22. Bersama Elio

47 18 1
                                    

           Komen, yuk! Vote ke berapa nih?

.
.
.

Baru saja hendak naik ke atas motor,
ada seseorang yang menepuk bahunya dari belakang. Membuatnya segera berbalik badan, Elio mendapati Maramma berdiri di hadapannya. Elio mendesis dalam hati, dia lagi, pikirnya.

Keningnya mengerut, seolah memancing Maramma agar mengatakan sesuatu, ada perlu apa dengan dirinya.

"Lo siapanya Shaula?" tanya Maramma, langsung.

Di parkiran sekolah, semakin banyak anak-anak lain yang hendak mengambil kendaraannya. Tetapi hal itu tak membuat keduanya beralih tempat untuk bicara. Beberapa siswi terdengar membicarakan Maramma dan Elio yang tampannya, 11-12.

Ada Hoku dan Yerikho yang sudah duduk di atas motor dengan jarak 10 meter dari Maramma. Dua temannya itu hanya mengernyit bingung sambil berdiskusi. Menebak-nebak, apa yang sedang dibahas Maramma dan Elio.

"Kenapa memangnya?"

"Gue tanya. Lo siapanya Shaula?" ulang Maramma, tampak lebih penuh penekanan daripada sebelumnya.

Elio melirik ke bawah, sebelum mendongak dan menjawab pertanyaan yang menurutnya sangat tidak penting.

"Lo nggak perlu tau." Setelahnya, Elio naik ke atas motor kemudian menggunakan helmnya.

Saat akan menancap gas, lagi-lagi Maramma melontarkan kalimat yang membuat Elio sedikit tertarik untuk mengatakan sesuatu.

"Lo mantannya?"

Elio menjawab dari balik kaca helm fullface yang dikenakan. "Kalau iya, kenapa?" katanya, setengah bertanya, dengan nada bicara yang agak meledek. Lalu segera melesat pergi dari hadapan Maramma.

Maramma menghela napas pelan, sebelum akhirnya tersentak ketika seseorang tiba-tiba berdiri di sebelahnya. Hendak menggandeng lengan, beruntung  Maramma sudah berhasil menepisnya duluan.

Membuat Mahina berdecak, dan Vega yang menatap kasihan temannya tersebut.

"Ramma, antar gue balik, dong...." pinta Mahina.

Tidak berselang lama, Hoku dan Yerikho menghampiri. Maramma mendelik ke arah Yerikho.

"Sama gue aja, Ma, yuk?" Yerikho menyinggungkan senyuman manisnya. Namun hal itu tak berhasil membuat Mahina meng'iya'kan. Gadis itu malah menggeleng dan tetap kukuh....

Hanya ingin bersama dengan Maramma.

"Iya, tuh, sama si Yerikho aja, Maramma sibuk! Ya, nggak, Ram?" kata Hoku sembari mengedipkan mata ke arah Maramma.

"Ram, emangnya lo nggak merasa bersalah, apa? Kemarin, kan, lo ninggalin gue di tempat makan, dan lebih milih pergi sama si cewek caper, itu!" Mahina mengungkit kejadian sewaktu di mall kemarin. Dengan teganya Maramma pergi, padahal, makanannya belum habis.

"Dia bukan cewek caper," tegasnya.

"Ramma, tapi kan--"

"Lo yang caper."

Kemudian, Maramma melenggang pergi, ke arah di mana ia memarkirkan mobil yang dibawanya pagi tadi.

Mahina menelan salivanya kasar. Ucapan Maramma barusan, berhasil membuatnya bungkam. Vega tidak bisa mengatakan apa-apa selain merangkul bahu temannya itu.

"Ayo, Mahina?" Yerikho mengajaknya, sekali lagi.

"Gue nggak mau, denger nggak, sih!" seru Mahina, kesal. Bahkan, ia menepis tangan Vega dari bahunya dan mengentakkan kakinya saat akan berjalan meninggalkan parkiran sekolah.

LEGIO [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang