The Abrarenergion

1.8K 306 42
                                    

VOTE FIRST!

•-•-•-•















Jeffrey menatap lurus wajah Zea yang kini masih terlelap di balik selimut miliknya, ada sedikit raut banyak kekhawatiran di wajah Zea sekarang yang tidak bisa ia sembunyikan saat tidurnya walaupun hanya sebuah kesan di sana, Jeffrey masih bisa melihatnya dengan jelas emosi apa yang Zea sembunyikan dari semua orang.

Wanitanya ini memaksakan dirinya sendiri untuk mengubah keadaan yang memang begitu sulit untuk diubah, entah itu naif atau hanya kelebihan rasa optimis Jeffrey tidak tahu pasti, namun Zea berusaha dengan keras untuk bisa mengubahnya. Jeffrey tahu itu, dari gelagat dan cara Zea memancingnya, Jeffrey tahu.

Pertanyaannya adalah apakah Zea ingin mengubah dirinya berdasarkan perasaannya atau hanya sekadar tidak ingin tujuan dari Abrarenergion tercapai? Tapi sekarang bukan itu yang mesti Jeffrey khawatirkan, yang harus dirinya kekhawatirkan adalah bagaimana keadaan Zea kedepannya, karena Zea akan bahaya jika selalu berada di dekatnya nanti dan kekhawatiran Jeffrey lainnya adalah saat dimana dirinya dan juga Zea harus berpisah nanti.

Itu hal yang harus Jeffrey lakukan.

Abrarenergion dan Zea adalah hal yang jauh berbeda. Zea harus jauh darinya untuk bisa tetap aman di saat Jeffrey melakukan permainannya.

Hembusan nafas sekilas Jeffrey terdengar, tangannya kini terangkat untuk mengusap pipi Zea dengan lembut, berharap waktu saat ini berhenti tanpa ada hari esok yang penuh kejutan dan dorongan lain yang membebani dirinya, hanya dirinya dan juga Zea, hanya berdua, tidak peduli Zea yang selalu memaki atau membuatnya kesal, Jeffrey hanya ingin bersama dengan Zea tanpa memikirkan apapun, kecuali perasaan yang menguasai dirinya yang hanya ada kepada Zea.

Jeffrey mendekatkan tubuhnya ke arah tubuh Zea lalu menarik tubuh wanitanya itu dengan pelan agar tubuh mereka saling menempel dalam dekapan Jeffrey dengan Indra penciuman yang menikmati aroma sampo Zea yang masih tercium di rambutnya.

"Baru sekarang kau ingin membunuhku?" Tanya Zea pelan dengan nafas tertahan karena pasokan udara disekitar hampir habis karena terkurung di dalam dekapan Jeffrey.

Dengan cepat Jeffrey mengangkat pergelangan tangannya yang menutup wajah Zea sembari tertawa pelan dan mengubah posisinya menjadi terlentang.

"Kenapa kau suka sekali tidak pakai dalaman, huh?"

"Memangnya kau pakai juga?"

"Setidaknya aku pakai celana dalam," gerutu Zea yang juga ikut mengubah posisinya menjadi telentang dengan kepalanya yang berada di atas pergelangan tangan Jeffrey.

"Punyaku terlalu besar jadi akan sesak-"

"Yah sama dengan kebodohanmu."

"Berarti kau mengakuinya besar, kan?" Goda Jeffrey.

"Diam kau bajingan."

Jeffrey lagi-lagi tertawa pelan dan beralih memeluk Zea dari samping dengan wajahnya yang ditenggelamkannya di ceruk leher Zea dan juga tangannya yang lain mengusap rahang sang empu. Berbeda dengan Zea yang tidak biasanya membeku dan melirik Jeffrey sekilas.

"Ze, what if we having a baby?"

"Kau saja yang hamil, aku yang menghamilimu," balas Zea malas dan Jeffrey terkekeh karenanya tanpa membuka matanya yang sduah terpejam.

"Kalau kita punya anak, menurutmu akan mirip siapa?"

"Entah, aku saja tidak pernah berpikiran untuk menikah apalagi punya anak."

MORTIFERUMWhere stories live. Discover now