13. Awal yang Sesungguhnya

50 22 0
                                    

Pulang sekolah adalah hal yang paling menyenangkan setelah istirahat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pulang sekolah adalah hal yang paling menyenangkan setelah istirahat. Kerumunan murid-murid memenuhi gerbang sekolah, berbondong-bondong untuk keluar duluan. Tidak peduli, dengan beberapa orang yang terkena dorongan dan desakan yang membuat pengap.

Namun tidak dengan Shaula, setelah membaca grup chat seni lukisnya semalam, gadis itu tidak langsung pulang, melainkan harus mengurus beberapa hal yang memang harus diurus. Sudah satu bulan lebih tahun ajaran baru telah dimulai. Sudah satu bulan juga, ekstrakurikulernya belum berjalan lagi.

"Sha! Gue duluan, ya?" pamit Larissa sembari menyandang ranselnya.

"Janus pasti udah nunggu di parkiran," lanjutnya membuat Shaula mengangguk mengerti.

Langkah Larissa berjalan jauh meninggalkan dirinya di depan pintu kelas. Shaula menunggu Rani yang katanya sekarang ada jadwal piket. Tidak berselang lama, seorang cewek rambut pendek sebahu itu melambaikan tangan padanya. Mendekat, kemudian menanyakan sesuatu.

"Ayo, ah! Nanti kepala sekolahnya keburu pulang," ajak Shaula, hendak menarik lengan Rani, tapi berhasil ditahan untuk tidak ikut melangkah.

"Kok kita berdua doang, sih? Kan, disuruhnya bertiga, sama yang di tag Pak Pramono!"

Shaula menghela napas pendek, "siapa orangnya?"

"Gue," sahutan itu membuat dua gadis tersebut menoleh ke arah sumber suara. Sosok Maramma muncul dari pintu kelasnya. Dengan tatapan datar, cowok tinggi berkulit putih itu mendekat ke arah mereka dengan kedua tangan dimasukan dalam saku celana.

Shaula bergeming.

"Maksud lo? Lo--"

Maramma berdeham, "Kenapa?"

Rani menggaruk kulit kepalanya dengan jari telunjuk. Cewek itu menatap Maramma skeptis. Hei? Kenapa tiba-tiba cowok yang 'katanya' lebih suka belajar dan tidak mau mengikuti apapun selain belajar, tiba-tiba ... ya seperti itu, kalian tahu sudah jawabannya.

"Serius? Bagus deh, nambah satu anggota," penuturan Rani membuat Shaula mencubit lengannya.

Rani menoleh, dari tatapan netranya seolah berkata: 'kenapa deh?'

Pikiran Shaula sudah melayang ke mana-mana. Jangan-jangan mereka sudah merencanakan ini semua. Setelah sampai di rumah nanti, Shaula harus bicara pada Yerikho.

"Ya-yaudah, ayo!" Shaula menarik lengan Rani dan berjalan duluan. Maramma ditinggal begitu saja.

"Kenapa sih? Santai dong," cibir Rani.

"Santai, santai. Udah daritadi tau, nggak? Anak-anak yang lain juga udah pada kumpul mungkin di ruang ekskul," Shaula mempercepat langkahnya.

Dari belakang, Maramma hanya bisa mengembuskan napas pasrah. Mengekor dua gadis di depannya, sampai tiba di lantai dua di mana ruang kepala sekolah berada. Karena Maramma laki-laki sendiri di antara mereka, Rani meminta cowok itu yang di depan dan membuka pintu ruangan ber-ac itu sembari mengucap salam.

LEGIO [✔]Where stories live. Discover now