea dengan satu tangannya yang menumpu di sebelah tubuh Zea.

"Good morning, Honey," sapa Jeffrey dengan bisikannya, lalu mengecup bibir Zea sekilas. Bahkan baju mereka berdua sekarang sudah berganti dan sama-sama mengenakan piyama tidur dengan warna yang sama, namun Jeffrey hanya memakai celananya saja yang berarti sekarang ia topless, dan Jeffrey bahkan baru membelinya langsung tadi malam.

Bahkan Jeffrey juga yang menggantikan baju Zea.

"Kita sudah di rumah ibumu?" tanya Zea, Jeffrey mengangguk pelan lalu merebahkan kepalanya di atas dada Zea dengan nyaman.

Sementara Zea masih mengumpulkan nyawanya yang masih setengah, menyesuaikan diri dengan ruangan yang menjadi tempat mereka sekarang, ruangan dulu yang juga menjadi tempat Jeffrey bersikap aneh dan berbeda pertama kalinya. Zea tentunya masih ingat.

"Zea aku mau peluk," pinta Jeffrey dan Zea langsung memeluk Jeffrey setelah mengingat percakapan mereka terakhir kali tadi malam, lalu mengusap kepala Jeffrey dengan lembut, hal itu membuat Jeffrey lagi-lagi tersenyum tanpa Zea sadari.

"Kalau kau mendengar aku dihina oleh ibu tiriku, jangan diperdulikan, anggap saja tidak apa-apa."

"Kau terima-terima saja kalau dihina olehnya, Jeff?" Tanya Zea pelan.

"Memangnya aku harus bagaimana?"

"Memangnya apa alasan dia sampai menghinamu?" Tanya Zea lagi dengan pertanyaan lain.

"Ya karena aku anak tiri?"

Zea menghembuskan nafasnya pelan. "Apapun alasannya, seseorang tidak boleh menghina orang lain apalagi itu bukan kesalahannya, memangnya semua ini keinginanmu menjadi anak tiri mereka?" Tanya Zea lagi dan lagi. Jeffrey menggeleng sebagai jawaban kali ini, dan Jeffrey benar-benar membuat dirinya sekarang terlihat begitu polos dan menyedihkan di depan Zea.

"Kenapa kau tidak kabur dan mencoba hidup normal di luar sana?"

"Aku tidak tahu tapi, aku hanya tidak bisa, ayahku, maksudku Abraham selalu bilang bahwa sekeras-kerasnya dunia dalam yaitu keluarga, dunia keluar lebih keras, jadi aku tidak bisa, di Duni dalam saja aku sudah gila, apalagi dunia luar," jelas Jeffrey.

"Tapi dunia keluarga tidak sekeras itu, kau bilang dulu saat kecil kau sudah diberi pistol, kau tau Jeff? Di dunia dalam orang-orang tidak ada yang seperti itu."

MORTIFERUMWhere stories live. Discover now