12. Menolak Tapi Mau

50 22 0
                                    

"Nggak enak ya, jadi orang yang nggak enakan," lirih Shaula. Gadis itu menelungkupkan kepalanya di atas meja, dengan tas sebagai alasnya.

"Kenapa sih, Sha, terima aja kali. Itu juga ada untungnya buat lo!" Larissa berkata demikian sembari melirik temannya sinis. Shaula sudah menceritakan semuanya pada Larissa tentang Yerikho yang meminta tolong padanya.

Shaula merubah posisinya menjadi duduk menghadap Larissa. "Apa coba untungnya?"

"Ya, kalo lo deket sama dia, lama-kelamaan lo bakal lupain si Elio-Elio itu! Ck, ini kesempatan. Gue udah malas banget denger curhatan tentang mantan lo itu!" Larissa daritadi bicaranya ngegas terus. Sepertinya cewek itu sedang menahan rasa kesalnya.

Shaula menarik napasnya sembari memejamkan mata sejenak. "Memangnya nggak apa-apa gunakan seseorang untuk lupakan seseorang?"

Tampak Larissa mengembuskan napas pelan. Ia menampilkan senyum tipisnya. "Ini bukan tentang gunakan seseorang untuk melupakan seseorang. Tapi ...." tangannya menunjuk dada Shaula.

"Sampai kapan lo mau stuck di dia terus? Awalnya karena pertemuan, kan? Di mana ada pertemuan, pasti ada perpisahan."

"Ya, Elio udah bilang gitu," sahut Shaula.

"Maksud lo?"

"Kemarin ketemu. Kita bicara. Perkataan lo, sama dengan apa yang Elio bilang. Katanya, gue harus belajar melupakan," balasnya.

"Nah! Berarti pas banget, dong. Bilang Yerikho, kalo lo mau bantu dia," ujar Larissa.

Shaula menjawabnya dengan nada malas. "Hm. Gue pikir-pikir dulu."

"Kalo lo siap. Buka hati lo untuk orang baru."

Selama pelajaran berlangsung, ucapan Larissa terus berputar dalam benaknya. Jika dipikir-pikir lagi, ucapan temannya itu ada benarnya juga. Berlarut-larut memikirkan mantan tak ada gunanya. Sampai bel istirahat berdering pun, Shaula tak menyadari hingga mendapat cubitan kecil dari Larissa di lengannya.

"Gimana?" tanya Larissa, memastikan.

"Asal lo tau, kata Janus, Maramma itu pinter kalo soal pelajaran! Nggak ada yang bisa gantiin posisinya di ranking 1 dari kelas 10. Berhubung nilai lo agak turun, jadi--"

"Iya, gue paham," Shaula mengangguk. Larissa mengacungkan dua jemolnya pada gadis itu.

"Oke, ayo ikut gue." Larissa merangkul Shaula dan membawanya keluar kelas.

Langkahnya terhenti ketika melihat empat orang cowok di ambang pintu kelas sebelahnya. Hoku melambaikan tangan pada Larissa dan Shaula.

Larissa mencondongkan badannya pada Shaula , "Cepet, tuh, Yerikho-nya!" bisiknya, tepat di telinga gadis itu.

Shaula memasang tampang memelas ketika menatap wajah temannya. Sedangkan Larissa terus mengkode melirik Yerikho menggunakan ekor matanya.

"Ada apaan sih ini, kok diem-diem aja?" Hoku membuka pembicaraan. Matanya memperhatikan satu per satu orang-orang yang ada di dekatnya sekarang ini.

"Yerikho, bisa bicara sebentar?" tanya Shaula pada Yerikho. Hal itu tentu saja membuat Hoku menyenggol lengan temannya tersebut. Maramma menoleh ke arah Yerikho, seolah bertanya, ada urusan apa dengan gadis itu.

"Bisa. Ayo jangan di sini," Yerikho reflek menarik lengan Shaula. Membuat Maramma dan Janus saling bertukar pandang, terutama Hoku, dia sudah heboh duluan.

"Anjir! Jangan-jangan tuh dua orang ... wah, gila, sih. Yerikho diem-diem ternyata punya pawang!"

"Ayo, Ris," ajak Janus pada Larissa. Sang pacar mengangguk dan berjalan meninggalkan pintu kelas.

LEGIO [✔]Where stories live. Discover now