42. Galeri

46 17 0
                                    

"Sha, ada Maramma di depan," Shaula tersentak mendengar suara Elio yang tiba-tiba. Kebiasaan, tidak mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk. Alhasil, Shaula segera menyudahkan aktifitasnya yang sedang mengoleskan lip balm pada bibir.

"Mau kencan, ya?" tanya Elio.

Sembari mengangkat tas selempangnya, Shaula menjawab, "Mungkin. Lo nggak ke mana-mana kan?"

"Kalo gue juga pergi, yang jagain rumah siapa?" Elio malah bertanya balik.

Shaula tersenyum tipis mendengar itu. Ia menepuk pundak Elio sebelum turun. Cowok itu ... tidak tahu, deh! Pikir Shaula, kalau mau pergi, ya pergi saja. Kan, tinggal kunci rumah. Beres.

Sedangkan di depan sana, sudah ada seorang cowok yang masih setia duduk di atas motornya, menggunakan helm berwarna hitam. Langkah kecil Shaula membawanya mendekat pada Maramma. Namun ketika mendengar suara orang berteriak, membuatnya menoleh sebentar ke arah kanan.

"Cie! Awas, Sha, yang punya rumah nanti jealous!"

Mata Shaula menangkap sosok remaja seumurannya di rumah sebelah. Ada Rani yang sedang menyiram beberapa tanaman-tanaman di sore-sore begini.

Ya, Shaula sudah sempat menceritakan pada Rani, teman ekstrakurikulernya itu. Semuanya dimulai saat Rani melihat Shaula dan Elio masuk ke dalam rumah yang sama. Tidak ada respon berbeda dari orang-orang. Semuanya sama. Ada juga yang tak percaya.

Omong-omong tentang ucapan Rani barusan, Shaula tentu paham dengan apa yang dia maksud.

"Masa--"

"Suudzon lo. Mana ada," suara Elio tiba-tiba terdengar. Saat berbalik badan menghadap ke belakang, Shaula melihat Elio sudah berdiri di ambang pintu.

"Siidzin li. Mini idi!" sahut Rani, tampak mencibir.

"Sha, ayo? Nanti ke buru sore," Shaula kembali menghadap Maramma, ternyata cowok itu sudah menyodorkan helm satunya lagi. Gadis itu mengangguk, naik perlahan ke atas motor dengan memegang  bahu Maramma. Sepertinya mustahil, jika Elio tidak panas melihat adegan tersebut.

"Aduh! Sore-sore gini tumben ya, panas banget!" sindir Rani, seraya berjalan menuju pintu rumahnya. Elio menatap tetangganya dengan sinis. Sedangkan Maramma dan Shaula sudah melesat pergi.

Menghela napas berat, Elio masuk dan duduk di sofa ruang tamu. Mama dan Ayah sedang pergi keluar, dan mungkin akan pulang nanti malam. Shaula, tidak tahu akan kembali ke rumah jam berapa. Yang jelas, Elio sendirian saat ini.

Sudah lebih dari tiga hari, Elio selalu bertemu dengan Shaula. Mau dibagaimanakan lagi, mereka memang benar-benar satu atap sekarang.

Saat keluar dari kamar hendak turun ke bawah, Elio melihat Shaula tengah duduk di depan meja belajar, karena pintu yang terbuka. Terkadang, Elio juga melihat Shaula sudah terbaring di kasur tanpa menutup pintu, saat Elio baru saja selesai main play station di bawah. Di meja makan pula, mereka duduk berhadapan.

Apa, ini adalah sebuah doa dari keduanya, yang sewaktu menjalin hubungan jarang bertemu, dan sekarang malah bertatap wajah setiap saat.

Benar-benar, ya. Sungguh ... Elio pun tidak mengerti.

Jelas, waktu itu ia memutuskan Shaula dengan alasan ingin punya pacar satu sekolah 50% memang benar adanya. Tetapi untuk menghilangkan rasa yang sudah lama ada, tentu tidak mudah. Namun, Elio tetap nekat menjalin hubungan lagi dengan Safwana, yang sekarang sudah menjadi mantan.

Bunyi dering ponsel, menyebabkan Elio tersadar akan lamunannya.

"Apa?"

"El, gue, Archer sama Gavi on the way ke rumah lo, nih!" suara nyaring dari Bintang disertai bisingnya kendaraan, membuat Elio menjauhkan ponselnya dari telinga.

LEGIO [✔]Where stories live. Discover now