Two broken people becomes soulmate. [END]

2.7K 289 54
                                    

 

    Sebuah samsak kini tengah menjadi titik fokus Jeffrey, entah itu pandangan dan tinjauannya yang sama sekali tidak berhenti sedari tadi, hari sudah larut, bahkan memasuki tengah malam, hujan deras yang begitu dingin membasahi daerah Whitehorse bersama dengan kilat dan juga petir yang ikut menemani Jeffrey yang kini berada di rooftop belakang, meninju samsaknya berkali-kali tanpa peduli apapun.

Juga mengacuhkan kulit tangannya yang sudah memerah bahkan mengelupas dikarenakan ia tidak memakai apapun yang menjadi perlindungan untuk tangannya.

Di bawah hujan deras yang terus menerus menusuk tubuh bagian atasnya yang tidak tertutup apapun tanpa henti, namun Jeffrey tetap melanjutkan penumpahan emosinya pada samsak tersebut dengan pikiran yang hanya tertuju pada satu nama.

Zea, Zea dan Zea.

Itulah yang hanya ada di pikiran seorang Jeffrey sekarang, tidak ada yang lain, wanitanya yang kini menjadi prioritas di semua aspek kehidupannya, kegilaannya dan segalanya. Zea hancur, sama sepertinya dan itu semua karena ulah Jeffrey sendiri.

Dan sekarang jika Zea juga hancur siapa yang akan menuntun Jeffrey dan membawa mereka ke kehidupan yang Jeffrey selalu harapkan bersama dengan wanitanya, apa semuanya hanya akan menjadi sia-sia saja?

Tidak terpikirkan oleh Jeffrey semuany akan menjadi seperti ini, apalahi yang terjadi di antara Zea dan juga Theo.

Tinjuan Jeffrey terhenti bersama dengan nafasnya yang memburu, cuaca buruk yang kini menghujam tubuhnya juga malah semakin deras. Tubuhnya basah kuyup, namun lagi-lagi Jeffrey tidak peduli, memilih mendongakkan kepalanya untuk merasa titik-titik derasnya air hujan menghantam kulitnya bersamaan dengan kilat yang tidak pernah berhenti memancarkan energi cahayanya diiringi dengan petir yang begitu memekakkan telinga.

Jeffrey tersadar Zea sendirian dan terkunci di kamarnya dengan kondisi terakhir kali yang kacau, membuat tubuhnya bergerak dengan cekatan untuk perti dari rooftop tersebut untuk masuk ke dalam rumah yang begitu sunyi dan remang-remang.

Titik-titik air yang berasal dari tubuhnya kini menjadi jejak di mana Jeffrey berpijak sepanjang langkahnya menuju wanitanya yang entah sekarang bagaimana keadaannya, pikiran buruk mulai menguasai kepala Jeffrey, membuat langkahnya kini makin bertambah hingga ia benar-benar sampai di depan pintu kamarnya Zea.

Dengan cekatan Jeffrey membuka kunci kamar tersebut dan masuk, disambut oleh keadaan kamar yang hanya diterangi oleh lampu tidur yang mengakibatkan kamar tersebut memiliki pencahayaan yang muram, sama dengan keadaan pemiliknya yang kini tengah menunduk lemah dengan tubuh yang menyandar di kepala ranjang sembari memeluk kedua lututnya.

Aura muram dari Zea begitu terasa di hati dan pikiran Jeffrey ketika melihat keadaan wanitanya, Jeffrey bersumpah, lebih baik Jeffrey mendengar semua caci maki dan umpatan Zea seperti duku dari pada melihat sisi Zea yang sekarang.

Lemah tak berdaya tanpa arah.

Jeffrey kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam sana tidak lupa mengunci pintunya lagi, semakin dekat jaraknya dengan Zea, Jeffrey semakin sadar bahwa makanan yang tadi diantarkan ke kamar ini sama sekali tidak Zea sentuh bahkan sedikitpun.

"Honey," panggil Jeffrey pada Zea yang tidak berkutik sama sekali bahkan di saat Jeffrey duduk di pinggiran ranjangnya.

"Jangan seperti ini Zea," bisik Jeffrey namun lagi-lagi Zea tidak menunjukkan reaksi apapun.

"Honey-"

"I always try to save you, until I realize no one can save me too, tapi kau malah menghancurkan semua apa yang ada di dalam diriku tanpa bersisa, Jeff."

MORTIFERUMWhere stories live. Discover now