preparation for Plan B

2.2K 377 59
                                    

Tatapan Zea kini mengarah pada makanan yang baru saja Leo belikan untuknya tadi, hanya pandangannya berbeda dengan pikiran Zea yang sedari tadi mengarah ke arah Leo dan sesekali melirik Leo yang sedang membaca buku entah buku apa di sebuah sofa ruang tengah sementara Zea kini berada di meja makan.


Zea benar-benar ingin kabur walaupun sebentar, rencana sudah tersusun rapi di kepalanya sekarang hanya perlu keluar dari tempat ini, kakinya masih bisa berfungsi karena yang nyeri hanya rahang, leher dan juga perutnya sekarang walaupun sudah dirinya kompres menggunakan air dingin tadi, Zea bahkan juga sudah berganti baju dengan baju yang sudah Leo belikan, yaitu blouse berwarna green sage dan juga celana lebar berwarna cream, tidak lupa juga sebuah sendal untuknya.

"Apa nona kesusahan untuk makan?" Tanya Leo karena sedari tadi Zea belum saja menyuap makanannya. Di sebelah piring Zea juga terdapat sebuah obat pereda nyeri yang akan diminum setelah makan nanti.

"Tidak, terima kasih," balas Zea pelan lalu mulai menyuap makanannya dan mengunyahnya perlahan-lahan. Leo hanya mengangguk setelahnya lalu kembali fokus pada bukunya.

Zea masih mengunyah suapannya sembari menatap Leo, hanya ada Leo sekarang yang menjaganya karena Zea sudah memastikannya tadi, semuanya, Zea hanya perlu mengurusi Leo sekarang, kalau urusan CCTV, Sea akan mengakalinya ketika berada di area luar apartemen ini.

Suara batuk Zea kini terdengar, bukan batuk asli melainkan hanya gimik Zea untuk mengelabui Leo. Sepertinya akan berhasil.

"Nona tidak apa-apa?" Tanya Leo yang sudah berdiri dan melangkahkan kakinya ke arah Zea. Sementara Zea? Melanjutkan sandiwaranya dan bahkan malah makin memperparah batuknya yang tentunya menjalar ke perutnya yang sudah sakit membuat Zea meringis sambil memegang bekas dimana Jeffrey menendangnya tadi.

Dengan ragu Leo mengusap punggung Zea, sementara Zea malah sempat-sempatnya memikirkan Leo adalah seorang gentleman dan itu sangat manis. Tapi tidak lama kemudian secara tiba-tiba Zea bangkit dengan menarik satu tangan Leo untuk menyerang tengkuk lehernya, tapi sayang, Zea tidak tahu bahwa Leo mempunyai refleks yang bagus dan cepat hingga mampu menahan tangan Zea yang akan menyerangnya dengan gesit.

"Fuck," umpat Zea yang sedikit kaget dengan kegesitan seorang Leo.

"Nona, nona tidak bisa melakukan ini."

Zea tidak menjawab, memilih menendang Leo dengan kasar hingga terduduk di lantai tapi bersamaan dengan itu juga Leo menarik kaki Zea hingga Zea kini tengkurap di atas Leo dengan posisi yang cukup intim. Namun tidak berangsur lama karena Zea langsung mendorong Leo hingga benar-benar berbaring tidak berdaya di lantai dengan menduduki tubuhnya dan juga menekan kedua pergelangan Leo dengan kasar.

"Nona, aku bisa mati jika nona kabur." Ternyata selain gesit, Leo juga cukup pintar menebak isi otak Zea, tapi lagi pula siapa yang tidak tahu Zea ingin kabur dengan kesempatan sekarang?

"Hanya sebentar dan aku akan kembali lagi nanti."

"Nona jangan-" suara Leo terpotong oleh erangannya karena mulai mencekik dan menutup hidungnya secara kasar.

Karena pemasokan udara yang makin menipis dan juga tidak ada persiapan apapun, Leo sekarang setengah mati berjuang untuk kesadarannya sembari mencoba menyerang Zea degan tangannya namun gagal hingga tubuhnya melemah dan kesadarannya mulai tersisa sedikit, Zea menunduk untuk mengecup pipi Leo bersamaan dengan kesadaran sang empu yang hilang.

Setelah memastikan Leo benar-benar tidak sadar, Zea melepaskan dasi milik Leo untuk mengikat tangannya lalu juga melepaskan ikat pinggang milik Leo untuk mengikat kakinya, setelah selesai Zea memasukkan tangannya ke dalam saku celana milik Leo untuk menaruh sebuah dompet dan mengambil beberapa lembar uang yang cukup banyak di sana.

MORTIFERUMWhere stories live. Discover now