1. Happy Anniversa(d)ry

356 33 6
                                    

Sudah lebih dari lima belas menit, orang yang ditunggu tak kunjung datang. Shaula menghela napas pelan, lagi-lagi ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Di sebuah taman yang bernamakan Cempaka. Gadis itu duduk di sebuah kursi kayu panjang.

Suasana tidak seramai yang ia bayangkan sebelumnya. Hanya ada beberapa orang yang tengah bermain-main bersama anak kecil bahkan hingga orang seusianya.

Shaula tersenyum kala menatap sebuah kotak yang ada di pangkuannya saat ini. Sebuah jam tangan bewarna hitam ia bawakan untuk kekasihnya. Ini pasti sangat cocok digunakan pada cowok itu, pikirnya.

"Sha? Maaf, nunggu lama," ujar Elio yang baru saja datang.

Shaula berdiri dari duduknya. Senyuman manis terukir di bibirnya sedari tadi. "Nggak apa-apa, kok." katanya, membuat cowok itu bernapas lega. Ia mengira, Shaula akan marah.

"Shaula ... aku cuma cuma mau bilang ki--"

"Iya, El. Aku tahu, kok. Kamu mau bilang happy anniversary, kan? Aku nggak nyangka lho, hehe. Kita udah satu tahun aja," Shaula sudah memotong ucapan Elio sebelum cowok itu melontarkan kata-katanya.

Tampak pancaran wajah gadis itu terlihat amat bahagia. Shaula tidak ada berhentinya untuk selalu mengukirkan senyuman pada Elio, cowok yang ia sayangi setelah Ayahnya. Embusan angin yang mengudara mampu menggoyangkan pohon-pohon di sekitar mereka. Juga dengan rambut hitam legam milik Shaula yang beterbangan.

Tangan kanan Elio terulur untuk menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah Shaula ke belakang telinga. Senyum manis cowok itu, membuat Shaula rasanya semakin sayang pada kekasihnya, Elio.

"El," panggil Shaula.

"Hm?"

"Aku ada sesuatu buat kamu," Shaula menyodorkan kotak kecil yang berisi jam tangan pada Elio. Ia meminta agar cowok itu segera mengenakan pemberiannya.

Namanya Elio Baskara, cowok itu sudah menjalin hubungan bersama Shaula sudah satu tahun, tepat pada hari ini. Mereka berdua memang tidak satu sekolah, tetapi Shaula sangat percaya pada Elio jika cowok itu tidak berani bermain-main di belakangnya. Mereka kenal sewaktu SMP pada kelas 9.

Cowok berkulit putih itu mempunyai sikap yang membuat Shaula semakin tidak mau lepas. Humble, banyak tertawa, perhatian dan jarang sekali membuatnya menangis. Semua yang dilakukan bersama Elio, selalu membuat Shaula merasa bahagia.

Namun, mereka sangat jarang bertemu. Hanya pada waktu libur sekolah saja. Mereka sibuk dengan tugasnya masing-masing. Apa lagi Shaula, terkadang, ia selalu menolak saat Elio mengajaknya pergi. Shaula terlalu sibuk dengan dirinya sendiri.

Shaula menatap kagum wajah kekasihnya itu. Meneliti setiap incinya. Hidungnya mancung, alisnya tidak terlalu tebal, bulu matanya lentik. Elio tersenyum sumringah, sangat terlihat manis.

"Suka nggak?"

"Suka. Makasih," Elio mengusap rambut halus Shaula. Ia membawa gadis itu dalam dekapannya. Dagunya disandarkan pada kepala Shaula. Memejamkan matanya sejenak. Ada rasa yang tidak bisa dia jelaskan saat ini.

Tentu saja, Shaula merasakan degup jantungnya berdetak tak karuan. Ia merasakan desiran menjalar pada tubunya. Selang beberapa detik, Elio melepaskan pelukan yang membuatnya nyaman.

"Gimana kalau kita jalan-jalan aja? Kamu mau, kan?" tanya Shaula antusias. Hitung-hitung merayakan hari bahagia mereka, pikirnya.

Elio menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Gelagatnya berubah jadi aneh. Cowok itu belum meng'iya'kan ajakan Shaula. Elio malah memegang kedua bahu gadis itu. Menatap dalam manik cokelat milik Shaula.

LEGIO [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang